Kamis, 31 Oktober 2019

Ijinkan lebih lama lagi untuk tetap tinggal

Sekarang kita saling berhadapan

Kau dengan senyum manismu menggenggam tanganku dan menciumnya berkali-kali
Dari balik punggung kau mengambil sebuah kotak 

Ya, seperti drama yang ku lihat di televisi.

Layaknya seseorang kekasih yang akan melamar si perempuannya.

Aku tersenyum malu. Kau masih menatapku dan menyematkan cincin manis itu di jari kananku

"Aku tahu kita bukan sepasang kekasih. Aku tidak tahu harus menyebut ini apa. Tapi pakailah dulu. Aku belum tahu kapan bisa menepatinya, tapi aku ingin kau tahu aku sangat menyayangimu."

Kita saling mendekat. Kau menarik bahuku dan memelukku. 

"Kumohon tetap disini sampai waktunya tiba. Aku benar-benar bingung saat ini. Aku ingin memilikimu tapi aku bingung dengan kenyataanku. Aku tidak mau kehilangan orang sepertimu. Sungguh." 

Kali ini kau memelukku lebih erat.

Aku mengelus punggungmu, berusaha bilang pada diri sendiri. 'Mungkinkah aku menunggumu?'

Aku tersenyum. "Sudahlah jangan khawatir, apa yang sudah menjadi milikmu tak akan kemana. Tapi bila suatu saat kita dipisah, ingatlah aku sebagai orang yang pernah ingin kau miliki."

Kau makin memelukku erat. Kau menangis dipelukanku.  

"Jangan menangis jagoan. Kita dipertemukan Tuhan pasti dengan berbagai alasan. Entah kita saling memberikan pelajaran atau kita akan berakhir bersama selamanya. Tenanglah aku juga menyayangimu." Aku mengelus punggungnya menenangkannya.

Kau melepas pelukan dan mencium keningku dalam-dalam. 

Aku masih tidak percaya. 

Didepanku ada orang yang mencintaiku dan aku pun mencintainya. 

Tapi mengapa ada batas 'Bingung' antara kita. 

Kau bingung dengan kenyaataanmu. Aku bingung berapa lama aku harus menunggumu.

Kau menggelengkan kepalamu. Menyatukan keningmu dengan keningku. 

"Sungguh, bagaimana ini bisa terjadi. Aku masih belum bisa memastikannya. Izinkan dirimu lebih lama tinggal. Jangan pergi."

Aku mengusap air matamu. Aku tahu dirimu.
Tak lama, Kita saling bertaut dan melepas semua kesedihan. Dibalut air matamu, kau enggan melepas dan aku hanya membiarkannya semakin lama. Setelahnya kita masih bertatapan.

"Aku akan ada disini untukmu." kataku. 

Sekali lagi kau memelukku, "Terima kasih banyak. Terima kasih."

Dan akhirnya kita tidak saling kehilangan.

Rabu, 30 Oktober 2019

Honesty

You don't have to scream and tell people to like you
When they like you, they like you
When they don't, they just don't 
and you don't have to beg for them to like you
You don't have to use with all power
force them 
try to make them like you, adore you, admire you
When they just don't want to

it called "honesty" sweetheart! 

Senin, 21 Oktober 2019

Jatuh cinta denganmu tidak sama sekali menghapus lukaku

aku kira jatuh cinta seindah itu
aku kira jatuh cinta bisa membuatku tidak merasa sendiri
aku kira jatuh cinta adalah hal yang tepat
aku kira jatuh cinta bisa membuat bahagia
aku kira jatuh cinta bisa menghapus luka lama
aku kira jatuh cinta tak serumit itu
aku kira jatuh cinta bisa setiap saat
aku kira jatuh cinta menyenangkan
aku kira jatuh cinta akan membawaku pada seseorang yang mencintaiku juga
aku kira jatuh cinta tak sesepele ini
aku kira jatuh cinta benar
aku kira jatuh cinta tak sulit
aku kira jatuh cinta membuatku merasa lebih baik
aku kira jatuh cinta tepat waktu
aku kira jatuh cinta buatku bahagia

dengan mu...

sayangnya, banyak hal yang berbanding terbalik

jatuh cinta denganmutak seindah itu
jatuh cinta denganmu membuatku merasa sendiri
jatuh cinta denganmu bukan hal yang tepat
jatuh cinta denganmu tak buatku bahagia
jatuh cinta denganmu tak bisa menghapus luka lama
jatuh cinta denganmu serumit itu
jatuh cinta denganmu tak bisa setiap saat
jatuh cinta denganmu tak menyenangkan
jatuh cinta denganmu tak membawaku pada seseorang yang mencintaiku juga
jatuh cinta denganmu sepele ini
jatuh cinta denganmu salah
jatuh cinta denganmu sulit
jatuh cinta denganmu tak membuatku merasa lebih baik
jatuh cinta denganmu tak tepat waktu
jatuh cinta denganmu tak buatku bahagia

jatuh cinta denganmu tidak sama sekali menghapus lukaku, malah makin memperparahnya

kamu datang
kamu bawa kunci itu
kamu masuk
kamu mengendalikan semuanya
sayangnya... kamu akhirnya menghancurkan diam-diam dan pergi untuk membuat luka lagi

mungkin aku dan kamu adalah dua orang yang hanya Tuhan pertemukan untuk tidak saling mengisi, tapi selebihnya hanya pelajaran

terima kasih untuk tidak peka akan segala rasa
terima kasih untuk sakit yang sekian kali
ada kalanya aku ingin kau mengerti tapi sepertinya memaksamu untuk mengerti akan membuat ini semua bertambah rumit
untuk kesekian kalinya aku takut jatuh cinta

Sabtu, 12 Oktober 2019

Pempek dan Bakso #RAK3

Jumat, 12 Oktober 2018

Tepat setahun, masih ingatkah kau saat pertemuan ketiga kita?

Tidak lama setelah pertemuan kedua kita, kita kembali berjanji untuk bertemu sore ini. Aku menjemputmu ditempat kemarin. Agak drama sih ya. Karena aku sudah menunggumu lama, tapi kau sedang menghindar dari senior dan mengulur waktu. Hampir magrib, kau baru bilang untuk menjemputmu di gerbang dekat Pemogan.

Akhirnya kita bertemu dan kau bilang kau ingin sekali Pempek.

Kuajak kau ke tempatku biasa makan di Genteng Biru. Kau memesan Pempek dan aku memesan Bakso kesukaanku. Lalu kau mengambil beberapa foto, lalu kita menyantap makanan bersama. Bercerita tentang apapun yang ada dikepala kita.

Setelah makan, kita mengambil beberapa selfie bersama. Kau dan aku. Aku masih ingat dengan baju orange ku, kau dengan baju biru dongker.

Hal lucu lagi kembali terjadi, saat aku akan membayar makananku kau membuntutiku.

"Aku bayar baksoku, kamu bayar Pempekmu."

"Nggak mau. Berapa bu?" Kau bertanya pada ibu penjual.

Aku dan kau saling mengeluarkan uang dan akhirnya kita sedikit berdebat, saling berebut siapa yang akan membayarnya. Akhirnya aku kalah, ibunya mengambil uangmu.

Tapi jujur aku adalah tipikal orang, sebelum dia jadi suamiku, aku akan membayar makananku dan apapun yang aku ingin beli dengan uangku sendiri. Bukan bersifat sombong, aku hanya ingin adil padamu dan pada diriku sendiri. Aku bukan orang yang ingin ini itu minta dibayarin, apalagi dengan seorang laki-laki. Tapi setiap laki-laki yang berusaha keras untuk membayar duluan, ku anggap sebagai hadiah bagi diriku.

Setelah makan aku minta diantar ke Masjid Sudirman untuk magriban.

Baru setelah magriban, kita akhirnya kembali ke Kepaon. Kau minta berhenti di minimarket karena kau mau membayar tagihanmu. Kita singgah sebentar ke Alfamart terdekat. Aku menunggu di motor saja. Lalu kau masuk dan agak lama karena harus mengantri. Kau keluar dengan tas plastik, kau berbelanja sesuatu.

Diperjalanan kita saling tos, untuk berterima kasih. 

Kembalilah lagi kita ke tempatmu. Tepat di depan ATM yang waktu itu kumenunggumu. Kita saling bersalaman dan kau meninggalkan tas plastik tadi.

"Ini punyamu, lupa kamu bawa."

"Bukan itu buat kamu kok. Ambil ya."

"Ih kok gitu, janganlah, Buat temen kamu aja."

"Nggak mau, itu hadiah kok buat kamu. Dimakan ya."

"Terima kasih ya. Repot banget sih." 

Kau tersenyum dan kembali kedalam.

Pulangnya aku ke kost Nara, karena berniat mengantarnya berbelanja baju. Setelah berbelanja, aku dan Nara singgah ke Warung Special Sambal (WSS). Aku bercerita panjang lebar tentang pertemuan kita tadi. Dengan sumringah dan berseri-seri. Nara tahu bagaimana mataku yang terlihat senang, saat bercerita tentang dirimu.

Ada sedikit permasalahan setelah aku memposting foto berdua bersamamu tadi, ada salah satu temanku yang menyuruhku menghapusnya. Tapi dengan cara yang tidak enak dibaca. Ternyata awal mula masalah ada disini. Tapi ku abaikan karena aku hanya mengecap mereka sirik denganku, denganmu.

Sampai kost kubuka tas plastik tadi dan ternyata isinya adalah jajanan. Yang paling banyak pocky (aku akan insert gambarnya nanti). Langsung aku tertawa kecil dan pipiku hangat, saking senangnya.

Aku memfotonya dan mengirimkan padamu dan berterima kasih.

"Dimakan ya." Katamu.

Terima kasih sekali ya, sudah pernah berbuat semanis ini.

Rabu, 09 Oktober 2019

Surabi Sudirman #RAK2

Selasa, 9 Oktober 2018

Masih ingat nggak setahun kemarin adalah hari pertemuan kedua kita. Iya saat itu kita masih sangat dekat, tetapi disisi lain aku juga takut akan semua hal ini. Dan benar adanya, hari ini kita tidak berhasil mempertahankan apa yang kita sudah mulai.

Hari itu kau mengabariku bahwa  kau sudah di Gianyar. Kita saling ingin bertemu tapi tak mungkin bagiku, karena aku sedang kuliah hingga sore saat itu. Maunya aku menghampirimu, tapi kau bilang tak usah karena jauh. Padahal hitungannya hanya 1 jam perjalanan dari Denpasar.

Malamnya kau mengabariku kalau kau sudah ada di Kepaon. Mengajakku keluar untuk makan malam dan jam sudah menunjukkan pukul 21.00 . Tapi karena aku juga ingin bertemu denganmu, ku iya kan.

"Makan yuk, jangan lupa dandan biar cantik."

Kubaca pesanmu dan aku tersenyum, aku segera bersiap.

Sengaja setelah selesai aku berangkat menuju tempatmu walaupun kau belum bilang kalau kau sudah siap. Karena aku sudah tahu jarak perjalanannya dan jujur saja aku tidak mau membuat kau menunggu. 

Sampai disana aku menunggumu agak ya lumayan yah, aku menunggumu didepan ATM dekat tempatmu. Beberapa kali orang-orang lewat sana, "Mbak mau duluan?" "Mbak sendirian aja?" 

Sembari menunggumu, aku bermain dengan ponselku dan mengawasimu dari kaca spion ku. 

Betul saja aku deg-degan ketika kau bilang akan kedepan dan aku melihatmu dari spionku. 

Tapi yang membuatku tidak habis pikir, kau berjalan lurus tanpa 'ngeh' ada aku disitu. Hahaha. Ya ampun, aku biarkan saja dan menunggumu berbalik. Jelas saja aku mengerti ternyata kau memang sedang tidak fokus karena badanmu sedang sakit. 

Aku sudah melarangmu untuk keluar malam ini, tapi kau kekeuh ingin keluar bersama. Aku menawarkan untuk memboncengmu tapi kau menolaknya, jadilah ini pertama kalinya kita berboncengan.

Pertama kita ke apotek untuk membeli obat. Ini lagi kejadian lucu, kau sampai lupa membawa dompetmu. Aku tertawa kecil lalu membiarkanmu memakai uangku terlebih dulu.

Kau sebenarnya ingin sekali Pempek. Ya makanan kesukaanmu. Tapi berhubung sudah malam, jadi kita hanya makan seadanya. Mungkin dilain waktu kita bisa makan Pempek bareng?

Kemudian kita bingung mencari makan apa malam ini, karena rata-rata sudah tutup. Jadi tiba-tiba saja kita sampai di Surabi Sudirman. Ya, ini second date kita berdua. Di Surabi Sudirman, kau memesan makanan aku hanya jeruk hangat. Karena aku tadi sebelumnya sudah memesan bihun di go-food. Kau menyuruhku mengicipi surabi kesukaanmu, keju pisang susu.

Kita bercerita santai, sambil kau tetap melahap makananmu. Aku senang menemanimu makan malam ini. Kau bercerita kegiatan apa saja yang akan kau lakukan nanti dan kapan kau akan kembali ke markasmu. Aku juga selalu senang saat kau bercerita tentang apa saja pekerjaanmu. Sayangnya aku hanya takut kita bercerita tentang perasaan kita, karena aku dan kau sudah se-nyaman ini.

Kau mengambil beberapa gambar untuk kau kirim ke salah satu grup di whatsapp mu. Kita duduk bersebelahan, aku beberapa kali memegang tengkuk dan dahimu memastikan kau baik-baik saja, karena kau bilang kau demam.

Setelah makan, kita pulang. Diperjalanan aku mengabadikan foto. Karena ini pertama kalinya kau memboncengku. Aku memasukkan tanganku ke dalam saku jaketmu, karena bulan Oktober anginnya sangat dingin, apalagi dimalam hari. Bodohnya aku tidak memakai jaket. Dan kesalnya, kau melakukan hal yang membuatku tak bisa melupakannya sampai hari ini, Kau memegang kakiku saat dijalan. Huhu, kesalnya sampai tak bisa kutepis.

Sampai disana aku menyuruhmu istirahat. Aku pulang dan hatiku kembali sepi. Tapi senang sekali malam ini kita saling menyempatkan waktu. Saat pulang pun kau masih saja video call, memastikan aku sudah pulang. Aku berdoa malam itu agar kau segera sembuh dan kita lekas bertemu kembali di pertemuan kita yang ketiga.

Tapi sayangnya aku hanya bisa mengenang, ini adalah setahun dari pertemuan kedua kita. Cukup sedih mengenangmu, tapi terima kasih sudah pernah singgah.