Dijodohin? Gimana sih menurut kalian?
Kalau menurut pendapat aku sih. Aku
nggak masalah kalau ada yang namanya perjodohan. ASAL... si cowok dan si cewek
saling suka dan klop. Perjodohan nggak serta merta berupa
pemaksaan. Mungkin sebagian orang ngerasa ‘ih kayak nggak laku aja
dijodoh-jodohin’.
Kalau aku merasa sih, fine-fine aja
yang namanya perjodohan.
Oke kita disini nggak bahas tentang
aku yang bakalan dijodoh-jodohin kok. Tapi tentang beberapa cowok yang berani
ngajak untuk ke arah yang serius.
1.
Cowok
Pertama
Namanya David. Dia orang Jember,
lulusan D4 Rekam Medis di Poltek Jember. Suatu ketika ditahun 2016, si David
ini nge-add Facebook aku dan kayaknya cari tahu tentang aku banget. Karena dia
bisa sampe tau pin BB aku. Dari situlah kita kenal dan dia mau ngajakin aku
taaruf. Ciyelah. Disitu kan aku baru banget lulus kuliah baru dapet kerja. Dan gak
ada pikiran cepet-cepet nikah, karena masih banyak yang mau aku capai dulu. Dengan
halus aku menolak dengan alasan belum siap, disamping itu juga aku mikirnya ini
orang belum pernah ketemu malah minta taaruf dan malah minta alamat rumah aku,
buat minta aku ke Ayah aku. Aku mencoba menjauh karena dia tiap hari bisa bbm,
aku jarang bales dan akhirnya dia aku delcont.
2.
Cowok
Kedua
Namanya mas Wisnu Wira. Dia seorang
abdi negara. Sekarang lagi tugas di Bandung. Wisnu Wira ini saudaranya mbak Gaby
(temen deket aku selama di Bali). Awalnya aku lebih tertarik sama adiknya,
namanya Angga. Aku pertama kali kenalnya sama Angga, Cuma kita pas itu nggak
sengaja salaman dan dia sebenernya mau minta nomer aku. Tapi sama mbak Gaby,
gak boleh karena menurut mbak Gaby aku lebih cocok sama kakaknya dia (Wisnu). Nah
si Wisnu ini pernah bilang kalau dia mau minta aku, karena dia juga umurnya
diatas aku 5 tahun. Ibunya juga udah minta dia nikah. Tapi belum nemu yang
tepat. Mbak Gaby sampe bilang ke ibunya Wisnu buat ngeminta aku langsung ke
Banyuwangi, ke ayah aku. Aku juga belum pernah ketemu tapi lagi-lagi aku bilang
sama Wisnu kalau aku belum siap buat nikah. Dan waktu itu kepala aku dipenuhi
sama yang namanya mas SAH itu. Aku Cuma yakin sama mas SAH. Jadi sampe sekarang
tetep temenan dan Cuma kadang aja chatnya. Kalau dia nggak lupa haha. Soalnya Wisnu
tipe cowok yang cuek tapi aslinya dia baik.
3.
Cowok
ketiga
Namanya Kuncoro. Dia itu anak dari
tante yang tinggal di Situbondo, saudara dari tante Surya yang merupakan temen
ayah. Pas lebaran kemarin sempet nelpon, gimana kalau ibunya dia mau minta aku.
Itu ibunya nelpon ayah langsung. Tapi aku sama dia juga belum pernah sama
sekali berinteraksi. Kata ayah terserah sama aku, karena ayah juga beralasan
aku masih mau lanjut S1 aku. Mungkin mempertimbangkan juga, nggak mungkin
dengan mudah aku dikasih ke oranglain. Katanya mau dikenalkan dulu aja, tapi
ayah aku juga sama pemikirannya sama aku. Nggak mau ngasih kepastian. Karena aku
juga belum mau menikah dalam waktu dekat. Jadi kadang masih dihubungi. Mereka bakalan
minta langsung ke Banyuwangi. Tapi ayah aku ada aja alasannya karena tau anak
gadisnya belum mau menikah dalam waktu dekat. Katanya semua terserah sama aku.
Well, kalau ngomongin jodoh nggak ada
abisnya ya. Intinya disini aku banyak banget memetik pelajaran, bahwa kadang
apa yang kita pengenin itu belum tentu yang terbaik buat kita. Karena rencana
Allah lebih baik dari dugaan kita.
Kamu mah kayak yang
laku aja. Dasar pemilih!
Aku bukan sedang mengulur waktu dan
sok banget jadi cewek yang pemilih dalam urusan jodoh (kayak yang laku aja). Tapi,
disini aku mau ketika aku siap dia juga siap. Bukan dia aja yang siap tapi aku
belum siap. Mungkin temen-temenku yang sekarang udah menikah, mereka sudah siap
lahir dan batin. Nah kalo aku? Masih pengen banget selesaiin pendidikan, masih
terlalu manja untuk jadi istri orang, masih belajar jadi perempuan yang lebih
baik.
Kamu siap apa enggak sih sebenernya? Tapi kamu selalu ngomongin jodoh.
Kalau ngomongin kesiapan sih....
sebenernya harus siap kapanpun, tapi kalau belum ada niatan kesana gimana dong?
Kamu masih nungguin mas SAH emangnya?
Wah kalau urusan itu, untuk detik ini
sudah nggak terlalu memikirkan dia. Karena aku yakin, seyakin-yakinnya aku sama
dia, kalau dia bukan buat aku untuk apa? Kalau toh kita jodoh sejauh apapun
kita, bakalan dipertemukan kembali. Sayangnya aku aja yang merasa. Aku terlalu
berharap sama manusia. Ya itu makanya, aku jadi sadar sekarang.
Terus gimana kamu mau dapet pasangan kalau kamu nggak mau pacaran?
Emangnya harus pacaran dulu biar
dapat pasangan hidup dan mati? Aku sih punya prinsip, ketika suatu hari nanti
aku dibuat jatuh cinta dan dia bisa menerima kurang dan lebihku, aku yakin
kalau dia memang jodoh aku dia nggak bakalan berani mengajak aku pacaran..tapi
ngajak aku buat ketemu ayahku, buat minta aku. Aku percaya.. someday.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar