Rabu, 20 Juni 2012

Lost in Love

Maaf!....
 Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Ridho, sebelum aku menutup telepon dari Ridho. Aku masih ingat saat rumah Ridho kosong. Itu terjadi tiga tahun yang lalu. Waktu aku akan berlibur ke rumah sepupu ku yang di Malang. Pagi-pagi sekali aku pergi ke stasiun untuk mengejar kereta. Bersama kedua orang tua ku, aku diantar naik mobil ke stasiun. Saat melewati rumah Ridho, aku terpaku. Hatiku bertanya mengapa rumah Ridho kosong, seperti ditinggal pemiliknya. Aku tidak tahu pergi kemana Ridho. Aku dengar-dengar dari tetangganya, Ridho sudah pindah ke Jambi. Aku masih tidak percaya, Ridho pergi tanpa berpamitan denganku. Ya aku tahu, aku hanya teman baginya. Namun sempat ada perasaan yang berbeda saat aku bersama Ridho. Aku hanya bisa berharap Ridho baik-baik saja disana.
Hari masih berlanjut. Kini aku telah duduk di bangku kelas 1 sekolah menengah atas. Aku yakin kini Ridho juga sama seperti ku. Aku juga akan siap akan segala sesuatu yang akan datang. Aku ingin menghadapi semua ini dengan senyuman. Walaupun sampai saat ini aku tidak tahu kabar  Ridho bagaimana.
 ketika aku sedang duduk di bangku perpustakaan umum.
kamu masih memikirkannya?
hmmm...ya aku masih mikirin dia. Tapi itu kan hanya masa lalu. Aku mau lihat kedepan. Gak akan sedih terus-terusan kayak dulu lagi.
ya baguslah kalau seperti itu.timbal Gama,teman smp ku yang pernah aku kagumi, yang ternyata juga mengagumi ku.
Terkadang sifat dan kelakuan Gama, mengingatkan ku pada Ridho. Maka dari itu aku sangat mengagumi Gama. Gama memang pernah menyatakan perasaan padaku, namun aku menolaknya karena aku masih ingin meneruskan sekolahku tanpa masalah percintaan.
Gama menanggapinya dengan kepala dingin. Kini Gama telah menjadi sahabatku yang selalu ada untuk ku. Aku senang bila berada didekat Gama. Aku dan Gama sering curhat tentang keluarga ataupun teman baru masing-masing dan selau memberi masukan. Aku dan Gama sangat dekat.
Suatu ketika,aku mendapatkan kontak dari Ridho di Jambi. Aku mendapat kontak itu lewat Irma, teman bermain adikku yang juga tetangga Ridho waktu di Ridho masih di Jawa.
mbak...ini aku dapat kontaknya mas Ridho lho, mas Ridho ada di Jambi sekarang, ujar Irma.
hmmm.. iya? Mana?, aku begitu senang sambil menerima sebuah lembaran kertas tertulis nomor handphone dan alamat rumah Ridho di Jambi.
itu aku dapat dari ibu mbak, ibu nya mas Ridho kemarin malam kirim pesan. Tambah Irma.
Thanks God. Makasih ya Irma. Mbak Lia seneng banget.ujar ku senang.
Setelah mendapatkan kontak Ridho, aku selalu berhubungan dengan Ridho. Terkadang aku dan Ridho saling kirim pesan atau menelepon. Namun, saat itu aku tidak menceritakannya pada Gama. Aku terlarut senang mendapat kontak dari Ridho. Aku sering mengabaikan pesan dan telepon dari Gama. Tapi pada akhirnya Gama mengetahui semuanya.
kenapa kamu kok gak mau cerita sama aku, Lie? Kalau kamu dapat kontak dari Ridho?
ya maaf Gam, aku...
kita ini sahabatan Lie,kalau ada sesuatu kamu bilang sama aku. Share sama aku. Aku sahabat kamu Lie...,Gama meninggikan suaranya.
aku tahu Gam, tapi gak semua sesuatu aku share sama kamu. Maaf Gam, aku gak cerita sama kamu bukan karena aku gak mau share sama kamu, tapi sahabat gak berhak tahu semuanya. Lagian Ridho juga sahabat lamaku yang hilang. Kamu tahu itu dan kamu harusnya hargain aku. Ucap ku sambil terisak.
Tak terasa bulir-bulir air mataku jatuh. Gama terdiam melihat aku menangis. Gama sepertinya merasa bersalah. Dia meminjamkanku bahunya untuk kepalaku bersandar. Aku menangis sebisa ku di bahu Gama. Gama menenangkanku dan berkata,
maafin aku ya Lie, aku harusnya tahu. Sebagai sahabat tak sepenuhnya harus tahu apa masalah kamu.Gama minta maaf.
maafin aku juga Gam, aku gak harusnya nyembunyiin sesuatu dari kamu. Tapi aku sedih karena yang aku ceritain adalah masa lalu aku terus. Apalagi tentang Ridho sahabat lama aku.
Aku dan Gama saling meminta maaf. Dan hari itu juga aku menceritakan tentang Ridho yang tertimpa musibah di Jambi. Syukurlah Ridho beserta keluarganya baik-baik saja. Doa ku selama ini terkabul, orang yang aku sayangi baik-baik saja.
Aku lega dapat bercerita pada Gama. Hari itu juga aku dan Gama berjanji akan selalu bersama dan saling berbagi. Terimakasih Tuhan. 

based on : TRUE STORY
cerita ketika aku masih kelas 10 SMA :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar