Minggu, 24 September 2017

Jodoh vs Siap Nggak?



Dijodohin? Gimana sih menurut kalian?
  
Kalau menurut pendapat aku sih. Aku nggak masalah kalau ada yang namanya perjodohan. ASAL... si cowok dan si cewek saling suka dan klop. Perjodohan nggak serta merta berupa pemaksaan. Mungkin sebagian orang ngerasa ‘ih kayak nggak laku aja dijodoh-jodohin’.

Kalau aku merasa sih, fine-fine aja yang namanya perjodohan.

Oke kita disini nggak bahas tentang aku yang bakalan dijodoh-jodohin kok. Tapi tentang beberapa cowok yang berani ngajak untuk ke arah yang serius.
1.                       Cowok Pertama
Namanya David. Dia orang Jember, lulusan D4 Rekam Medis di Poltek Jember. Suatu ketika ditahun 2016, si David ini nge-add Facebook aku dan kayaknya cari tahu tentang aku banget. Karena dia bisa sampe tau pin BB aku. Dari situlah kita kenal dan dia mau ngajakin aku taaruf. Ciyelah. Disitu kan aku baru banget lulus kuliah baru dapet kerja. Dan gak ada pikiran cepet-cepet nikah, karena masih banyak yang mau aku capai dulu. Dengan halus aku menolak dengan alasan belum siap, disamping itu juga aku mikirnya ini orang belum pernah ketemu malah minta taaruf dan malah minta alamat rumah aku, buat minta aku ke Ayah aku. Aku mencoba menjauh karena dia tiap hari bisa bbm, aku jarang bales dan akhirnya dia aku delcont.

2.                       Cowok Kedua
Namanya mas Wisnu Wira. Dia seorang abdi negara. Sekarang lagi tugas di Bandung. Wisnu Wira ini saudaranya mbak Gaby (temen deket aku selama di Bali). Awalnya aku lebih tertarik sama adiknya, namanya Angga. Aku pertama kali kenalnya sama Angga, Cuma kita pas itu nggak sengaja salaman dan dia sebenernya mau minta nomer aku. Tapi sama mbak Gaby, gak boleh karena menurut mbak Gaby aku lebih cocok sama kakaknya dia (Wisnu). Nah si Wisnu ini pernah bilang kalau dia mau minta aku, karena dia juga umurnya diatas aku 5 tahun. Ibunya juga udah minta dia nikah. Tapi belum nemu yang tepat. Mbak Gaby sampe bilang ke ibunya Wisnu buat ngeminta aku langsung ke Banyuwangi, ke ayah aku. Aku juga belum pernah ketemu tapi lagi-lagi aku bilang sama Wisnu kalau aku belum siap buat nikah. Dan waktu itu kepala aku dipenuhi sama yang namanya mas SAH itu. Aku Cuma yakin sama mas SAH. Jadi sampe sekarang tetep temenan dan Cuma kadang aja chatnya. Kalau dia nggak lupa haha. Soalnya Wisnu tipe cowok yang cuek tapi aslinya dia baik.

3.                       Cowok ketiga
Namanya Kuncoro. Dia itu anak dari tante yang tinggal di Situbondo, saudara dari tante Surya yang merupakan temen ayah. Pas lebaran kemarin sempet nelpon, gimana kalau ibunya dia mau minta aku. Itu ibunya nelpon ayah langsung. Tapi aku sama dia juga belum pernah sama sekali berinteraksi. Kata ayah terserah sama aku, karena ayah juga beralasan aku masih mau lanjut S1 aku. Mungkin mempertimbangkan juga, nggak mungkin dengan mudah aku dikasih ke oranglain. Katanya mau dikenalkan dulu aja, tapi ayah aku juga sama pemikirannya sama aku. Nggak mau ngasih kepastian. Karena aku juga belum mau menikah dalam waktu dekat. Jadi kadang masih dihubungi. Mereka bakalan minta langsung ke Banyuwangi. Tapi ayah aku ada aja alasannya karena tau anak gadisnya belum mau menikah dalam waktu dekat. Katanya semua terserah sama aku.

Well, kalau ngomongin jodoh nggak ada abisnya ya. Intinya disini aku banyak banget memetik pelajaran, bahwa kadang apa yang kita pengenin itu belum tentu yang terbaik buat kita. Karena rencana Allah lebih baik dari dugaan kita.


Kamu mah kayak yang laku aja. Dasar pemilih!
Aku bukan sedang mengulur waktu dan sok banget jadi cewek yang pemilih dalam urusan jodoh (kayak yang laku aja). Tapi, disini aku mau ketika aku siap dia juga siap. Bukan dia aja yang siap tapi aku belum siap. Mungkin temen-temenku yang sekarang udah menikah, mereka sudah siap lahir dan batin. Nah kalo aku? Masih pengen banget selesaiin pendidikan, masih terlalu manja untuk jadi istri orang, masih belajar jadi perempuan yang lebih baik.

Kamu siap apa enggak sih sebenernya? Tapi kamu selalu ngomongin jodoh.
Kalau ngomongin kesiapan sih.... sebenernya harus siap kapanpun, tapi kalau belum ada niatan kesana gimana dong?

Kamu masih nungguin mas SAH emangnya?
Wah kalau urusan itu, untuk detik ini sudah nggak terlalu memikirkan dia. Karena aku yakin, seyakin-yakinnya aku sama dia, kalau dia bukan buat aku untuk apa? Kalau toh kita jodoh sejauh apapun kita, bakalan dipertemukan kembali. Sayangnya aku aja yang merasa. Aku terlalu berharap sama manusia. Ya itu makanya, aku jadi sadar sekarang.


Terus gimana kamu mau dapet pasangan kalau kamu nggak mau pacaran?
Emangnya harus pacaran dulu biar dapat pasangan hidup dan mati? Aku sih punya prinsip, ketika suatu hari nanti aku dibuat jatuh cinta dan dia bisa menerima kurang dan lebihku, aku yakin kalau dia memang jodoh aku dia nggak bakalan berani mengajak aku pacaran..tapi ngajak aku buat ketemu ayahku, buat minta aku. Aku percaya.. someday.


Bolehkah Aku bertanya?


“Bagaimana kau bisa jatuh cinta padaku?”

Kalau kau menanyakan hal itu aku pun bingung untuk menjawabnya.


Karena ketika matahari terbit, aku selalu memikirkanmu.


Karena ketika matahari tenggelam, aku ingin melihat senja bersamamu.


Karena ketika bulan bersinar, aku ingin menggengam tanganmu, menyaksikan bulan sampai tiba saatnya rasa kantuk itu datang.


Karena ketika hujan lebat diluar, aku ingin memelukmu erat. Memberikan kehangatan dan bercengkrama tentang masa depan.


Karena ketika kau menanyakan, “Bagaimana kau bisa jatuh cinta padaku?” aku tak bisa menjawabnya. Karena jatuh cinta padamu tak butuh alasan.



“Bagaimana bisa hubungan sesingkat ini kau menyatakan cinta dan memintaku menjadi pasangan hidupmu?”

Kalau kau menanyakan hal itu aku pun kembali bingung untuk menjawabnya.


Karena ketika orang bilang itu kebetulan saja, tak mungkin sekarang aku ada didepanmu.


Karena aku yakin ini adalah takdir dari Tuhan. Tuhan sudah merencakanan semuanya untuk kita.


Karena pertemuan tak bisa disangka-sangka. Kalau ini adalah saatnya aku bertemu denganmu dan yakin kau adalah yang terakhir kenapa harus menunda semuanya?


Karena kita kemarin hanyalah orang asing satu sama lain, takdir bilang hari ini aku adalah pasanganmu.


Karena menyatakan cinta tak butuh waktu lama dan hubungan pacaran lama yang mungkin akhirnya membuatmu bosan, tapi bila kau yakin terima saja takdir kita ini.


Karena ketika kau masih memikirkan masa lalumu, aku mohon tinggalkanlah dan lihat kehidupanmu yang sekarang. Bukalah halaman baru.


Karena ketika kau menanyakan, “Bagaimana bisa hubungan sesingkat ini kau menyatakan cinta dan memintaku menjadi pasangan hidupmu?”. Aku tak bisa menjawabnya lagi. Karena semua sudah scenario-Nya.

“Kau tahu? Aku dulu sempat mencintaimu. Sayangnya kau dulu milik orang lain.
Jadi aku melupakanmu, tapi sekarang berbalik. Kau mencintaiku. Padahal dulu aku sempat memintanya pada Tuhan, sayang baru dikabulkan sekarang. Mengapa kau begitu lama untuk dapat menyadari bahwa aku yang mencintaimu?”

Ha? Dulu kau sempat mencintaku? 

Sekali lagi maafkan aku. Aku baru menyadarinya sekarang. Mungkin jalan cerita cinta kita seperti ini. Kita sama-sama pernah salah mencintai orang lain, ketika salah satu diantara kita tak menyadari betapa berartinya orang asing yang tak kita kenal dulu tapi sekarang bisa saling jatuh cinta itu artinya kita jodoh. 

Kau mungkin tak bisa memaafkanku dulu, saat aku mencintai orang lain. Tak menghiraukanmu yang disana yang sangat mencintaiku.

Kau mungkin tak bisa memaafkanku dulu, saat aku memegang tangan yang lain bukan tanganmu.

Kau mungkin tak bisa memaafkanku dulu, saat ternyata yang kupeluk bukan tubuhmu.

Tapi Takdir bilang : BERHENTI.

Dan dari situ aku sadar dan scenario Tuhan jauh lebih indah. Kita bertemu lagi dan sekarang aku sangat mencintaimu. Ketahuilah dan tolong katakana kau masih mencintaiku.



“Aku masih mencintaimu. Masih menunggu kau berpaling dan meyadari. Dan membiarkan takdir memisahkan atau mempertemukan kita nantinya. Aku membiarkan semuanya berjalan seperti semestinya. Tak banyak berharap padamu. Tak mencintaimu secara berlebihan. Karena ketika nanti kau bukan jodohku, aku tidak terluka terlalu dalam. Tapi Tuhan Maha Baik dan Maha Segalanya. Orang yang dulu sempat aku cintai, ternyata jodohku. Kau.”

Dan Sekarang....


Pelukan itu milikku.

Cinta itu milikku.

Kecupan itu milikku.

Tawa itu milikku.

Tangis itu milikku.

Semua yang ada padamu adalah milikku.

Semua memang indah pada waktunya. Sabarmu terjawab semua. 

Bila kau memang milikku dan kau memang milikku, sudah seharusnya kita bersama. Terima kasih yang sudah mencintaiku, lebih lama dan sebelum saat aku mencintaimu.

Jangan bertanya lagi dan jadilah teman hidupku.


Sabtu, 23 September 2017

Gara-gara Nobita dan Shizuka

Sebenernya boleh nggak sih kita berharap?
Boleh nggak sih kita yakin?

Yakin sama seseorang yang pengen banget kita jadiin orang yang terpenting dalam hidup kita kelak?

Yakin tapi kita terbentang jarak?
Yakin akan menunggu dia?

Seyakin-yakinnya sih.. mungkin salah.

 Salah

Tetep Salah

Karena yakin sama manusia.

Coba yakinnya sama Allah.

nggak bakalan dikecewain kayak gini.

immature gak sih?
demi mau move on sampai ngehapus semua kontaknya, biar aku jadi cepet lupa!

Padahal pacar bukan.
Gebetan bukan.
Orang special bukan.

tapi rasanya dia selalu mengisi kepala ku setiap saat.
rasanya aku pengen tetep jaga perasaanku buat dia.
menolak semua ajakan cowok buat pacaran demi dia.
karena aku merasa dia orang yang selama ini dikirim Allah buat aku.
jaga jarak sama cowok cuma karena dia.
jaga postingan-postingan di sosmed karena dia.
jaga hati demi dia doang.
curhat kesemua temenku tentang dia

Stupid.

Sejauh kita berjarak pasti dipertemukan juga kan?
Lalu? Kenapa kamu begitu yakin, Li?

i think, ini Pertemuan yang nggak pernah disangka-sangka

Kalau bukan karena Irnas dan Dandy pernah punya hubungan...

Kalau bukan karena Irnas ngajak pengajian...

Kalau bukan karena aku mau pakai jilbab karena dia awalnya...
(tapi Alhamdulillah sekarang sudah bener niatnya)

Kalau bukan karena dateng pengajian karena dia...

Kalau bukan karena LINE message pertamaku ke dia dibajak sama temen-temen...

Kalau bukan karena broadcast BBM yang ngabarin jadwal pengajian...

Kalau bukan karena itu semua.. aku nggak bakalan pernah kenal sama dia.

Karena text terakhir dia tentang "Selamat lebaran ya, semoga bisa ngenafkahin kamu lahir dan batin."

HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

Mungkin aku aja yang lebay.
padahal nggak tau kan, dia gitu ke semua cewek :')
aku emang cepet banget nelen mentah-mentah gombalan cowok.
apalagi cowok yang emang aku udah suka.

yaaaa ini pelajaran buat aku kedepannya.

mungkin pas dia baca ini, aku udah bisa move on dari dia.
mungkin aku juga bisa udah kenal sama cowok lain tanpa mikirin perasaan dia.
cuma tinggal nunggu apa yang membuat aku benci aja, sampai aku bisa lupa pernah suka sama dia.

rumit.

dan sampai hari ini aku sudah biasa saja...
dan sampai hari ini aku udah tau perasaan dia yang sebenarnya...
dan sampai hari ini, sepertinya aku perlahan bisa menghapus satu persatu rasa buat dia.
dan segera membuka hati untuk yang lain...

Lia kem-BALI

Setelah lama nggak nulis blog, rasanya kurang lengkap kalau aku nggak nulis tentang 'Kem-BALI' hahaha.
Maksud aku, kenapa aku sekarang tinggal di Bali dan kerja disana.
Jadi bermula ketika lulus kuliah tahun 2015. Menganggur selama 4 bulan. Well, kebayang banget kan? Beban pikiran sebagai anak pertama,cucu pertama,kakak pertama yang baru lulus kuliah dengan gelar A.Md.RMIK (ahli madya Rekam Medis Informasi Kesehatan) yang notabennya temen-temen udah pada kerja, aku masih aja dirumah nunggu panggilan. Huhu, beneran sedih guys. Padahal semua akan kerja pada waktunya.
Waktu itu aku cuma nyebar lamaran kerja di Banyuwangi dan Malang aja. Di Banyuwangi disemua rumah sakit. Kalau di Malang, hanya di RS Lavallette, RST Soepraoen dan RSAU Abdurahman Saleh aja. Yang di RSAU udah dibantu sama temennya tante aku. Aku lupa namanya om siapa.
Yang di RSUD Blambangan Banyuwangi udah mau dibantu juga sama temennya ibu aku. RS Fatimah Banyuwangi pun begitu, aku nunggu banget dibantu sama ayahnya mbak Dita (kakaknya temen aku pas SMA).
Sampai akhirnya, tanggal 18 kalau nggak 19 Februari 2016 ada yang kontak Ibu aku dari RST Soepraoen. Nggak sengaja waktu itu emang hape aku lagi rusak. Belum beli yang baru, takutnya nggak nyambung kan ke nomer aku. Jadi aku nyantumin juga nomer ibu aku. Nah pas banget ibu aku yang di telpon.Pas ibu lagi dijalan ditelponlah sama RST. Ibuku ga ngeh siapa, tapi nalurinya langsung inisiatif buat minggir dari jalan dan angkat telponnya.
Katanya di RST, udah penuh untuk klasifikasi rekam medis nya. Dan sudah akreditasi, makanya gak nyari orang rekam medis lagi. Tapi kalau mau, katanya bisa masukin di RSAD Udayana Denpasar, lagi butuh banget untuk akreditasi. Langsung bawa lamaran kesana atau hubungi dr.Kendra. Ibuku nyatetlah nomernya dr. Kendra ini.
Malemnya ibu berusaha banget ngeyakinin aku buat nelpon dr.Kendra. Ibu kayaknya pengen banget aku kerja di RSAD. Ya dengan harapan kalau seumpama ada pengangkatan lebih gampang, karena as you know di RSAD belum ada pegawai Rekam Medis Jadi siapa tahu ada kesempatan disana.
Saking ngarepnya sama RSUD Blambangan, aku sempet berat banget mau nelpon dr.Kendra. Karena kan aku sebenernya gak mau lagi jauh dari kedua orang tua aku. Masa tiga tahun merantau di Malang harus merantau lagi di Bali? Apa aku emang ditakdirkan untuk merantau??wkwk. Soalnya aku sekalian mau ngejagain adek aku, si Dewi kalau di Banyuwangi.
Terus nih, akhirnya aku nelpon dr.Kendra dan dia nyuruh aku datang langsung ke RSAD ngasih lamaran dan ketemu sama beliau. Malem itu juga aku disuruh beberes sama ayah dan ibu. Tapi kayak antara iya dan tidak gitu perasaanku.
Tanggal 20 Februari 2016, aku berangkat diantar ayah,ibu dan nenek. Nggak kebayang banget soalnya secepet ini,sampai kudu banget mereka yang nemenin aku ke Denpasar hahaha. Karena aku emang anaknya penakut, tapi aku juga males kalo berangkat sendiri jadinya mereka anter. Karena jarak Banyuwangi-Denpasar juga deket. Cuma 4 jam perjalanan-lah kalau santai, itu udah nyebrangnya juga.
Hari itu juga sampai di Denpasar dan untuk sementara numpang dirumahnya mbah Salam. Yang SUPER DUPER BAIK (semoga Allah selalu memberi kesehatan dan kebaikan buat mereka sekeluarga). Mbah Salam itu, dulu tetangga waktu di asrama sudirman. Tapi masih disana. Karena anak-anaknya udah pada menikah, jadilah cuma tinggal mbah Salam berdua dengan istrinya. Aku sama nenek aku dikasih kamar. Disuruh tinggal disitu sebenernya, tapi aku maunya kost aja. Aku nggak pernah betah tinggal dirumah orang lain walaupun itu saudara aku sendiri (hehehe).
Terus kita juga cari kost, udah nemu kostnya mbah Samingan. Enak sih tempatnya dan murah. Tapi masih penuh, kalau ada yang pindah katanya bakalan dikabarin.
Nah sorenya kita ke RSAD nih. Masih inget banget hujan rintik-rintik. Rencana mau ketemu sama tante Chrisna, sobatnya tanteku yang di Malang. Waktu ketemu tante Chrisna, ternyata ketemu juga sama kapten Amang. Beliau adalah kepala urusan personalia waktu itu. PASSSS banget! Katanya aku yang ditunggu. Kapten Amang langsung kasih aku syarat-syarat untuk ngelamar. Sore itu juga aku ambil lamaran yang udah aku siapin dan aku kasih ke kapten Amang lagi.
Kata kapten Amang, aku langsung disuruh datang senin pagi buat interview.
Disitu orang tua aku seneng banget dong.. apalagi nenek aku. Soalnya nenek aku ngarep aku ntar juga bisa punya suami tentara (wkwkwk).
Selesai dari RSAD, orang tua aku pamit mau pulang. Tapi aku beraaaaat banget. Sampe drama dulu, biasa nangis sampe rasanya pusing kepala. Ibu aku juga ikutan nangis. Aku tau ayah juga berat, tapi beliau emang pandai lah nutupin semuanya. Tetep aja kayak keliatan sedih. Tapi gimana lagi? Ya mungkin udah takdir. Awalnya kan sama ibu disuruh lanjut kuliah saja. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Aku dapet kerja duluan. Ayah suruh aku kuliah lagi, tapi aku bilang nggak dulu karena aku mau punya pengalaman kerja.
22 Februari aku Interview, 23-28 Februari masuk orientasi kerja tepat jam 1 siang. Dan diterima sebagai TKS (Tenaga Kerja Sukarelawan) baru di RSAD Udayana pada tanggal 1 Maret 2016.
Oh, ya setelahnya aku dapet panggilan dari RS yang udah aku masukin lamarannya. Pertama dari RSAU Abdurahman Saleh Malang. Kedua RSI Fatimah (deket banget sama rumah, depan rumah banget). Ketiga sama RS Yasmin di pusat kota Banyuwangi. Sempet banget bikin galau. Karena aku bisa aja kembali ke Banyuwangi, tapi aku udah sebulanan disana dan harus ngerombak RM yang masih berantakan sebelum akreditasi Agustus nanti. Udah dipercaya banyak sama atasan, terutama pak Bagus dan dr.Kendra. Padahal sebenernya nggak terikat sama kontrak. Ya mungkin Allah punya rencana lain ya, jadi aku tetap stay di RSAD.
Sampai akhirnya sekarang aku masih berkerja disini, di RSAD Udayana Denpasar. Di tahun kedua aku ambil kuliah juga. Alhamdulillah, diijinin atasan dan disupport sama orang tua ku. Rasanya seneng banget, harus jalanin dengan serius!
Awalnya nggak ada kepikiran untuk kerja di Denpasar. Aku pengen kerja di Banyuwangi. Malah kebalikan sama temenku Narariya, dia pengen di Denpasar tapi masih ngurus akreditasi di Tempur Sari. Lucu sih. Apa yang kita rencanain belum tentu Allah ridho ya.
Eh tapi sekarang si Narariya dapet kerja di Bali Royal Hospital. Jadi sekarang kalau mau curhat gak lewat hape lagi, sering ketemu dan main juga :’) . Alhamdulillah.
Ya kita bolehlah berencana, tapi semua Allah yang nentuin. Tetep minta yang terbaik sama Allah, jangan mudah putus harapan. Kita nggak pernah mengira rencana Allah seindah ini.
Aku sih yang penting bikin ayah ibu seneng dulu aja. Goals aku sekarang adalah jadi anak yang diinginkan oleh mereka. Melakukan kewajibanku sebagai anak. Menyelesaikan pendidikan dengan baik dulu. Kelak ada masanya juga aku bakalan nikah, mereka tidak mendesak menyuruh cepat-cepat. Aku harap setelah S1 aku bisa menikah.
Oke nanti aja bahasnya beda judul. Semoga tulisan ini kelak bisa dibaca lagi sama aku 5 atau 10 tahun kemudian dan jadi bahan refleksi diri,udah sejauh apa aku.
See you bloggier! And thank you for missing me!
I’m BACK.

Jumat, 22 September 2017

Catatan untuk Ayah dan Ibu

10 April 1994

Aprilia Ayu Setyawati,kau beri nama untukku. 
Mungkin saat itu aku belum mengerti apa-apa. 
Tapi aku sangat yakin kalian bahagia karena buah hati pertama kalian lahir sejak setahun pernikahan kalian.
Dari album yang aku lihat,engkau menggendongku sambil tersenyum dengan wajah berseri.saat aku dalam pelukan kalian pun aku tertawa.

Aku sering menangis,mengompol,nakal,malas ataupun merepotkan engkau semasa aku kecil. Tapi engkau tetap sabar dalam mendidik dan membesarkanku.

Dialbum aku juga melihat engkau selalu mengambil gambarku saat aku sedang bermain. Atau saat engkau memakai baju dinas aku dalam pelukanmu.

Engkau memberikan aku baju yang cantik namun sederhana. Memberi pita pada rambutku yang masih belum tumbuh banyak saat itu.

Aku tahu engkau selalu menjagaku. Walau kau tak selalu memberikan apa yang aku inginkan,tapi kau selalu memenuhi kebutuhanku.

Beranjak TK. 
Aku ingat memori yang ada dalam ingatan ini. 
Masih tersimpan rapi. 
Disaat kau menyuapiku sarapan sebelum berangkat sekolah. 
Mengantar dan menjemputku.
Membelikan aku mainan. 
Merayakan hari ulang tahunku. 
Bahagia rasanya menjadi anakmu walau hidup kita dulu sederhana sekali. 
Hanya sebuah rumah kecil berisikan ayah,ibu dan aku saja. 
Aku paling senang saat dibonceng didepan. 
Walaupun aku juga suka tertidur saat kau bonceng.

Setelah  usiaku tiga tahun,aku mendapat adik. 
Dia manis. 
Saat itu tak ada pikiran bahwa aku akan kehilangan perhatian kalian. 
Aku malah senang dengan kelahiran adik pertamaku. 
Aku jadi punya saudara dan teman main saat kau berada dikantor. 
Engkau selalu pulang kantor dengan wajah kangen dan berseri.
Saat tahu anak-anakmu sedang main atau tertidur pulas.

Aku tak pernah kehilangan masa kecilku. 
Engkau mengajariku kesederhanaan.

Tiba saat aku berusia belasan tahun, aku sering membuatmu marah dan kesal. 
Maafkan aku. 
Aku kadang butuh perhatian. 
Mungkin juga karena proses pendewasaanku.

Tapi terima kasih sekali lagi,aku mengerti banyak hal. 
Walau salah tapi engkau selalu membenarkan.
Mengajariku untuk sopan dan santun terhadap orang lain. 
Mengajariku untuk berani didepan orang dan belajar mandiri.
Selalu mendukung apa yang aku pilih dan selalu melarang apa yang tidak baik untuk diriku.
Ayah,Ibu...sedih rasanya bila mendengar salah satu kerabat kehilangan ayah/ibu mereka. Aku jadi teringat pada kau. Kapan aku bisa membahagiakanmu? Apa masih bisa kau melihatku sukses? Apa masih kuat dirimu melihat aku sukses kelak?


Aku mencintaimu ayah,ibu. Semoga Allah selalu memberi kesehatan dan umur yang panjang untuk melihat aku dan adikku sukses hingga engkau bangga pada anak-anakmu. 
Aamiin.