“Maaf!....”
Hanya kata itu
yang terlontar dari mulut Ridho, sebelum aku menutup telepon dari Ridho. Aku
masih ingat saat rumah Ridho kosong. Itu terjadi tiga tahun yang lalu. Waktu
aku akan berlibur ke rumah sepupu ku yang di Malang. Pagi-pagi sekali aku pergi
ke stasiun untuk mengejar kereta. Bersama kedua orang tua ku, aku diantar naik
mobil ke stasiun. Saat melewati rumah Ridho, aku terpaku. Hatiku bertanya
mengapa rumah Ridho kosong, seperti ditinggal pemiliknya. Aku tidak tahu pergi
kemana Ridho. Aku dengar-dengar dari tetangganya, Ridho sudah pindah ke Jambi. Aku
masih tidak percaya, Ridho pergi tanpa berpamitan denganku. Ya aku tahu, aku
hanya teman baginya. Namun sempat ada perasaan yang berbeda saat aku bersama
Ridho. Aku hanya bisa berharap Ridho baik-baik saja disana.
Hari masih berlanjut. Kini aku telah duduk di bangku
kelas 1 sekolah menengah atas. Aku yakin kini Ridho juga sama seperti ku. Aku
juga akan siap akan segala sesuatu yang akan datang. Aku ingin menghadapi semua
ini dengan senyuman. Walaupun sampai saat ini aku tidak tahu kabar Ridho bagaimana.
ketika aku sedang
duduk di bangku perpustakaan umum.
“kamu masih memikirkannya?”
“hmmm...ya aku masih mikirin
dia. Tapi itu kan hanya masa lalu. Aku mau lihat kedepan. Gak akan sedih
terus-terusan kayak dulu lagi.”
“ya baguslah kalau seperti
itu.”timbal Gama,teman smp ku yang pernah aku kagumi, yang ternyata juga
mengagumi ku.
Terkadang sifat dan kelakuan
Gama, mengingatkan ku pada Ridho. Maka dari itu aku sangat mengagumi Gama. Gama
memang pernah menyatakan perasaan padaku, namun aku menolaknya karena aku masih
ingin meneruskan sekolahku tanpa masalah percintaan.
Gama menanggapinya dengan
kepala dingin. Kini Gama telah menjadi sahabatku yang selalu ada untuk ku. Aku
senang bila berada didekat Gama. Aku dan Gama sering curhat tentang keluarga
ataupun teman baru masing-masing dan selau memberi masukan. Aku dan Gama sangat
dekat.
Suatu ketika,aku mendapatkan
kontak dari Ridho di Jambi. Aku mendapat kontak itu lewat Irma, teman bermain
adikku yang juga tetangga Ridho waktu di Ridho masih di Jawa.
“mbak...ini aku dapat kontaknya mas Ridho lho, mas Ridho ada di Jambi
sekarang”, ujar Irma.
“hmmm.. iya? Mana?”, aku begitu senang sambil
menerima sebuah lembaran kertas tertulis nomor handphone dan alamat rumah Ridho
di Jambi.
“itu aku dapat dari ibu mbak, ibu nya mas Ridho kemarin malam kirim pesan.” Tambah Irma.
“Thanks God. Makasih ya Irma. Mbak Lia seneng banget.”ujar ku senang.
Setelah mendapatkan kontak
Ridho, aku selalu berhubungan dengan Ridho. Terkadang aku dan Ridho saling
kirim pesan atau menelepon. Namun, saat itu aku tidak menceritakannya pada
Gama. Aku terlarut senang mendapat kontak dari Ridho. Aku sering mengabaikan
pesan dan telepon dari Gama. Tapi pada akhirnya Gama mengetahui semuanya.
“kenapa kamu kok gak mau cerita sama aku, Lie? Kalau kamu dapat kontak dari
Ridho?”
“ya maaf Gam, aku...”
“ kita ini sahabatan Lie,kalau ada sesuatu kamu bilang sama aku. Share sama
aku. Aku sahabat kamu Lie...”,Gama meninggikan suaranya.
“aku tahu Gam, tapi gak semua sesuatu aku share sama kamu. Maaf Gam, aku gak
cerita sama kamu bukan karena aku gak mau share sama kamu, tapi sahabat gak
berhak tahu semuanya. Lagian Ridho juga sahabat lamaku yang hilang. Kamu tahu
itu dan kamu harusnya hargain aku.” Ucap ku sambil terisak.
Tak terasa bulir-bulir air
mataku jatuh. Gama terdiam melihat aku menangis. Gama sepertinya merasa
bersalah. Dia meminjamkanku bahunya untuk kepalaku bersandar. Aku menangis
sebisa ku di bahu Gama. Gama menenangkanku dan berkata,
“maafin aku ya Lie, aku harusnya tahu. Sebagai sahabat tak sepenuhnya harus
tahu apa masalah kamu.”Gama minta maaf.
“maafin aku juga Gam, aku gak harusnya nyembunyiin sesuatu dari kamu. Tapi
aku sedih karena yang aku ceritain adalah masa lalu aku terus. Apalagi tentang
Ridho sahabat lama aku.”
Aku dan Gama saling meminta
maaf. Dan hari itu juga aku menceritakan tentang Ridho yang tertimpa musibah di
Jambi. Syukurlah Ridho beserta keluarganya baik-baik saja. Doa ku selama ini
terkabul, orang yang aku sayangi baik-baik saja.
Aku lega dapat bercerita
pada Gama. Hari itu juga aku dan Gama berjanji akan selalu bersama dan saling
berbagi. Terimakasih Tuhan.
based on : TRUE STORY
cerita ketika aku masih kelas 10 SMA :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar