Jumat, 21 Juni 2019

Setelah 5 bulan #RAK7

Jumat, 21 Juni 2019

Aku sedang menata meja kerjaku dan bersiap untuk pulang. 
Sesekali meregangkan otot punggungku. 
Hari itu hari Jumat, aku berniat pulang ke rumah tapi kuurungkan karena pekerjaanku belum selesai hari itu, apalagi aku sedang dihadapkan dengan tugas akreditasi dan skripsi

Setelahnya aku pamit pada rekan kerjaku.
Mengemas barangku, memakai jaket dan masker seperti biasa.
Aku berjalan menuju parkiran. 
Tapi memang tak seperti biasa, aku memarkir motorku disamping. Aku selalu parkir didepan agar memudahkan aku saat aku akan pergi ke kampus. 

Saat berjalan dari jauh aku melihat segerombolan lelaki berseragam duduk diatas motor saling bercengkrama. Aku sebenarnya enggan untuk lewat karena sungkan. 
Akhirnya aku jalan saja. 
Belum sampai pintu samping dari jauh aku baru sadar siapa yang sedang berdiri didekat parkiran motor tadi. 
Sosokmu yang sudah lama tak aku lihat secara langsung. 
Mataku terbelalak kaget, aku seperti dihempas kembali di memori-memori yang lalu.
Hatiku masih sakit.
Sekali lagi, kita tak sengaja berjumpa. 
Mulutku ternganga tak percaya, tapi untungnya aku memakai maskerku. 
Saat itu juga kita saling bertatap mata tak percaya.

Kau mengernyitkan dahimu dan menerka siapa orang yang ada didepanmu ini.
Kau baru sadar jika itu aku.

Kau juga merespon hal yang sama, sama-sama kaget.
Tidak disangka begini kita kembali bertemu.
Kau dengan seragammu, aku masih dengan seragamku.

"eh kok kamu disini?"

"iya, aku nganterin orang rikkes."

Kita saling berjabat tangan. Aku masih ingat hangatnya. Tapi kau tahu, dadaku sesak penuh rindu tapi aku tidak bisa katakan itu padamu. Sungguh sedih.

"kok kamu baru pulang?" tanyamu kembali. 

Sembari aku berjalan menuju motorku. Kamu berjalan dibelakangku.

"Iya, memang pulangku jam segini, biasa akreditasi."

Aku tidak bisa berkata banyak. Aku dengar saat itu teman-temanmu menanyakan tentang siapa diriku. Aku hanya berfokus padamu, menggambil kacamataku dan memakai helm ku. 

Aku tidak bisa berkata banyak. Kesal,senang,sedih, kaget masih jadi satu.

Saat melewatimu, "Aku duluan ya Ji."

"Iya hati-hati."

Lalu kita berpisah.

Dijalan setelah itu, air mataku mengalir deras. 
Aku tidak bisa mengungkapkan kepadamu tapi benar-benar aku sesedih itu bertemu denganmu, ibaratnya membuka kembali luka-luka saat kamu tiba-tiba menghilang.

Dulu,saat kamu akan mengunjungi kota ku saja kamu selalu menghubungiku, mengabari ku dulu. 
Sedihnya, hal-hal kecil seperti itu tidak kita lakukan lagi.
Memori itu yang membuat luka-luka lama kembali.

Aku sedih tidak bisa menggambarkan perasaanku padamu, entah aku sendiri yang merasakan atau kamu yang sungguh tidak peka.

Pulang dari kantor aku mampir di Masjid Agung Sudirman untuk sholat ashar, menenangkan hati. 
Ibaratnya aku sedih kenapa bertemu denganmu lagi.
Aku kira kau jawaban, sayangnya kau hanya pelajaran. Ku kira selama ini aku benar. Setelahnya aku sadar ini adalah ujianku dari-Nya. 

Aku hanya berharap saat itu, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi seperti ini.
Bila harusnya kau pergi, aku berharap dapat mengikhlaskanmu.