Selasa, 19 Juni 2012

FF SHINee - Winter’s song

Selamat membaca! Gamshamnida :)

Minho POV
Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah calon istriku. Ahaaa tebak siapa? Shin Shera! Yeoja yang telah menemaniku selama dua tahun terakhir. Aku sangat mencintainya sebagai seorang yeoja chinguku. 

Hmm..disebelah kemudiku, sudah ada sekotak cincin manis perak yang akan kuberikan padanya dan seikat bunga mawar merah yang harum sekali. Ini akan jadi hari yang indah. Aku akan melamar seorang yeoja. Tepatnya yeoja yang akan menjadi calon istriku, Shin Shera. Sebentar aku mengecek ponselku dulu.

Dua pesan diterima! Dari nomor-nomor yang sangat aku kenal. Pertama dari Shera :
Setidaknya aku berharap, kau akan tepati janjimu chagiya! Saranghae
Senyum menggembang di bibirku. Aku sangat mencintainya. Aku mencium ponselku. Konyol? Iya memang. Tapi aku sayang padanya! Shera, saranghae.
Satu pesan lagi dari Lee Taemin. Sahabat kecilku yang sedang berada di Aussie.
Hei! Aku doakan hari ini kau berhasil melamarnya. Yeoja yang selama ini kau cintai dan sayangi lebih dari dua tahun belakangan. Aku harap setelah ini kau ada bersamamu. Neomu bogoshipo, Minho-ah J walaupun aku tidak bisa melihat wajah tampanmu. Haha! God Bless You.
Kali ini raut wajahku menjadi sangat sedih. Ia, Lee Taemin. Sahabat kecilku yang sangat aku sayangi. Dan aku benar-benar merindukannya. Aku tidak akan pernah melupakan kejadian buruk itu. Yang telah mengambil sebagian penglihatan sahabatku.
Aku tidak menyadari kalau didepanku ada persimpangan lampu merah, aku menerobosnya dan tiba-tiba aku mengentikan mobilku tepat ditengah-tengah jalan. Mencoba untuk mundur kembali ke lampu merah, namun sebuah truk bermuatan besar tiba-tiba saja melaju dengan cepat dari arah samping kanan. Itu berarti tepat dijalan sebelah kanan kemudiku, yang pastinya dengan cepat menghantam beck samping mobilku.
Aku terpental sejauh 3 meter. Badan mobilku hancur. Termasuk aku yang tergencet oleh truk besar ini. Aku melihat banyak darah dari kepala, mulut dan hidung. Oh Tuhan? Apakah ini rencana lain darimu untukku. Bagaimana dengan hari indah ini? Bagaimana dengan Shera yang sedang menungguku? Cincin itu terjatuh dari kotaknya, tepat dimana aku tersungkur dibawah tumpukan badan mobil yang hancur. Cincin perak yang seharusnya dipakai oleh Shera, berlumuran darah. Aku menggenggam cincin itu. Mendengar bunyi sirine polisi dan ambulance, aku langsung melemas dan semuanya gelap.
***
Aku sangat senang hari ini. Haha. Kau tahu apa? Karena kekasihku, Choi Minho akan datang kerumah untuk melamarku. Mungkin dia adalah namja yang terbaik yang pernah aku kenal. Dia sangat sopan, romantis, baik, perhatian dan mencintai keluarganya. Ia juga sangat menyayangiku. Aku harap ia yang terakhir untukku. Aku ingin mencintai dirinya sampai akhir hayatku. Well, kurasa Minho juga berpikiran seperti itu, hehe. Perjumpaan kami memanglah sangat singkat. Saat itu aku bertemu dengannya disebuah stasiun dekat kota.
-flashback-
“Copetttt!!!” teriak ku kencang.
Ya Tuhan! Baru saja aku turun dari kereta. Sudah mengalami hal yang tidak menyenangkan. Seorang copet mengambil tas kecilku. Berisi ponsel dan sejumlah uang. Apakah aku sial?? Tapi, tunggu! Seorang namja jakung berambut coklat berlari mengejar copet itu. Aku harap ia bisa menangkapnya.
Beberapa orang disana langsung menyuruhku duduk dikursi. Aku sangat lelah sekali rasanya. Kakiku melemas. Seorang ibu memberiku air mineral untuk menenangkanku. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku sangat capek! Tiba-tiba namja itu datang dengan senyum sumringah, peluh dikeningnya dan nafas yang tidak teratur. Omona~ tampan!
“ini milikmu.” Katanya sembari mengembalikan tasku.
Aku mencek semua barang yang ada ditas itu dan masih lengkap. Aku berdiri dan membungkuk.
“Gamshamnida! Gamshamnida!” kataku berulang.
“ne, cheonmaneyo. Oh iya siapa namamu nona?” tanyanya sambil tersenyum lagi. indah sekali bibirnya dan juga matanya. Memikat!
“Shin Shera imnida. Nado?”
“Choi Minho.” Sekali lagi sungguh. Aku terpikat padanya. Pipiku bersemu merah.
-flashback end-
Dari pertemuan tersebut aku dan dia bisa seperti sekarang. Kami berkenalan satu sama lain dan cocok. Akhirnya kami memutuskan untuk berpacaran, selama kurang lebih hampir dua tahun lamanya. Hingga memutuskan untuk menikah.
Tin! Tin!
Wah! Suara klakson Minho. Dia datang! Dia datang! Bergegas aku membuka pintu rumah dan melihat mobil hitam didepan. Lho? Mobil Minho kan warna silver. Ah, aku tahu itu kan mobil Onew oppa, hyungnya Minho. Tanda besar muncul dikepalaku saat Onew oppa memasang wajah sedih dan disudut mata sabitnya mengalir cairan bening. Ia menangis!
***
Shera POV
Digedung berwarna putih, dilantai satu UGD aku terduduk lemas disamping Onew oppa. Ia kelihatan sedih sekali. Setelah mengetahui bahwa Minho terluka parah akibat insiden hari ini. Dari sudut mata sipitnya, mengalir bulir-bulir air mata yang tak terhingga. Membuatku ikut terisak.
“hiks..hiks..hiks..”
“waeyo Shera-ah? Mianhae ya, Minho tidak bisa menepati janjinya. Ia harusnya sekarang sudah menyematkan cincin itu dijari manismu.” Kata Onew oppa sambil mengeluarkan cincin perak berlumuran darah Minho. Aku tambah menangis.
“aniya oppa. Hiks..hiks. Aku yakin Tuhan punya rencana lain untuk hubungan kami.” Aku mengambil cincin tersebut dan menaruhnya didadaku. Sesak! Sakit sekali. Orang yang aku cintai harus mengalami hal seperti ini.
Seorang dokter keluar dari ruang ICU. Membuka maskernya dan berbicara pada Onew oppa sebentar. Aku mendengar samar-samar pembicaraan mereka.
“sebaiknya, anda membawa adik anda keluar negeri. Bisa pilih Singapore, Aussie atau Eropa. Adik anda membutuhkan perawatan maksimal. Di Seoul tidak ada alatnya.” Kata Dokter itu.
“luar negeri? Ada apa sebenarnya? Adik saya kenapa dok? Kenapa tidak ada alatnya?” tanya Onew oppa dengan wajah sayu.
“adik anda mempunyai luka dalam yang cukup serius di bagian dada terutama hati dan paru-paru, karena benturan keras yang dialaminya. Sehingga alat-alat canggih itu dibutuhkan untuk pernapasan dan pembuangan racun sementara pada adik anda. Tapi, disini kami tidak punya alat tersebut. Nanti saya buatkan suratnya untuk perawatan diluar negeri.” Ucapan Dokter yang terakhir seakan menusuk hatiku yang paling dalam.
Aku bersimpuh dilantai karena kakiku melemas dan tidak kuat dengan kenyataan yang ada. Semakin deras air mataku mengalir dari sudut mataku. Onew oppa menghampiriku dan membungkuk. Ia memelukku. Aku merasakan ia juga menangis.
“Mianhae Shera, mianhae. Aku harus membawa Minho ke luar negeri. Minho membutuhkan perawatan lebih. Aku mohon kau mengerti.” Kata Onew oppa menghusap air mataku.
Aku mengangguk cepat agar Onew oppa tahu bahwa aku menginginkan juga kesembuhan Minho.
“Ne, oppa. Silahkan bawa Minho. Tolong aku ingin sekali ia sembuh. Secepatnya bawa ia pulang jika sudah membaik.” Aku tersenyum. Sekali lagi Onew oppa memelukku.
***
Minho terbaring lemah tak berdaya ditempat tidur dorong yang dibawa oleh beberapa suster. Ia bertelanjang dada, karena sebagian tubuh kekarnya diperban. Alat bantu pernapasan juga ia pakai. Miris rasanya melihat Minho seperti itu.
Pagi ini mereka akan menerbangkan Minho ke Aussie. Aku sedih sekali. Harus ditinggalkan oleh seorang yang sangat aku sayang dan cintai. Sumpah aku tidak mau Minho pergi, Tuhan!
“Minho, bukalah matamu?” kataku sambil menangis dan memegang tangannya.
Seperti sebuah keajaiban Minho membuka matanya. Mata belo-nya yang aku sukai membuka hanya sedikit saja. Menyisakan perih didadaku. Aku tidak tega.
“She..Ra..” aku menangis. Tapi langsung kuusap dan aku tersenyum.
“yaa, Minho-ah? Gwechananeyo?”
“ne, gwechananeyo. Cincin nya ada padamu, ne?” tanya Minho.
Aku bergetar menatapnya tak percaya. Aku tersenyum dan mengeluarkan cincin perak yang sudah aku bersihkan dari darah kemarin.
Aku memberikannya pada Minho. Minho menarik tanganku perlahan dan menyematkan cincin perak itu di jari manisku. Aku tertegun. Onew oppa dan beberapa perawat yang akan mengantar Minho adalah saksinya. Air mata Onew oppa kulihat kembali mengalir lembut. Aku pun tidak menyangka Minho akan sekuat ini melakukannya. Aku membelai rambut coklatnya dan mencium kening Minho.
“cepatlah kembali Minho-ah. Saranghae.” Kataku berbisik padanya.
Minho mengangguk seolah ia kuat. Dan menggengam tanganku sekali lagi dengan tangan kanannya. Minho melepaskan oksigen yang menutupi mulut dan hidungnya dengan tangan lain, lalu dengan lembut menarikku kepelukannya. No! Omona!!! Bukan pelukan biasa ia menempelkan bibirnya perlahan ke bibirku. Hangat, basah, dan lembut. Hanya beberapa detik saja. Karena ia dalam keadaan terbaring. Aku menangis lagi.
“Shera. Aku akan sangat merindukanmu. Aku pasti akan pulang.”
“aku menunggumu.” Kataku sambil tersenyum ditengah tangisku.
Lalu perawat lain kembali mendorong tempat tidur Minho, menuju ambulance yang siap membawa mereka ke Incheon, tepatnya mereka akan terbang ke Aussie. Aku tidak bisa mengantarnya sampai Incheon airport. Karena akan ada beberapa proses penerbangan yang sedikit rumit untuk penumpang yang sakit seperti Minho.
Perlahan aku melihat pintu ambulance ditutup. Minho akan segera berangkat. Onew oppa memegang bahuku dan memelukku.
“Gomawo Shera, dua tahun yang berarti bagi Minho. Aku akan membawa Minho kembali sembuh.” Kata Onew oppa. Oppa yang akan menjadi oppa iparku. Tapi harus tertunda. Bahkan aku tidak tahu, apakah ia akan benar-benar menjadi oppa iparku?
Onew oppa masuk ke ambulance. Dan ambulance berjalan menuju Incheon airport. Selamat jalan Minho. Aku mencintaimu.
TBC1***
Sebulan telah aku jalani hidupku tanpa seseorang yang sangat ku sayangi. Choi Minho. Ia sedang berada di Aussie sekarang. Aku berharap ia baik-baik saja. Sekarang aku melanjutkan kuliahku di Seoul, jurusan arsitek. Seperti biasa kehidupanku sekarang. Biasanya ada yang menemaniku untuk sekedar makan siang atau berjalan-jalan. Namun sekarang tidak. Minho telah lama meninggalkanku, karena ia harus berobat ke Aussie.
Onew oppa selalu mengirim email tentang perkembangan Minho di Aussie. Tapi aku sedih, karena sampai saat ini keadaan Minho tak kunjung membaik. Malah memburuk. Aku tidak tahu itu. Tapi aku selalu berdoa. Berdoa untuk kesembuhan Minho. Semoga saja Tuhan.
“Shin Shera!”
Suara Jonghyun, namja yang selalu menghiburku belakangan ini. Ia juga teman Minho sewaktu di sekolah dasar.
“Ne. Mwoyo?”
“aku ingin mengajakmu kesalah satu tempat yang menarik. Untuk tugas desain kita. Kurasa kau membutuhkan..mm..inspirasi mungkin?” tanya Jonghyun.
“ne, aku ingin sih. Tapi dimana? Bersama yang lain?”
“yaa, tentu! Di perkebunan strawberry diatas bukit? Ikut ya, Shera-ah?” ucap Jonghyun memelas.
“ah, ne! Aku membutuhkan..mm..inspirasi.” kataku seraya mengedipkan mata satu. Aku hanya ingin bersenang-senang. Mungkin aku akan lebih baik mendapat ketenangan di alam terbuka seperti perkebunan strawberry.
“ya, selain kau aku juga mengajak Key, Boram dan Seungri.” Kata Jonghyun.
“ne, baiklah!”
“hmm..apakah nanti kau bisa menemaniku minum kopi??” kali ini Jonghyun membuat bibirnya yang tipis itu tersenyum. Sangat manis. Membuatku tidak bisa menolaknya dan menganggukan kepalaku.
“ne, baiklah!”
***
Hari itu tiba! Dimana Jonghyun membawaku ketempat yang paling indah. Pucak pegunungan dengan banyak kebun-kebun salah satunya strawberry. Ternyata benar apa yang dikatakan Jonghyun. Tempat itu sangat bagus sekali. Aku menikmatinya sekali. Sungguh ciptaan Tuhan yang terindah. Tempat yang sangat menyenangkan. Oh Minho-ah, andai kau bersamaku disini. Kembali aku menghela nafas. Aku tidak bisa membayangkan bila Minho sekarang sedang berjuang untuk sembuh. Kesembuhan hati dan paru-parunya. Appo.
“hmm...bagaimana menurutmu apakah tempat ini indah??” tanya Jonghyun. Ia memegang tanganku. Aku melihatnya dan ia melepaskannya.
“oh! Mianhae. Refleks!” Jonghyun dengan cepat melepaskan tangannya. Aku tersenyum.
“aniya, gwechana!” aku berjalan ketepian danau yang indah disana. Mencelupkan telunjukku didanay tersebut. Danau dengan air yang sangat dingin.
Jonghyun memegang tanganku yang aku celupkan tadi di danau tersebut.
“hei! Ini sangat dingin!” kata Jonghyun peduli dan menghangatkan telunjukku dengan cara meniupnya dan memasukkan tanganku kesaku jaketnya.
“Ayo, masuk kedalam saja ya. Musim dingin hampir tiba. Aku tidak mau kau sakit nantinya.”
“Waeyo? Kau peduli sekali padaku?” tanyaku penasaran.
“kau adalah kekasih temanku, Choi Minho. Aku pernah bilang saat kecil, aku akan melindungi orang-orang yang ia sayangi. Termasuk kau! Dan aku boleh memilikinya juga kata Minho.”
Kalimat terakhir yang Jonghyun ucapkan membuatku membeku. Karena tatapan Jonghyun memang sangat berbeda. Penuh cinta, kehangatan dan rasa sayang yang melebihi dari seorang teman.
“Kau...?” aku terbata ketika Jonghyun menatapku seperti itu. Ia seperti mempunyai rasa lebih padaku.
“Ayo, sudahlah semua menunggu didalam. Kita makan ya!” Jonghyun tersenyum lagi sambil menggandeng tanganku.
Aku mengikutinya. Sungguh! Seperti terhipnotis, Jonghyun memang sangat memikat. Tapi segera ku hapus dari pikiranku, lalu aku teringat Minho lagi. Aku ingin mengecek keadaannya.
Tapi, sesungguhnya sedari tadi ada seorang yang mengintai kami berdua. Ia terlihat menyimpan dendam dan rasa cemburu yang teramat sangat. Matanya sangat tajam, tersirat apa semua yang ia rasakan. Apa maksudnya?
***
Aku, Jonghyun, Key, Boram dan Seungri sekarang sedang berada dipenginapan dekat danau tadi. Seungri dan Boram berada di beranda penginapan membicarakan tentang desain yang harus mereka selesaikan. Mereka mendapatkan ide, mendesain sebuah taman dekat danau.
Sedangkan aku dan Jonghyun duduk ditepi danau, ditemani oleh api unggun. Key sendiri membakar jagung dekat kami.
Aku mengecek, iPad ku. Membrowse email yang aku kirimkan tadi sore untuk Onew oppa. Onew oppa bilang, keadaan Minho makin membaik. Tapi, dokter belum bisa mendiagnosa kapan Minho akan sembuh, karena sekarang jantung Minho sering melemah, karena pengaruh dari kerusakan pernapasan paru-parunya.
Aku hanya bisa mendekap iPad ku dan berharap Minho segera sembuh. Aku merasa kasihan padanya. Sungguh!
“bagaimana keadaan Minho?” tanya Jonghyun.
“keadaannya makin membaik. Tapi, dokter belum bisa mendiagnosa kapan ia akan sembuh, karena sekarang jantungnya sering melemah, karena pengaruh dari kerusakan pernapasan paru-paru. Doakan saja ia cepat sembuh ya.” Ucapku pada Jonghyun.
“ya, semoga! Aku sangat berharap sekali kekasihmu itu cepat sembuh!” tiba-tiba Key yang sedang membakar jagung bakar, berkata seperti itu dengan nada penekanan.
“hei, kenapa marah-marah? Kalau mendoakan yang baik.” Kata Jonghyun menasehati.
Key mendelik kesal pada Jonghyun. “aku bicara baik-baik. Kau saja yang tidak bisa membedakan mana yang namanya marah, mana yang namanya kesal!” Key meninggalkan jagung bakarnya dan masuk ke dalam.
Aku tidak tahu mengapa Key seperti itu padaku? Aku salah apa padanya?
“Jebal, Mianhae ya Shera. Key memang seperti itu. Mungkin ia sedang kesal, karena jagungnya tidak matang-matang.” Kali ini Jonghyun tertawa. Aku pun tertawa.
“haha..ne gwechana. Aku mengerti.”
“hmm..apa kau tahu, waktu itu Minho pernah bilang padaku bahwa aku boleh memiliki orang yang Minho sayangi?” ucapan Jonghyun itu kembali mengingatkanku pada kejadian tadi siang di danau.
“maksudmu??” tanyaku. Sebenarnya aku sudah tahu maksudnya, tapi aku berpura-pura akan hal itu.
“selama Minho menjalani pengobatan, akulah yang akan menjagamu sampai ia benar-benar kembali. Aku akan melindungi orang-orang yang Minho sayangi. Haha, aku berkata seperti itu saat aku masih duduk dibangku kelas 3 sekolah dasar.” Jonghyun menerawang lurus, membayangkan masa lalunya.
Aku tertegun lalu tertawa. “Haha, masa sih anak kelas 3 sekolah dasar sudah bisa bilang kayak gitu? Pabo! Haha.” Aku menarik jaketku agar aku tetap hangat.
“kau tidak percaya? Kumohon kau percaya, karena aku benar-benar serius. Apakah aku boleh memilikimu? Seperti Minho memiliki dirimu?”
Jonghyun! Wajahnya sangat serius dan sangat tampan. Hatiku berkata lain, seperti ada Minho disampingku yang menggengam tanganku erat, hatiku yang terdalam berkata ‘Minho tidak bersamamu dan selamanya akan seperti itu’. Aku memejamkan mataku dan membukanya. Melihat Jonghyun dengan muka memelas, meminta jawabanku sekarang.
“Kau...? Aneh ah!” kataku dengan wajah bersemu merah.
“Kau malu ya?” tanya Jonghyun lagi.
“Aniya! Aku tidak malu!” tapi wajahku tetap memerah.
Kluk! (bunyi messenger masuk)
iPad ku berbunyi menandakan ada messenger masuk. Dari Onew oppa. Seketika air mataku mengalir deras. Jonghyun mendekatiku.
“Waeyo? Gwechana Shera-ah??”
Aku tidak bisa berkata apa-apa. Dadaku sesak seketika. Aku memberikan iPadku pada Jonghyun.
Sekali lagi messenger dari Onew oppa yang aku lihat tadi dibaca pelan oleh Jonghyun. Seakan tak percaya dengan semuanya.
Shera-ah. Mianhae, aku tidak bisa membawa Minho pulang dengan keadaan sembuh. Mianhae, Minho tidak bisa menjadi suamimu bahkan ayah dari anak-anakmu nanti jika kalian benar-benar menikah. Minho sudah pergi. Tolong jangan kau sesali. Pemakaman akan dilaksanakan besok pagi. Ku harap kau datang.
Aku juga tidak mempercayai itu semua. Minho pergi meninggalkan aku, dunia dan kembali kesisi Tuhan. Air mataku tak terbendung. Aku menangis sejadi-jadinya dibahu Jonghyun. Kulihat Jonghyun menahan air matanya. Mungkin karena mengingat Minho adalah teman sekolah dasarnya dulu, teman bermain Jonghyun kecil dikala ia kesepian tanpa ada seorang teman.
Aku lirih. Menangis. Kulihat Boram dan Seungri menghampiri kami berdua. Mereka menanyakan mengapa kami menangis. Setelah mereka juga ikut membaca email dari Onew oppa, mereka juga dirundung kesediha, karena Minho adalah teman kelas seni mereka juga.
Rasanya duka ku kini amat dalam. Teramat dalam. Melihat orang-orang disekelilingku, meninggalkan ku satu persatu. Umma, appa, sekarang Minho. Aku rasa aku telah kehilangan arah, aku merasa semuanya tidak sayang padaku. Tapi sekali lagi, Jonghyun menatapku miris. Air matanya keluar dari sudut matanya.
“Aku akan melindungimu, Shera-ah! Aku janji.” Katanya sambil menghusap air mata yang terjatuh bebas dipipinya.
Malam itu juga kami berkemas meninggalkan penginapan dan kembali ke Seoul.
***
-Quasimodo backsound-
Gaseum gadeuk.han geudae heunjeok
Nareul soomshwigae haeyo
Dal.bit.chae gin bami modu mooldeulmyeon
Hye.eonal su eopneun gidarin da kkeutchi nalkkayo
Gijeokeul bileo mootgo dap.haeyo
Sekarang aku sedang berada dipemakaman bersama keluarga dari Minho. Tapi tidak ada umma ataupun appa Minho, karena mereka sudah lama meninggalkan Minho dan Onew oppa sejak mereka masih kecil. aku berada disamping Onew oppa. Kulihat matanya sembab, meninggalkan lingkaran hitam disekitar bawah matanya. Aku menghusap punggungnya.
“Onew oppa, tabah ya. Aku juga kehilangannya. Tapi aku mencoba untuk sesabar mungkin menerima kenyataan bahwa kami tak akan mungkin bersatu. Karena Minho sudah kembali disisi Tuhan.” Kataku sambil terisak.
Onew oppa melihatku dan memelukku. “Ne, kuharap kau tidak akan menyesalinya. Begitu pula aku Shera-ah.”
Oh, geudae mamae datgo shipeun nal malhaji
Mot.hae shirin gooreum dwi.ae garin byeolbitdeul.cheoreom
Saranghae ipsool kkeutae maemdoldeon apeum gobaek modu
Kkeutnae noonmulae heulleo
Suasana pun hening setelah pembacaan doa. Aku memejamkan mata. Membayangkan Minho ada bersamaku sekarang. Ia memegang tanganku dan mengucapkan salam perpisahan. Aku menangis lagi tapi kali ini aku juga tersenyum. Karena melihat Minho tersenyum juga, dengan begitu aku bisa rela.
Shimjangae datneun ee hwasaleun
Eejen nae mom gatgaetjyo
Jukeul mankeum neomu apado
Nae mamae bak.hin geudaereul kkeonael su eopnaeyo
Sarangeeraseo nan sarangeeraseo
Tangis pun pecah saat peti Minho dimasukkan kedalam liang kubur, semua menaburkan bunga-bunga harum untuk Minho. Aku tak kuasa menahannya lagi, ia benar-benar pergi. Calon suamiku, ia telah pergi! Hiks! Aku turut menaburkan bunga diatas peti Minho. Lalu setelah itu beberapa orang menimbunnya dengan tanah, hingga mencapai kepermukaan.
Onew oppa memelukku erat, sangat erat. Aku juga memeluknya erat, memberi sedikit ketenangan untuk Onew oppa. Disampingku Jonghyun juga menahan air matanya dengan menundukkan kepala. Aku yakin semua orang yang ada disini sangat kehilangan sosok Minho.
Na geudael gatji mot.haedo nae mami
Kkeutnae seulpeun inyeonae byeok apaegaromak.hyeodo
Saranghae barabol suman itneun gosiramyeon
Geudaen nae jeonbunikka
Nisan ditanam tepat diatas gundukan tanah tersebut. Saat orang-orang sudah pulang, aku hanya bisa mengamati nama nisan tersebut.
R.I.P
Choi Minho
Aku tersenyum memandang nisan. Sebuah tangan memegang pergelanganku dan tersenyum. Aku membalas senyumnya, rasanya tenang sekali. Kali ini apakah benar Minho-ah? Orang ini boleh memilikiku, seperti kau memilikiku?
Cintamu Minho-ah yang hanya dapat menguatkanku, hingga sekarang.
Su maneun bam jisae.ooda
Nae noonmul gateun byeol.bit.chi
Meotji anneun biga dwaemyeon
Gieok.haeyo naega saranghaetdan geol
Saat-saat bersamamu tak akan bisa ku lupakan.
Na geudael gatji mot.haedo nae mami
Kkeutnae eulpeun inyeonae byeok apae
Garomak.hyeodo, geudaereul saranghae
Barabol suman itneun gosiramyeon
Geudaen nae jeonbunikka
Akankah kau merindukanku, meski kita kini ada didunia yang berbeda?
Na geudael gatji mot.haedo nae mami kkeutnae (I need you)
Seulpeun inyeonae byeok apaegaromak.hyeodo
(I am trying not to cry over you, baby)
Saranghae barabol suman itneun gosiramyeon
(Neol saranghae, geudaereul saranghae)
Geudaen nae jeonbunikka
Kuharap aku dapat menjaga cintamu, karena aku yakin kau juga begitu.
Himgyeopji anayo, oh no
Nae geudaera geudaenikka
Apado oolryeodo saranghae
***
Sudah dua bulan lamanya aku berjalan sendiri tanpa Minho. Aku melakukan aktivitasku seperti biasa. Sekarang aku ingin menjadi Shin Shera yang ceria seperti dulu, saat Minho juga ada disampingku.
Hatiku terkadang merasa dag dig dung,saat seorang yang sekarang dekat denganku selalu menghibur dikala aku sedang susah. Kim Jonghyun. Tetap seperti dulu, ia selalu bilang akan selalu melindungiku. Seperti pagi ini di kampus. Key menatapku sinis saat aku mencoba senyum padanya.
“KAU YAAA!!! TOLONG TIDAK USAH SOK IMUT DIHADAPANKU!” Teriak Key didepan teman-teman yang lain. Apalagi saat itu koridor kampus sedang ramai.
