Selasa, 31 Desember 2019

Lost contact and ...ending? #RAK6

Kamis, 31 Januari 2019

Masih ingat? 

Dimana sore itu kau tiba-tiba menghubungiku, mengabariku bila kau sedang berada di kotaku dan berencana mengajak bertemu. Aku sedikit kaget karena tak menyangka kau sebelumnya selalu bilang, namun tidak untuk kali ini. Saat itu karena kau  mengantar temanmu berobat. 

Sepulang dari kantor, aku mengecek handphone ku. Kau mengajak bertemu sore ini. Aku men-share location dimana tempat indekost ku. 

Aku merapikan kembali hijabku. Aku turun dan segera mencarimu diluar, kau sempat salah jalan sebelum akhirnya menemukan tempat tinggalku. 

Ku lihat kau dengan jaket kesayanganmu dan motor yang kau bilang baru beli. Saling sapa dan melempar senyum, aku naik ke atas motor. 

"Mau makan dimana?"

"Enaknya dimana ya... bentar. Ikutin aja deh jalannya aku yang navigasi." kataku. 

Awalnya kita ingin nonton, tapi melihat film nya sedang tidak ada yang 'kita' banget. Aku waktu itu ingin sekali nonton 'How to train your dragon' hanya saja takut kau tidak suka. 

Akhirnya, sampailah kita di Warung Special Sambal (WSS). Karena aku bingung mau mengajakmu makan dimana, padahal aku sering sekali jalan dan makan didaerah Denpasar.

Kita mengambil tempat duduk yang lesehan. Membaca menu dan memilih beberapa makanan. 

"ya ampun aku lupa kamu nggak bisa makan sambel, maaf ya."

"bisa kok bisa, haha." katamu sambil memilih menu.

Oh ya saat itu aku sedang berpuasa. Jadi sembari menunggu magrib aku sudah menyuruhmu makan, hanya kamu menghargai dan akhirnya menunggu juga waktu magrib.

September...

Oktober...

November...

Desember...

Januari...

Didalam benakku masih saja, selalu masih bertanya. Apakah kau dan aku selama ini, hubungan apa yang selanjutnya dapat kita buat? Apakah akan terus-terusan begini? Menjadi teman jalan dan tidak ada hal-hal serius yang dapat kita bicarakan.

Apalagi setelah pertemuanku dengan seseorang yang ternyata temannya juga.

Aku memberanikan diri membahas orang tersebut didepanmu. Dengan menanyakan 'Kamu kenal si A?' 

Kamu seperti bingung awalnya mengapa aku bisa kenal dengan dia. Air mukamu tak bisa menyembunyikannya. Setelah membahas si A aku tahu kau kesal, tapi aku sengaja menyinggung ini agar aku tahu sejauh mana kau menghadapi dan menghargai hubungan kita yang belum jelas.

Setelah makan, aku magriban. Sambil membayar makan kita, karena tidak adil rasanya setiap makan selalu kau yang membayarnya. Kali ini biarkan aku yang menraktirmu. 

Lalu kita beranjak mencari makanan kesukaanmu, seblak. Aku bingung sebenarnya dimana orang yang jualan seblak yang enak di Denpasar. Aku lupa. Akhirnya kita jalan ke daerah Mahendradatta, tapi karena tutup akhirnya kita memutuskan untuk pulang.

Dijalan aku mengambil gambar punggungmu. Menandakan kita keluar hari ini. Karena kita sama sekali tidak mengambil gambar bersama. Kau mengantar aku sampai rumah, kita saling bersalaman. Salaman cium tangan, kau cium tanganku dan aku mencium tanganmu. Lol. Ini geli sih, tapi disitu kita bergurau. 

"Terima kasih ya. Hati-hati dijalan." Ucapku. 

Setelah pertemuan kita ini, keesokan harinya dan seterusnya sampai bulan Maret kita lost contact. Baik aku maupun kau mungkin mempunyai alasan untuk tidak saling menghubungi. 

Sungguh,sejujurnya aku adalah seorang perempuan yang hatinya sudah kau rebut. Aku sudah dititik capek, jenuh dan 'untuk apa dilanjutkan bila tidak ada kejelasan.'


Iya, aku sebenarnya ingin kejelasan. Kubiarkan 5 bulan kemarin adalah suatu cara pendekatan kita. Namun ternyata aku tidak menemukan jawaban atas semua yang sudah kita lakukan ini. Seperti punya hubungan tapi sebenarnya tidak. Ingin kesal tapi untuk apa, ingin cemburu pun tak berhak. 

Kita adalah dua orang yang saling nyaman namun tidak ada status. Kau menganggapku orang spesial, akupun begitu. Tapi nyatanya kau tidak pernah mengungkapkannya hingga hari ini. 

Sudah penghujung tahun, aku rasa aku harus berhenti menulis tentangmu. Mungkin ini adalah penutup. Karena aku merasa harus benar-benar membuka lembaran baru. 

Setelah berkenalan denganmu dan punya hubungan yang rumit kemarin, aku merasa berhati-hati ketika laki-laki datang mendekat. Aku lebih bersabar dengan dia yang belum datang dan sepertinya belum ada yang bisa mencuri lagi selain dirimu kemarin.

Untuk kau yang membaca ini, terima kasih banyak sudah meluangkan waktumu. Aku tahu ini klise, aku menulis tentangmu, tentang masa laluku dan masa depanku. Aku tidak bisa bercerita selain ke Allah dan blogku. Kujabarkan semua tentangmu, tentang perasaanku dan hal-hal rumit yang tidak bisa ku lafalkan. Terima kasih ya sudah berkenan hadir dalam hidup seorang Lia. 

Aku harap kau selalu sehat, bahagia dan sukses dengan cita-citamu. Semoga kelak kita dapat bertemu dengan orang yang benar-benar mencintai kita lahir batin.

Selesai sudah ceritamu dengan dia. Saat ini bahagialah dengan orang yang akan membuatmu bahagia.

Setiap hujan yang turun 1% air dan 99% kenangan benar adanya, memori yang kita pernah buat adalah hal yang paling mengesankan setahun terakhir. 

Terima kasih, selamat tahun baru. 

Selamat membuka lembaran baru, Lia.

Minggu, 22 Desember 2019

Kita dan Hujan Bulan Desember #RAK5

Sabtu, 22 Desember 2018

Setahun berlalu...  tepat hari ini.

Aku masih ingat saat itu. 

Langit mendung menghitam, dingin dan pertanda akan turun hujan. 

Senja tak terlihat. Desember sedang musim hujan dan dingin, tapi kita tetap berpayung rasa.

Segelap-gelapnya langit, tetapi kau tahu, hatiku sedang berbunga-bunga.

Aku sedang memakai jilbabku dan menunggumu menjemputku untuk jalan-jalan sore ini. Sesekali mengecek handphone ku, menunggu telpon darimu masuk, aku mengangkatnya dan keluar untuk menyambutmu. Berpamitan dengan Nenekku lalu naik ke atas motor.

Ditengah mendung sore yang dingin waktu itu, kau berniat mengajakku untuk makan. Diatas motor kita saling bertukar cerita. Spion kau arahkan ke arahku dan kau tersenyum lewat spion, membuat pipiku bersemu dibalik masker. 

Kita belum menentukan mau makan dimana. Selalu klise ketika seorang laki-laki dan perempuan bingung akan makan dimana. Sebelum sampai tempat tujuan, hujan turun dengan deras. Segeralah kita berteduh di sebuah warung kecil yang terdekat saat itu.

Memesan segelas teh hangat dan makan kerupuk. Haha, aku suka sekali momen ini. Sederhana dan manis. Aku tidak khawatir bila hujan ini terus-terusan dan menjebak kita berdua. Tapi perlu kau tahu, saat itu aku senang karena aku sudah lama tak begini, menikmati derasnya hujan, terjebak bersama dengan seseorang yang terbiasa kusapa lewat pesan singkat dan video call, yang tak setiap hari kutemui, dirimu.


Kau sesekali mengecek handphone mu, aku tak pernah  mempermasalahkannya. Karena aku yakin pekerjaanmu saat ini lebih penting, apapun informasi pasti semua lewat handphone.

"Mau makan dimana?"

"Aku terserah saja, yang biasa-biasa saja ya."

"Mau steak atau makanan rumahan?"

"Makanan rumahan aja yuk."

Setelah hujan agak reda sedikit, dengan gerimis yang masih membasahi, kita segera menuju tempat makan. Aku memegang maps, karena tempat ini baru bagimu dan aku.

Menelusuri beberapa jalan kecil, hingga sampai ke tempat yang membuatku berpikir 'tempat apa ya ini, kok jauh dari jalan besar.'

Dari kejauhan aku lihat lampu-lampu kuning yang cantik dan aku mulai,

'ini anak, bisa aja bikin seneng.'

Jujur, dari dulu selalu diajak ke tempat yang romantis kayak gini sama orang-orang sebelumnya selalu dibuat terpukau, tapi ternyata kau juga bisa menemukan tempat seperti ini. Aku sudah senyum-senyum sendiri sembari melepas helm ku.

"Awas licin yah."

Dari tempat parkir sampai meja, aku pegangan pada tali tasmu. Aku berjalan disampingmu ditemani hujan yang masih rintik-rintik dan membuat suasana menjadi lebih romantis. Yah kau tahu aku sudah tidak melakukan hal-hal seperti ini.

Sampai disana, kita sholat magrib dulu. Lalu menuju meja makan lesehan yang menghadap ke kolam, disebrang kolam ada musik akustik. Lagu-lagu romantis dimainkan. Salah satu yang aku ingat lagunya Once yang Aku Mau.

Seperti diungkap lewat sebuah lagu, tapi tetap batin kita terikat tak kemana-mana. Menikmati malam dan hujan di bulan Desember bersama.

Musik akustik...

Hujan rintik-rintik...

Dingin...

Syahdu...

Sabtu malam...

Aku...

dan kau...

Kita saling bertukar cerita saat itu, tentang semua yang membuatmu senang, kesal aku masih mengingatnya

Aku senang bisa menjadi pendengarmu.

Mencuri senyummu, memotretmu, mengambil gambar bersama.

Kau tahu aku kadang takut ini berakhir sebagai kenangan saja.

Aku benar-benar bersyukur saat itu pada Tuhan, karena adanya dirimu didepanku saat ini. Kau mengisi ruang-ruang yang kosong memberi arti dan membuatku tenang disaat aku tahu mas 'S' sudah mengisi cincin dijemari perempuan lain.

Tapi yang membuatku sedih adalah kita yang tidak pernah menceritakan tentang 'kita'.

Yang benar-benar kita.

Aku merasa kau belum siap.

Dan aku tidak tahu kau akan membicarakan ini kapan.

Jadi aku bungkam semua dengan senyum, karena aku memang suka seperti ini.

Aku tetap menunggu sampai sejauh mana kau mau berdiam tak membicarakan 'kita'

Sepulangnya kau mampir sebentar untuk beli terang bulan dan martabak. Menitipkannya pada aku untuk nenekku. Hujan rintik-rintik masih menemani kita malam itu.

Tiba-tiba ada telpon masuk dari orang yang sedang mencoba mendekatiku, bodohnya aku langsung menyembuyikannya darimu. Aku sadar, kau curiga dan kau kesal saat itu. Tapi yang perlu kau ketahui adalah memang aku dan dia tidak pernah ada apa-apa, aku baru mengenalnya dan dia tiba-tiba saja menghubungiku.

Aku tahu ini adalah salah paham yang sampai saat ini tidak terungkap.

Aku tidak mau kau tahu dan kau juga tidak perlu tahu.

Bagian yang paling menyakitkannya adalah, ini adalah setahun perkenalan kita. Hari ini 22 Desember 2019 sudah setahun berlalu juga pada 22 Desember yang sama.

Aku hanya mengulang memori yang ada.

Mungkin saat kau membaca ini kau sudah bahagia dan akupun.

Thankyou nok, we made it all. 



Selasa, 17 Desember 2019

Good Bye

Wait...

Only one last thought before i let you go
I really wish you the best
I hope you find someone who really loves you and makes you the happiest human on the entire planet

And i don't want to sound selfish but i know there will be nobody loves you the way i did and even if our story could never start 

I know those moments we shared together will be the most beautiful secret crated for two strangers who didn't mean to fall in love

Senin, 16 Desember 2019

Well, listen...

Well, listen

Someone comes in your life
for
a reason

They came to offer happiness also disappointment
There are only a moment
Some are at all times

They come and go

Sometimes leave you sadness
But...
Believe me, there will be someone who comes
Settled in the rest of your life

Allah purposely let you meet some people the wrong
Before finally found the right person
The right way and a wonderful time

@apriliaayus

Minggu, 15 Desember 2019

Hanya Perlu Yakin

Aku hanya perlu yakin 
bahwa apa yang telah Allah ta'ala tetapkan untukku
tidak akan meleset barang sesenti pun
Demikian dengan apa yang tidak Allah tetapkan untukku
Tidak perlu khawatir apalagi gelisah


Kamis, 12 Desember 2019

Surat Untuk Calon Suamiku


Halo... Assalamualaikum calon suamiku

Aku Aprilia Ayu Setyawati, kau bisa panggil aku Lia atau sebutan sayang yang akan kau berikan padaku nanti

Hmm...

MasyaAllah *nyeka air mata*

Terima kasih ya, sudah datang tepat waktu

Dimana aku hampir putus asa dengan yang namanya pasangan hidup, Allah Yang Maha Penyayang mendatangkan kau

Akhirnya orang yang aku tunggu-tunggu selama 25 tahun usiaku, datang juga

Yang di janjikan Allah setelah semua perjalanan manis pahit percintaanku

InsyaAllah kau yang terakhir

Menghapus seluruh kekhawatiran selama ini

Aku kira kau tersesat jauh, tapi ternyata memang Allah belum saja mempertemukan kita berdua

Apa sebelumnya sudah pernah saling melihat atau memang saat itu kita belum digerakkan hatinya

ya mungkin saja

Allah sudah Maha Baik dan Pengasih, menggerakkan kedua hati kita agar saling bertemu

Dan akhirnya hari itu datang, hari dimana kita akhirnya saling "Sepertinya kau orangnya."

Kau adalah sosok yang selama ini aku semogakan

Kau yang selalu aku minta dalam setiap doa-doaku

Oh ya, Kemarin waktu aku umroh bersama Ayah dan Ibu, aku meminta pada Allah agar segera mempertemukan kau dengan aku segera

Cuma memang bukan langsung saat itu, ternyata ada proses dan waktu

Aku tidak khawatir karena Allah sudah jamin semuanya

Hari ini Allah jawab

Alhamdulillah, kau datang dengan keadaan yang baik dan sehat

Kau menjaga dirimu dengan sangat baik

Untuk kau calon suamiku, kelak kalau kau datang kau harus membaca tulisan ini. 

Ini adalah tulisan sebelum kau ada, kau datang dan kau hadir

Aku tidak tahu bagaimana rupamu, rasamu dan semua yang ada pada dirimu

Siapapun kau kelak, aku berdoa agar rumah tangga yang akan kita bangun nanti bisa direstui semesta

Sampai jumpa nanti calon suami

Wassalamualaikum

Minggu, 24 November 2019

Perlengkapan Umroh untuk Perempuan

Halo aku mau share perlengkapan umroh yang aku bawa kemarin.
  1. Al-quran 
  2. Mukenah Putih
  3. Sajaddah kecil / tipis
  4. Baju thowaf (gamis putih dan mukenah putih biasanya dapat dari Travel Umroh
  5. Sepatu thowaf atau pakai kaos kaki saja
  6. Deker atau penutup punggung tangan thowaf 
  7. Gamis
  8. Celana legging
  9. Legging wudhu 
  10. Kaos kaki
  11. Daleman 
  12. Kacamata hitam 
  13. Bantal leher untuk di pesawat
  14. Sepatu /  Sandal yang tidak licin
  15. Tas plastik atau tas untuk sandal 
  16. Colokan kabel listrik
  17. Obat-obatan : minyak kayu putih, tolak angin, obat demam, hot cream, tetes mata, vitamin)
  18. Panty liniers
  19. Alat mandi : sampo, sabun, handbody, sisir, rinso cair, sikat gigi, odol
  20. Hijab dan Khimar
  21. Ciput, peniti, jarum pentul.
  22. Masker untuk menutup mulut
  23. Jaket
  24. Botol spray untuk air zamzam
  25. Handphone dan Charger
  26. Powerbank
  27. Gunting lipat
  28. Skincare (toner, serum, masker)
  29. Makeup (sunscreen, lipstick nude, bold, eyeliner, maskara alis, bedak two way cake)
  30. Baju tidur
  31. Jepit dan kunciran rambut
  32. Headset
  33. Payung 
  34. Tisu basah 
  35. Tisu kering



Minggu, 10 November 2019

November Rain #RAK4

Sabtu, 10 November 2018

Jelas.

Masih teringat dengan jelas dimemori ku saat itu.

Dari awal pertemuan kita dan semua hal kecil yang biasa kita lakukan.

Malam dimana kau berencana untuk menjemputku, tapi aku menolaknya dan bilang akan kesana sendiri. Aku hanya tidak ingin keluarga besarku bertemu denganmu, karena aku tahu... mungkin akan sangat awkward ketika aku mengenalkanmu pada mereka. Karena kita baru kenal, aku takut kau tidak siap jika keluargaku mengenalmu.

Malam itu aku jalan sendiri ke tempat yang sudah kau tentukan.

Kau mengirimkan daftar menu dan aku memilih untuk memesan air jeruk hangat.

Aku datang dan membawa oleh-oleh untukmu, tapi sengaja ku tinggal di kendaraan.

Aku datang mencarimu, ya ku temukan sosokmu.

Kau dengan jaket hitam kebangganmu dan Aku dengan baju maroon manis malam itu.

Kita saling melempar senyum dan mengulur tangan.

Aku duduk disebelahmu.

Ini pertemuan ketiga kita.

Dimeja kau memesan dua makanan, aku hanya memesan air jeruk hangat kesukaanku. Aku tidak makan karena memang aku sudah makan dirumah. Aku bilang padamu, karena Ibu masak pepes favoritku. Kau tersenyum dan tetap memaksaku makan.

Sambil menghidupkan stories instagram, kau mengambil gambar dan video sambil menyuapiku.

Awalnya kaku sekali, karena jujur aku sudah tidak melakukan hal-hal seperti ini sudah lama.

Tapi jelasnya aku seakan mengiyakan semua perlakuanmu padaku.

Dalam diriku ada rasa senang dan takut. Hanya itu.

Senang ada yang memperhatikanku kembali dan takut bila ini hanya bersifat sementara.

Tapi malam itu kita habiskan bersama saling bercanda dan bercerita.

Kau bercerita tentang hidupmu dan aku senang jadi pendengarmu.

Sayangnya dan anehnya, kita tak pernah bercerita tentang perasaan kita satu sama lain.

Entah ada dinding batas, kita tak pernah menembus masalah percintaan. Aku dan dirimu, tidak sama sekali.

Tapi, kita nyaman seperti ini.

Saat kita makan dan bercerita kau mengambil hapeku, menghidupakan video dan merekam aktifitas kita berdua malam itu.

Masih tak kusangka kau begitu lucu dan menggemaskan, seperti adikku sendiri. Memperlakukan kakakmu dengan sangat manis. Kau tahu cara memperlakukan seorang perempuan, tapi kau lupa hatinya juga butuh kau perhatikan.

Lama kelamaan apapun yang kau lakukan membuatku terbawa perasaan, namun bisa ku kontrol. Semakin aku menyukaimu, semakin rasa ingin mememilikimu tak ada. Tak pernah dan ku tepis selalu.

Aku mengerti batasannya.

Aku menganggapmu sebagai adik.

Dan kau menganggapku sebagai kakak.

Batasan itu yang selalu aku tinggikan dari pada semua ego ku.

Setelah makan malam itu, kau mengantarku beriringan pulang. Aku sudah menolaknya namun kau tetap ingin mengantarkanku sampai rumah nenekku.

Aku senang dengan semua perlakuanmu setahun lalu.

Terima kasih. Kau, yang selalu ku panggil Nok.

Sudah beri kesan baik di 2018 kemarin.

Ini hampir penghujung 2019 dan aku sudah bisa mengendalikan diriku sendiri terhadapmu.

Semoga kelak ketika kita bertemu kembali, kita masih berteman baik.

Kamis, 31 Oktober 2019

Ijinkan lebih lama lagi untuk tetap tinggal

Sekarang kita saling berhadapan

Kau dengan senyum manismu menggenggam tanganku dan menciumnya berkali-kali
Dari balik punggung kau mengambil sebuah kotak 

Ya, seperti drama yang ku lihat di televisi.

Layaknya seseorang kekasih yang akan melamar si perempuannya.

Aku tersenyum malu. Kau masih menatapku dan menyematkan cincin manis itu di jari kananku

"Aku tahu kita bukan sepasang kekasih. Aku tidak tahu harus menyebut ini apa. Tapi pakailah dulu. Aku belum tahu kapan bisa menepatinya, tapi aku ingin kau tahu aku sangat menyayangimu."

Kita saling mendekat. Kau menarik bahuku dan memelukku. 

"Kumohon tetap disini sampai waktunya tiba. Aku benar-benar bingung saat ini. Aku ingin memilikimu tapi aku bingung dengan kenyataanku. Aku tidak mau kehilangan orang sepertimu. Sungguh." 

Kali ini kau memelukku lebih erat.

Aku mengelus punggungmu, berusaha bilang pada diri sendiri. 'Mungkinkah aku menunggumu?'

Aku tersenyum. "Sudahlah jangan khawatir, apa yang sudah menjadi milikmu tak akan kemana. Tapi bila suatu saat kita dipisah, ingatlah aku sebagai orang yang pernah ingin kau miliki."

Kau makin memelukku erat. Kau menangis dipelukanku.  

"Jangan menangis jagoan. Kita dipertemukan Tuhan pasti dengan berbagai alasan. Entah kita saling memberikan pelajaran atau kita akan berakhir bersama selamanya. Tenanglah aku juga menyayangimu." Aku mengelus punggungnya menenangkannya.

Kau melepas pelukan dan mencium keningku dalam-dalam. 

Aku masih tidak percaya. 

Didepanku ada orang yang mencintaiku dan aku pun mencintainya. 

Tapi mengapa ada batas 'Bingung' antara kita. 

Kau bingung dengan kenyaataanmu. Aku bingung berapa lama aku harus menunggumu.

Kau menggelengkan kepalamu. Menyatukan keningmu dengan keningku. 

"Sungguh, bagaimana ini bisa terjadi. Aku masih belum bisa memastikannya. Izinkan dirimu lebih lama tinggal. Jangan pergi."

Aku mengusap air matamu. Aku tahu dirimu.
Tak lama, Kita saling bertaut dan melepas semua kesedihan. Dibalut air matamu, kau enggan melepas dan aku hanya membiarkannya semakin lama. Setelahnya kita masih bertatapan.

"Aku akan ada disini untukmu." kataku. 

Sekali lagi kau memelukku, "Terima kasih banyak. Terima kasih."

Dan akhirnya kita tidak saling kehilangan.

Rabu, 30 Oktober 2019

Honesty

You don't have to scream and tell people to like you
When they like you, they like you
When they don't, they just don't 
and you don't have to beg for them to like you
You don't have to use with all power
force them 
try to make them like you, adore you, admire you
When they just don't want to

it called "honesty" sweetheart! 

Senin, 21 Oktober 2019

Jatuh cinta denganmu tidak sama sekali menghapus lukaku

aku kira jatuh cinta seindah itu
aku kira jatuh cinta bisa membuatku tidak merasa sendiri
aku kira jatuh cinta adalah hal yang tepat
aku kira jatuh cinta bisa membuat bahagia
aku kira jatuh cinta bisa menghapus luka lama
aku kira jatuh cinta tak serumit itu
aku kira jatuh cinta bisa setiap saat
aku kira jatuh cinta menyenangkan
aku kira jatuh cinta akan membawaku pada seseorang yang mencintaiku juga
aku kira jatuh cinta tak sesepele ini
aku kira jatuh cinta benar
aku kira jatuh cinta tak sulit
aku kira jatuh cinta membuatku merasa lebih baik
aku kira jatuh cinta tepat waktu
aku kira jatuh cinta buatku bahagia

dengan mu...

sayangnya, banyak hal yang berbanding terbalik

jatuh cinta denganmutak seindah itu
jatuh cinta denganmu membuatku merasa sendiri
jatuh cinta denganmu bukan hal yang tepat
jatuh cinta denganmu tak buatku bahagia
jatuh cinta denganmu tak bisa menghapus luka lama
jatuh cinta denganmu serumit itu
jatuh cinta denganmu tak bisa setiap saat
jatuh cinta denganmu tak menyenangkan
jatuh cinta denganmu tak membawaku pada seseorang yang mencintaiku juga
jatuh cinta denganmu sepele ini
jatuh cinta denganmu salah
jatuh cinta denganmu sulit
jatuh cinta denganmu tak membuatku merasa lebih baik
jatuh cinta denganmu tak tepat waktu
jatuh cinta denganmu tak buatku bahagia

jatuh cinta denganmu tidak sama sekali menghapus lukaku, malah makin memperparahnya

kamu datang
kamu bawa kunci itu
kamu masuk
kamu mengendalikan semuanya
sayangnya... kamu akhirnya menghancurkan diam-diam dan pergi untuk membuat luka lagi

mungkin aku dan kamu adalah dua orang yang hanya Tuhan pertemukan untuk tidak saling mengisi, tapi selebihnya hanya pelajaran

terima kasih untuk tidak peka akan segala rasa
terima kasih untuk sakit yang sekian kali
ada kalanya aku ingin kau mengerti tapi sepertinya memaksamu untuk mengerti akan membuat ini semua bertambah rumit
untuk kesekian kalinya aku takut jatuh cinta

Sabtu, 12 Oktober 2019

Pempek dan Bakso #RAK3

Jumat, 12 Oktober 2018

Tepat setahun, masih ingatkah kau saat pertemuan ketiga kita?

Tidak lama setelah pertemuan kedua kita, kita kembali berjanji untuk bertemu sore ini. Aku menjemputmu ditempat kemarin. Agak drama sih ya. Karena aku sudah menunggumu lama, tapi kau sedang menghindar dari senior dan mengulur waktu. Hampir magrib, kau baru bilang untuk menjemputmu di gerbang dekat Pemogan.

Akhirnya kita bertemu dan kau bilang kau ingin sekali Pempek.

Kuajak kau ke tempatku biasa makan di Genteng Biru. Kau memesan Pempek dan aku memesan Bakso kesukaanku. Lalu kau mengambil beberapa foto, lalu kita menyantap makanan bersama. Bercerita tentang apapun yang ada dikepala kita.

Setelah makan, kita mengambil beberapa selfie bersama. Kau dan aku. Aku masih ingat dengan baju orange ku, kau dengan baju biru dongker.

Hal lucu lagi kembali terjadi, saat aku akan membayar makananku kau membuntutiku.

"Aku bayar baksoku, kamu bayar Pempekmu."

"Nggak mau. Berapa bu?" Kau bertanya pada ibu penjual.

Aku dan kau saling mengeluarkan uang dan akhirnya kita sedikit berdebat, saling berebut siapa yang akan membayarnya. Akhirnya aku kalah, ibunya mengambil uangmu.

Tapi jujur aku adalah tipikal orang, sebelum dia jadi suamiku, aku akan membayar makananku dan apapun yang aku ingin beli dengan uangku sendiri. Bukan bersifat sombong, aku hanya ingin adil padamu dan pada diriku sendiri. Aku bukan orang yang ingin ini itu minta dibayarin, apalagi dengan seorang laki-laki. Tapi setiap laki-laki yang berusaha keras untuk membayar duluan, ku anggap sebagai hadiah bagi diriku.

Setelah makan aku minta diantar ke Masjid Sudirman untuk magriban.

Baru setelah magriban, kita akhirnya kembali ke Kepaon. Kau minta berhenti di minimarket karena kau mau membayar tagihanmu. Kita singgah sebentar ke Alfamart terdekat. Aku menunggu di motor saja. Lalu kau masuk dan agak lama karena harus mengantri. Kau keluar dengan tas plastik, kau berbelanja sesuatu.

Diperjalanan kita saling tos, untuk berterima kasih. 

Kembalilah lagi kita ke tempatmu. Tepat di depan ATM yang waktu itu kumenunggumu. Kita saling bersalaman dan kau meninggalkan tas plastik tadi.

"Ini punyamu, lupa kamu bawa."

"Bukan itu buat kamu kok. Ambil ya."

"Ih kok gitu, janganlah, Buat temen kamu aja."

"Nggak mau, itu hadiah kok buat kamu. Dimakan ya."

"Terima kasih ya. Repot banget sih." 

Kau tersenyum dan kembali kedalam.

Pulangnya aku ke kost Nara, karena berniat mengantarnya berbelanja baju. Setelah berbelanja, aku dan Nara singgah ke Warung Special Sambal (WSS). Aku bercerita panjang lebar tentang pertemuan kita tadi. Dengan sumringah dan berseri-seri. Nara tahu bagaimana mataku yang terlihat senang, saat bercerita tentang dirimu.

Ada sedikit permasalahan setelah aku memposting foto berdua bersamamu tadi, ada salah satu temanku yang menyuruhku menghapusnya. Tapi dengan cara yang tidak enak dibaca. Ternyata awal mula masalah ada disini. Tapi ku abaikan karena aku hanya mengecap mereka sirik denganku, denganmu.

Sampai kost kubuka tas plastik tadi dan ternyata isinya adalah jajanan. Yang paling banyak pocky (aku akan insert gambarnya nanti). Langsung aku tertawa kecil dan pipiku hangat, saking senangnya.

Aku memfotonya dan mengirimkan padamu dan berterima kasih.

"Dimakan ya." Katamu.

Terima kasih sekali ya, sudah pernah berbuat semanis ini.

Rabu, 09 Oktober 2019

Surabi Sudirman #RAK2

Selasa, 9 Oktober 2018

Masih ingat nggak setahun kemarin adalah hari pertemuan kedua kita. Iya saat itu kita masih sangat dekat, tetapi disisi lain aku juga takut akan semua hal ini. Dan benar adanya, hari ini kita tidak berhasil mempertahankan apa yang kita sudah mulai.

Hari itu kau mengabariku bahwa  kau sudah di Gianyar. Kita saling ingin bertemu tapi tak mungkin bagiku, karena aku sedang kuliah hingga sore saat itu. Maunya aku menghampirimu, tapi kau bilang tak usah karena jauh. Padahal hitungannya hanya 1 jam perjalanan dari Denpasar.

Malamnya kau mengabariku kalau kau sudah ada di Kepaon. Mengajakku keluar untuk makan malam dan jam sudah menunjukkan pukul 21.00 . Tapi karena aku juga ingin bertemu denganmu, ku iya kan.

"Makan yuk, jangan lupa dandan biar cantik."

Kubaca pesanmu dan aku tersenyum, aku segera bersiap.

Sengaja setelah selesai aku berangkat menuju tempatmu walaupun kau belum bilang kalau kau sudah siap. Karena aku sudah tahu jarak perjalanannya dan jujur saja aku tidak mau membuat kau menunggu. 

Sampai disana aku menunggumu agak ya lumayan yah, aku menunggumu didepan ATM dekat tempatmu. Beberapa kali orang-orang lewat sana, "Mbak mau duluan?" "Mbak sendirian aja?" 

Sembari menunggumu, aku bermain dengan ponselku dan mengawasimu dari kaca spion ku. 

Betul saja aku deg-degan ketika kau bilang akan kedepan dan aku melihatmu dari spionku. 

Tapi yang membuatku tidak habis pikir, kau berjalan lurus tanpa 'ngeh' ada aku disitu. Hahaha. Ya ampun, aku biarkan saja dan menunggumu berbalik. Jelas saja aku mengerti ternyata kau memang sedang tidak fokus karena badanmu sedang sakit. 

Aku sudah melarangmu untuk keluar malam ini, tapi kau kekeuh ingin keluar bersama. Aku menawarkan untuk memboncengmu tapi kau menolaknya, jadilah ini pertama kalinya kita berboncengan.

Pertama kita ke apotek untuk membeli obat. Ini lagi kejadian lucu, kau sampai lupa membawa dompetmu. Aku tertawa kecil lalu membiarkanmu memakai uangku terlebih dulu.

Kau sebenarnya ingin sekali Pempek. Ya makanan kesukaanmu. Tapi berhubung sudah malam, jadi kita hanya makan seadanya. Mungkin dilain waktu kita bisa makan Pempek bareng?

Kemudian kita bingung mencari makan apa malam ini, karena rata-rata sudah tutup. Jadi tiba-tiba saja kita sampai di Surabi Sudirman. Ya, ini second date kita berdua. Di Surabi Sudirman, kau memesan makanan aku hanya jeruk hangat. Karena aku tadi sebelumnya sudah memesan bihun di go-food. Kau menyuruhku mengicipi surabi kesukaanmu, keju pisang susu.

Kita bercerita santai, sambil kau tetap melahap makananmu. Aku senang menemanimu makan malam ini. Kau bercerita kegiatan apa saja yang akan kau lakukan nanti dan kapan kau akan kembali ke markasmu. Aku juga selalu senang saat kau bercerita tentang apa saja pekerjaanmu. Sayangnya aku hanya takut kita bercerita tentang perasaan kita, karena aku dan kau sudah se-nyaman ini.

Kau mengambil beberapa gambar untuk kau kirim ke salah satu grup di whatsapp mu. Kita duduk bersebelahan, aku beberapa kali memegang tengkuk dan dahimu memastikan kau baik-baik saja, karena kau bilang kau demam.

Setelah makan, kita pulang. Diperjalanan aku mengabadikan foto. Karena ini pertama kalinya kau memboncengku. Aku memasukkan tanganku ke dalam saku jaketmu, karena bulan Oktober anginnya sangat dingin, apalagi dimalam hari. Bodohnya aku tidak memakai jaket. Dan kesalnya, kau melakukan hal yang membuatku tak bisa melupakannya sampai hari ini, Kau memegang kakiku saat dijalan. Huhu, kesalnya sampai tak bisa kutepis.

Sampai disana aku menyuruhmu istirahat. Aku pulang dan hatiku kembali sepi. Tapi senang sekali malam ini kita saling menyempatkan waktu. Saat pulang pun kau masih saja video call, memastikan aku sudah pulang. Aku berdoa malam itu agar kau segera sembuh dan kita lekas bertemu kembali di pertemuan kita yang ketiga.

Tapi sayangnya aku hanya bisa mengenang, ini adalah setahun dari pertemuan kedua kita. Cukup sedih mengenangmu, tapi terima kasih sudah pernah singgah.

Minggu, 22 September 2019

The day we met, Frozen I held my breath #RAK1

Sabtu, 22 September 2018

Hari itu datang, dimana hari dimana kita pertama kali bertemu. 
Karena kau sedang tidak bisa pergi kemana-mana, jadi aku yang menghampirimu. 
Aku membawa makanan kesukaanmu.
Kau tahu aku deg-deg an saat akan bertemu denganmu. 
Padahal ini bukan pertama kalinya aku bertemu dan berbicara dengan orang asing.
Aku memilih mini market dekat tempatmu bertugas saat itu. Karena aku mengira akan sebentar saja. Tak perlu jauh-jauh yang penting kita bertemu dulu. 
Aku membeli teh kotak kesukaanku untuk meredakan rasa gugupku dan duduk didepan di tempat yang sudah disediakan mini market.

Aku mengatur posisi dudukku, haruskah membelakangimu saat kau datang atau aku harus menghadapmu saja. Sebegitunya. Aku takut kita saling mengecewakan. Tapi sudah kubuang jauh dan berusaha menjadi orang yang percaya diri didepanmu. Aku memposisikan dudukku menghadap jalan agar aku tahu saat kau datang.

Tak lama dari jauh aku melihat sosokmu.
"Eh masa sih dia orangnya. Enggak ah terlalu tampan dan gagah. Terlalu sempurna."
Aku memainkan lagi handphone ku. 
Jantungku makin berdebar.
Aku tak melihat dari mana kau datang. Tapi Ketika aku menunduk, kau berjalan kearahku dan mengulur tangan.

"Hai...."

Kita saling melempar senyum. Dan... Alhamdulillah kita tidak saling mengecewakan.
Sosok yang aku lihat dari jauh itu benar dirimu adanya. Persis dengan sosok yang setiap hari selalu mengirimi ku whatsapp, menggodaku lewat kata-kata lucu dan bertatap layar lewat video call. 

Dan aku benar-benar tertarik sekaligus takut saat pertama ketemu, tertarik karena ternyata obrolan kita nyambung, takut karena takut jatuh hati di orang yang salah. 
Aku mengabaikan sebentar dan aku menemanimu makan makanan kesukaanmu.
Masih ingat kan?
Kau terlihat senang dan lucu disaat yang sama, Yang membuatku terus mencuri pandang melihatmu.
Hanya saja aku menurunkan segala ekspektasiku terhadapmu agar aku tak salah lagi jatuh hati pada orang yang baru ku kenal.

Kau merekam story makananmu dan ada aku disitu. 
Kau mengunggahnya di sosial media, kau terlihat senang. Namun disitu aku hanya takut, karena ketika kau sudah unggah di sosial media, kau akan siap akan segala konsekuensinya. Mungkin kau berharap timbal baliknya padaku, hanya saja memang aku waktu itu "Aku akan posting seseorang yang aku cinta bila waktunya tiba"

Tapi dengan embel-embel "Ini teman baru aku." aku berani menggunggahnya juga. Dan teman-temanku langsung membanjiri instagram direct message ku. Dengan doa dan pertanyaan. 
Beberapa kecewa, karena mereka teman-teman cowok ku yang pernah menaruh hati padaku.

Bagian yang paling aku suka saat kita saling mengambil gambar.
Kau mengambil gambarku.
Aku mengambil gambarmu.



 Lalu kau mengajak mengambil selfie bersama. Kau tahu aku semakin takut awalnya namun aku mengabaikan semuanya, kamu mendekatkan kursimu dan aku yang mengambil gambar. 

Kita saling mengirim gambar kemudian. Lalu berbincang kembali sampai akhirnya kita meyelesaikan makan lalu kembali berpisah.

Setelah berpisah aku kira kita tak akan pernah bertemu lagi. Ternyata, selanjutnya baik kau ataupun aku saling meluangkan waktu untuk bertemu. Terlihat manis, tapi kutepis rasa takutku karena takut akan suatu saat aku tiba-tiba kehilanganmu sebelum memilikimu.
Aku pikir ya sudah aku jalani saja dan lihat bagaimana akhirnya.

Dan hari ini, 22 September 2019 yang kuingat ini adalah pertama kita bertemu. 
Pertama kali kau dan aku saling bertatap dan melempar senyum. 
Pertama kali menjabat tanganmu.
Pertama kali sosokmu menarik perhatianku.
Pertama kali kita mengambil selfie bersama.
Pertama kali aku jatuh hati lagi....

Hanya saja bila kau ingat ...

Oh ya, beberapa hari yang lalu saat main ke rumah temanku di Tuban, aku lewat mini market tempat kita pertama kali bertemu. Hatiku sakit saat mengingatnya, tapi karena mungkin aku yang terlalu terbawa perasaan. Aku senang bisa mengenalmu.

Kamis, 22 Agustus 2019

Alhamdulillah S.MIK

Banyak sekali pelajaran yang sudah didapat. 
Begitu banyak luapan emosi yang hadir disini. 
Tapi saya yakin suatu saat nanti hari ini dan beberapa tahun kebelakang akan jadi pengalaman paling berharga untuk setiap perjalanan dihidup saya. 
Sering kali marah kenapa saya yang diutus Allah untuk melewati ini, tapi Allah selalu tegur saya dengan hadirnya orang-orang lain yang hadir di kehidupan ini dan mengingatkan masih banyak orang lain yang sama bahkan lebih sulit dari saya. 
Ya, kami orang-orang pilihan-Nya. 
Begitu banyak pilihan yang hadir di depan mata saya, begitu banyak yang harus saya korbankan, begitu banyak bisikan-bisikan orang lain yang harus saya pilah baik atau tidaknya untuk saya, dan terutama saya juga harus bisa menimbang pilihan hati saya pribadi yang sedang ricuh didalam dada ini. 
Tapi saya tetap bersyukur atas semua yang sudah di gariskan dalam hidup saya, 
Allah tidak akan membiarkan umatnya dicobai melebihi kemampuannya, dan Allah juga pasti selalu punya berbagai macam jalan keluar untuk setiap masalah yang ada.

Saya yakin bahwa hal ini semua hadir untuk kebaikan dan untuk perubahan yang besar untuk pribadi saya sendiri.
Bersyukur, berdoa, dan berjuang.
Thank you for never ending support, Ibu & Ayah dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu ❤️😘

Senin, 29 Juli 2019

Letter A for Andre Dwi Jatmiko

Saat itu aku sedang dimasa dimana, kok gini-gini aja sih hubungan aku dengan dia, yang lebih dulu ku kenal dari pada kau.
Aku merasa, antara aku dan dia hanya sebatas ini.
Kami hanya berjalan ditempat, tak kemana-mana dan hanya membuat luka bila berjalan lebih jauh.

Entah bagaimana awalannya aku tidak peduli. Ini adalah cerita pertama kali bagaimana pertemuanku denganmu.

Yang aku ingat saat itu... aku memang mengaktifkan people nearby ku saat itu. 
Aku lupa tepatnya hari apa, aku sedang mengunjungi si mbah di bulan Desember. Saat dirumah si mbah, aku membuka Line chat. Saat melihat pertemanan, ada namamu disitu. Aku tak asing dengan nama itu awalnya. Kau tahu, antara takut dan bahagia melihat namamu ada di list itu. Oke, ini pelajaran apa lagi yang akan kudapat? Seingatku aku pernah melihat dan membuka akun Facebook mu, di mutual friend salah satu temanku. Karena saat itu ada suggest friend muncul diberandaku. Sekarang nama itu ada di list Line. Hari itu juga aku accept sebagai friend Line.

Aku rasa "ya tidak ada salahnya berteman".

Setelah aku accept, kau yang pertama menghubungiku. Chat awal biasa saja, kau mencoba video call. Awkward tapi besoknya kau mengulang hal yang sama, sampai akhirnya 15 Desember 2018 kau meminta nomor whatsapp ku. Aku beri, karena memang aku jarang membuka Line, hanya bila sempat saja.

Akhirnya kita saling chat lewat whatsapp. Kau menanyakan status ku saat itu, dan tetap yang buat aku berpikir ulang adalah... usiamu masih dibawahku. Maka dari itu aku tidak terlalu mempedulikannya karena aku merasa kita hanya cocok berteman saja. Tapi, percakapan kita benar-benar nyambung dan mengasyikan untuk membahas apapun itu. Jadi aku nyaman seperti ini.

Dan yang paling membuatku shock adalah aku baru tahu kalau kau adalah teman dari dia, yang dari awal kuceritakan di paragraf pertama ini. Aku tidak tahu kalau kalian adalah teman. Hampir aku menghentikannya, karena aku bukan bermaksud bermain-main hanya pure berteman dengan kalian. Kalau aku tahu dari awal kalian bukan teman, aku mungkin tidak akan accept kau sebagai friend Line.

Kau mengirimi ku screenshot saat aku sedang selfie dan dia membuatnya sebagai whatsapp story di 20 Desember 2019 dan pada saatt aku makan malam dengan dia. Karena dia juga mempostingnya di whatsapp story. Cuma bisa, duh maaf duh maaf aku tidak tahu saat itu...

Sampai pada saatnya kau menanyakan tentang berobat ke salah satu dokter di tempatku berkerja, itulah awalan dimana kau dan aku bertemu. Kau meminta bantuanku untuk mendaftarkanmu agar kau tidak perlu lama menunggu.

Jumat, 28 Desember 2018 adalah waktu dimana pertama kali kita bertatap muka dan bejabat tangan, waktu itu aku sedang pakai masker, karena aku memang tidak percaya diri seperti sebelum-sebelumnya. Kau bersama temanmu, yang rasanya aku pernah melihatnya juga.  Ternyata kalian sepertemanan juga dengan dia.

Yang bikin aku kadang mikir itu saat kau bilang, 

"Nggak tahu ya aku percaya banget sama kaamu eh setelah saya mendengar suara kamu dari vc itu ngerasa gimana gitu. Pokoknya pasti beda gitu rasanya Lia, beneran. Ya pokoknya kharisma."

"Lakukan semuanya dengan sesuai hati kamu jangan sedikit-sedikit minta di nilai, karena lelaku yang bener-bener sayang sama kamu pasti dia menerima semua tentang kamu dan ketika kamu berbuat salah pasti dia akan mengingatkan kamu dengan baik."

"Seneng denger suaramu, Coba kamu belum kenal dengan dia, coba aku dulu yang kenal."

"Duh andaikan aja, andaikan aja waktu nikahannya dulu itu kita ketemu."

 "Selamat pagi bu lia 🌹"

"Semangat bu lia  🌹"

 Dan aku selalu bilang, 

"Kalau percakapan saya sama kamu bisa sepanjang ini, itu tandanya menurut kamu apa?"

"Iya ga usah mikir ga enak, toh kita juga nggak sengaja kenal. Kecuali saya udah ikat komitmen sama dia, saya gak bakalan tuh accept Line kamu waktu itu. Saya juga nggak nyangka kenal sama temennya dia, padahal saya menghindari sebenernya."

Maaf banget yah, kadang kita tidak sengaja bertemu untuk saling memberi pelajaran atau apapun itu namanya. Aku sudah jatuh hati dengan yang pertama, sayangnya yang pertama tidak ada merasakan hal yang sama, maybe.

Perasaanku terbelah antara kau dan dia, sayangnya kita hanya bisa berencana Tuhanlah yang menentukan. Aku senang antara kau dan aku sekarang mulai terbiasa dan masih baik-baik saja. Kau seperti teman-teman ku yang lain, saling berbalas pesan dan tahu batasannya. Aku lebih senang kita begini.

Hai,kau...aku menjadikan dia yang dulu sebagai pelajaranku dan aku tidak ingin kau jadi seperti dia. Aku dan dia pernah dekat dan berakhir seperti diawal, aku tidak mau kau dan aku seperti itu. Cukup dengan begini saja sudah membuatku senang.

Maka dari itu aku akan tegas pada siapapun yang datang dan menawar hatiku nanti.

Terima kasih sudah mau menerima aku apa adanya ini, anggap aku sebagai kakakmu ya. 
Terima kasih tidak meninggalkanku saat kau tahu aku dengan dia, ini bukan sengajaan. Ini tidak pernah terpikirkan olehku kalau kalian berteman. 
Terima kasih yang suka membuatku senyum-senyum sendiri karena tingkahmu.
Terima kasih sudah ngucapin ulang tahun langsung ngevideo call malam itu.
Terima kasih sudah mau berbagi cerita dan mau mendengarkan ceritaku.
Terima kasih sudah percaya padaku sebagai temanmu.
Terima kasih sudah jaga rahasia ini dari dia, karena memang malas saja mau mengumbar semuanya ke dia.

Semoga kelak kita saling dipertemukan dengan orang yang sudah Tuhan janjikan untuk kita. Atau kemungkinan lain Tuhan ingin kita bersama? haha Bercanda kok, santai jangan serius terus.
Aku yakin semua sudah ada waktunya masing-masing.

Aku yakin orang baik akan dipertemukan juga dengan yang lebih baik, insyaAllah.

Selasa, 02 Juli 2019

Pojok LateO

"Sedih banget, dia inget nggak ya dulu kita pernah deket kayak gimana."


"Kok aku ngalamin hal ginian diumur aku yang sekarang ini sih."


"Capek aku lama-lama, aku salah apa sampe kayak gini banget."


Aku bercerita sembari sesekali mengusap air mataku.

Menghabiskan tisu yang ada dimeja.

Sedih sekali mengetahui bahwa keadaannya seperti ini.

Aku sedang dimasa-masa krisis ku.

Aku sedang diuji lewat teman, skripsi, dosen, pekerjaan kantor, kehilangan mbah dan sekarang harus begini.

Aku tidak pernah seberat ini terhadap seseorang.


Sekarang aku dan Yong sedang berada di Cafe Late'O.

Malam ini hanya Yong saja yang sedang free, jadi Yong bersedia ku ajak bertemu. Aku butuh sekali didengar saat ini. Yong, salah satu teman yang tahu dari awal bagaimana aku biasa saja, takut jatuh cinta dan patah hati karenamu.


Yong hanya menyimakku sambil sesekali menenangkan aku.

Memang aku hanya butuh didengar saat ini.

Aku memilih meja pojok dan membelakangi meja lain.

Air mataku tak berhenti mengalir, sesekali aku megusap air mataku dan mengeluarkan ingusku.


Hatiku sedang hancur hari ini karena pesan darimu yang kuterima sore tadi.


Sesedih itu.


Aku tidak tahu mengapa.


Padahal aku sudah mencoba biasa saja.


Aku merasa aku belum siap sama sekali dengan kenyataan ini.


Tapi aku yakin mungkin ini yang terbaik untuk aku dan dia.


Sore itu kau kembali mengubungiku, menanyakan tempat cetak foto disekitar tempatku berkerja.


Setelah lama kau tidak menghubungi ku dan sekalinya kembali keadaannya seperti ini.


Aku kira percakapan kita akan panjang, karena aku janji pada diri sendiri akan biasa saja ketika kau kembali.


Tapi tetap percakapan kita semakin pendek dan tidak menemukan titiknya, karena sudah terlalu kusut dan jauh.


Setidaknya kita ternyata dekat hanya saja kita belum bertemu, itulah yang kembali membuatku sedih.


Diakhir percakapan kau bilang , "Aku pindah."


Dengan emoticon air mata yang menggenang.


Aku berusaha kuat dan tidak menangis saat itu juga. Karena aku masih di kantor dan menyiapkan dokumen untuk kelompok kerja akreditasiku.


Saking linglungnya mendengar kabarmu, gelas kopiku sampai jatuh dan hampir mengenai dokumenku. Disitu aku sadar aku tidak bisa apa-apa.


Aku tidak berani mengatakan aku ingin bertemu denganmu.

Aku tidak berani mengungkapkan bahwa aku sedih kau akan pergi.

Aku tidak berani bilang aku sudah merindukan percakapan kita.

Aku tidak berani menjelaskan rasaku padamu.


Aku hanya menangis.


Dan menanyakan pada diri sendiri, mengapa begini jadinya ketika jatuh cinta lagi.