Sabtu, 23 Mei 2015

Meja sebelah


Teh hijau panas yang kupesan sedari tadi sudah mendingin. 
Tinggal beberapa seruput lagi. 
Sambil tetap berkutat dengan tulisan di laptop, sesering mungkin aku mencuri pandang pada seorang pria di meja sebelah. 
Tampak serius dengan pion dan papan caturnya. 
Sambil ditemani lagu-lagu dari laptopnya,sesekali ia tersenyum dan mengecek ponselnya,lalu kembali serius dengan permainan caturnya.

Seseorang pria yang aku temui hanya beberapa jam saja. 
Setelah aku duduk di salah satu meja kedai kopi,tempat yang asik untuk sekedar ngobrol lama atau menghabiskan waktu untuk ber-wifi ria,mendownload lagu atau sekedar mengecek sosial media.

Pria dimeja sebelah,masih sangat serius dengan permainan caturnya. Aku masih mencuri pandang sedari tadi saat duduk disebelah mejanya. Sambil bercanda dengan teman-temanku dan menikmati malam dengan teh hijau panas.

Tiba-tiba pipi ini panas dan jantung berdebar. 
Saat mengetahui ia juga mencuri pandang padaku. 
Mata kami sempat bertemu hanya beberapa detik kami melempar pandangan kemana-mana. 
Mungkin jika kami hanya berdua saja, kami bisa saling menyapa. 
Hanya saja,sekedar curi pandang seperti ini saja sudah bikin senang, apalagi bisa kenal dengannya.

Pria meja sebelah. 
Masih ingat dengan kumis tipisnya.
Suatu saat bila berjumpa,seriuslah... jangan dengan papan caturmu saja,tapi denganku.


Lia 21th
Sajak Random
(May 9th 2015)

Sabtu, 04 April 2015

Untukmu yang belum menemukanku dan sebaliknya

Hai ...
Untukmu yang tak pernah absen dalam doaku
Apa kabar dirimu hari ini?
Masih tetap sama. Aku selalu berdoa agar kita segera dipertemukan
Sujud tiap malam yang tak pernah aku lewatkan
Hati yang selalu aku jaga hanya untukmu nanti yang sah
Perilaku dan akhlaq yang selalu aku benahi demi menjadi istri dan ibu yang baik bagi anakmu kelak



Begitu pulakah dirimu disana?
Aku tidak sabar menantikan dirimu. Kadang dalam diamku aku sepi. Tanpa kehadiran seorang lelaki. Namun aku selalu mengingat ketika nanti yang mempertemukan adalah takdir-Nya. Segala asa yang kubawa hanya demi bersanding denganmu kelak. Kadang ada ejekan mengapa sampai saat ini aku belum punya pacar. Atau lelaki lain yang mendekati dan mengajak untuk berpacaran mengatakan bahwa aku jual mahal. Aku punya alasan tersendiri untuk itu.

Bukan karena menetapkan kriteria yang tinggi untuk diriku. Tapi aku akan memilih ‘IMAM’ yang akan menuntunku ke Jannah-Nya. Bukan sekedar lelaki yang akan bersanding melewatkan waktu bersama namun lama kelamaan mereka bosan dan meninggalkanku. Bukan lelaki yang kasar dan seenaknya sendiri. Bukan lelaki yang mengajak kearah yang tidak jelas. Bukan lelaki yang hanya menjadikanku pacarnya saja. 

Ketika pacaran kami mulai menjenuhkan,salah satu diantara kami pasti ada yang berusaha menghancurkan hati satu sama lain. Berada dalam tidak kepercayaan dan akhirnya saling menyalahkan. PUTUS?

Tapi,aku ingin yang bersanding denganku nanti adalah lelaki yang sholeh,berakhlaq baik,pekerja keras,memberi perhatian,sabar,bisa mengendalikan emosinya dan mengajak kearah kebaikan. Ketika ia datang pada seorang perempuan,ia bukan sekedar mengajak pacaran tapi mengajak kearah jenjang hubungan yang serius. Berkenalan dengan orang tua si perempuan,balik mengenalkan kepada kedua orang tua si lelaki. Bukankah itu lebih menyenangkan? Ada hubungan yang harus dipertahankan dan dibina. Bukan hanya bersenang-senang namun akhirnya tidak bersama.

Semoga kelak kita akhirnya sama-sama menemukan. Iya,semoga :-)

Lia 20th

masih jomblo dari 2 tahun terakhir dan yang sudah bisa pake jilbab dengan rapi

Ketika rindu padamu,Ayah

Jumat 3 April 2015 jam 9 malam aku ke ATM Mandiri ambil uang. Dengan tergesa-gesa aku tarik uangku dan mengambil kitiran lalu meninggalkan ATM dan menuju tempat print-print-an. Sampai dikost baru sadar kalau ATM ku tertinggal. Yang pastinya sudah tertelan mesin. Saat cek saldo sih masih ada. Nominalnya sama dengan yang dikitiran tadi. Cuma aja aku shock banget. Ini kedua kalinya aku ngilangin ATM. Ya maksudku ketelen. Aku bingung. Ini hari Jumat dan besok Sabtu, mana ada bank yang buka. Pasti Senin. Dengan perasaan campur aduk aku tidur.



Besoknya setelah pulang magang aku beraniin diri buat sms Ayah minta bantuan buat telpon dan blokir ATMku. Soalnya sih aku takut kalau ada apa-apa. Takut saldo ilang dan lainnya. Eh ayah ternyata mau bantu aku. Ayah telpon mandiri call centre terus ngabarin kalo kartuku jelas ke blokir. Ya syukur banget sih. Soalnya aku takut ada apa-apa.

Aku bersyukur banget sama Allah. Aku dikasih ayah yang super! Menurut aku ayah itu bukan sekedar orang tua melainkan teman,sahabat,pacar yang bisa ngertiin aku. Ibu juga. Cuma aku gak tau kenapa lebih mau terbuka sama ayah. Bukannya nggak mau terbuka sama ibu sih. Karena ada beberapa hal yang mugkin ibu tau dan ayah tau,ibu ngerti dan ayah ngerti.

Tiap naik motor dan lihat banyak orang lalu lalalng,dipinggir jalan atau saat lampu merah aku bener-bener ngerasain yang namanya syukur. Entah kenapa. Aku merasa bersyukur dilahirkan dari keluarga yang mampu nyekolahin aku sampe sekarang walau orang tuaku dari keluarga sederhana yang pendidikannya hanya sampai SMEA. Aku nggak pernah yang namanya minder, pas dulu ga punya ini itu tapi sekarang punya semua. Sederhana sekali. Dan itu cukup untuk kebahagiaan 5 orang dikeluargaku.

Ayah, aku tahu dulu perjuanganmu. Aku tahu dulu kita belum mampu. Tidak semampu sekarang. Rumah memang pernah kau beli waktu di Timor Leste. Tapi hanya sekejap memiliki dan gara-gara Timor Leste akhirnya ingin merdeka,kita kembali ke Denpasar,Bali. Disana pun kita numpang seadanya dengan keluarga om Harto dan tante Endang,adik ibu. Aku sama adik-adik bisa tidur,makan dan sekolah. 
Aku bersyukur banyak orang baik disekitar kita Yah.



Lalu ayah dipindah tugaskan di Banyuwangi. Ayah beli tanah BTN dan bangun rumah disana dengan ala kadarnya agar aku,ibu dan adik-adik bisa segera menempati rumah. Hanya untuk siapa Yah? Keluarga. Jelas sekali.

Kita pernah kan Yah, naik motor berlima pas mau ke pasar malam? Ayah ingat? Aku duduk didepan,dibelakang Tika dan Ibu mengendong Dewi yang masih balita. Aku masih ingat kita dibilang ‘kayak akrobat’ sama tukang Ojek yang dekat rumah. Bukan mengolok tapi hanya bercanda. Aku tahu, hanya saja sampai sekarang kejadian itu masih melekat dibenakku.
Sekarang? Ayah sudah punya mobil sendiri. Ibu punya motor sendiri,adik-adik juga. Aku pun. Yang terpenting keluarga kita sudah naik beberapa tingkat derajatnya. Karena apa? Karena kerja keras dan semangat ayah dan ibu.



Aku juga masih ingat Yah,waktu ayah masih jadi teknisi di PLN Rogojampi. Ayah sering piket malam. Selalu. Dan ayah tahu? Aku paling benci itu. Paling benci saat ayah tidak ada dirumah. Piket sampai pagi. Tidak pulang kerumah. Stay dikantor. Aku selalu ingin dekat dengan ayah. Aku ingin suasana rumah itu ada aku,ayah,ibu dan adik-adik. Dan aku bersyukur pas ayah dipindah ke PLN Banyuwangi dan naik pangkat. Itu artinya tidak ada piket malam,walau ada yang namanya lembur. Ayah menyempatkan untuk berkumpul dengan keluarga.

Aku masih inget yah. Pas aku kecelakaan,jatuh dari sepeda motor. Yang paling aku ingat adalah takut. Takut ayah marahi,takut ibu marahi. Tapi aku selalu berani untuk menghubungi ayah. Yang pertama aku hubungi pasti ayah. Setelah aku hubungi ayah pasti datang,aku masih menangis. Ayah membonceng aku pulang dan menyuruh aku istirahat.

Aku masih ingat juga,saat ibu tidak masak. Ayah yang menggantikan ibu memasak. Masak apapun selalu enak. Ayah menjadi chef terbaik setelah ibuku! Aku sama adik-adik nggak pernah protes ayah masak apa dan selalu habis.

Aku juga inget,pas ayah pertama kali jatuh sakit karena stroke ringan yang melumpuhkan anggota badan sebelah kiri ayah. Pertama kali aku tahu saat pulang sekolah. Ayah tidak ada dirumah,ibu juga dan adik-adik belum pulang. Aku nunggu dirumah. Sudah sore tapi kenapa Tika belum pulang? Dewi les. Sedangkan ibu aku tahu masih dikantor. Habis magrib ternyata ibu balik sama Tika dan bilang,”habis ini bawakan ayah obat nyamuk sama bantal ke rumah sakit. Kamarnya dekat dengan ruang perawat. Biasa di ruang Marwah kelas I.” Kata Ibu. Aku lemes yah,pengen nangis tapi nggak aku tunjukin. Soalnya raut muka ibu biasa aja,walau kelihatan banget sedihnya. Setelah itu aku ke rumah sakit dan lihat ayah lemah tak berdaya tapi masih bisa senyum! Ya Allah :’) aku rasanya pengen nangis. Seminggu ayah dirumah sakit, minta pulang. Karena ingin pemulihan di rumah saja. Padahal juga ayah pake kartu PLN sehat,yang bakal ditannggung sama kantor. Tapi dengan alasan ingin dirawat dirumah saja akhirnya ayah dipulangkan. Sebulan berikutnya ayah bisa jalan pake tongkat. Ayah ga malu :’) ya Allah. Lalu ayah banyak terapi sana-sini,minum obat dan akhirnya ayah sehat lagi. Bisa lepas tongkat dan jalan seperti biasa walau agak terpincang sedikit.




Aku tahu Yah,perjuanganmu. Kadang aku ngerasa kurang terus. Padahal ayah selalu memberi apa yang aku butuhin. Aku pengen hape baru. 
Tapi ayah selalu bilang,”buat apa? Kan ada hape yang lama. Yang penting bisa buat komunikasi.”

Aku tahu yah semua perjuanganmu. Aku anak pertamamu. Aku yang ayah sama ibu nanti-nanti kehadirannya.
Aku yang pertama kau sayang,gendong,cium dan kau kasihi sebelum adik-adikku. Aku bahagia yah menjadi putri pertamamu. Semoga aku bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adikku kelak.

Terima kasih Ayahku tersayang,kelak ijinkan aku menemukan orang sebaik dan sesabar ayah yang bisa menuntunku menuju surga-Nya. Ayah tetap akan menjadi lelaki nomor 1 ku! Aku sangat bangga padamu Ayah.

Lia 20th
putri pertamamu,yang masih suka manja dan pecinta terang bulan keju! yang sedang nulis sambil ditemeni hujan dan tisu ,aku rindu ayah,ibu dan adik-adik... <3