Aku jadi merasa malu. Mengapa Key begitu membenciku? Salahkah bila aku mencoba tersenyum dan menjadi Shera yang ceria??
“KEY!” Jonghyun memanggil namanya. Rahangnya mengeras. Sepertinya ia tidak suka Key melakukan hal itu padaku. Untung aku tidak menangis, aku mencoba menahan semuanya. Aku yakin aku bisa menjadi gadis yang kuat.
“Kau mau membelanya?” tanya Key, ia melipat kedua tangannya sambil bersandar di dinding koridor.
Jonghyun menatap Key tajam. “Tolong, jangan hina dia. Jangan kau sakiti dia. Kalau tidak...”
“Jjong...sudah aku tidak apa-apa, mungkin Key sedang ada masalah.” Kataku mencoba mendinginkan pikiran Jonghyun.
“KAU ADALAH MASALAHNYA!!!” Key memekik kearahku dan meninggalkan kami berdua. Banyak yang melihat kejadian ini. Membuatku merasa malu, aku memegang dadaku. Sesak! Mengapa Key bisa menuduhku bahwa akulah masalahnya?
“Key!!!” teriak Jonghyun. Tapi Key tidak menggubris itu.
Jonghyun memegang kedua bahuku. “Shera-ah, tenang aku akan selalu melindungimu!”
Aku mengangguk, lalu berjalan beriringan menuju kelas. Rasanya aku ingin menumpahkan semua rasa kesalku ini, tapi kurasa tidak bisa. Aku sangat membutuhkan Minho. Ah! Shera! Ingatlah ia tidak bersamamu lagi! Tempat kalian berbeda. Sungguh menyakitkan! Neomu appo.
***
Keesokan harinya aku masuk kampus seperti biasa. Tidak menggubris semua tatapan yang merendahkanku, gara-gara perlakuan Key kemarin. Aku ingin menjadi gadis yang kuat dan tegar. Aku yakin aku bisa. Aku memasuki kelas, kulihat Boram mengutak-atik iPadnya. Sedangkan Seungri mengerjakan tugas dimeja lain. Dan teman-teman yang lain kulihat hanya bercengkrama dan sebagian juga membuka laptop ataupun iPadnya.
“Boram, apa kau melihat Jonghyun??” aku menanyakan Jonghyun. “Hari ini aku tidak melihatnya sama sekali. Apakah ia sakit?”
“Ah, aniya. Molla. Mungkin Seungri tahu, Seungri-ah apakah kau melihat Jjong hari ini?” tanya Boram pada Seungri.
Seungri berhenti menulis. “Ne, dia tidak masuk. Katanya ingin membolos. Semalaman ia mengerjakan tugas-tugas yang menumpuk...”
“...dan kurasa Jjong sedang berada dirumahnya. Istirahat mungkin?” Boram melanjutkan kalimat Seungri.
Aku tersenyum. “Baiklah, aku akan menjenguknya nanti.”
Terbayang dikepalaku, sepulang dari kampus akan kubawakan Jonghyun makanan yang enak-enak. Terutama bakso ikan. Karena aku tahu ia sangat menyukainya. Hmm..kurasa aku mulai menemukan titik temu. Ups! Maksudku, bukan pengganti Minho, lebih tepatnya orang yang telah membuatku lebih hidup sekarang. Karena kasih sayang yang ia beri, setelah kepergian Minho.
***
Tok Tok Tok
Sekarang aku berada didepan pintu apartemen nomor 408 dengan membawa tas makanan berisi bakso ikan yang masih hangat. Aku menghela napas dan kuketuk perlahan. Tapi tidak ada jawaban sama sekali. Apakah Jjong tidur? Klik! Gagang pintu tidak dikunci. “Mengapa Jjong seceroboh ini sih?” gerutuku.
Masuk kedalam ruangan besar. Terdapat perabotan yang mewah yang menghiasi ruang ini. Aku berjalan masuk lebih kedalam. Ada sebuah kamar dengan pintu yang paling besar terbuka sedikit.
“Uhhmm..akhh,ouch!”
Ada suara desahan dikamar tersebut. Ada apa dengan Jonghyun? Kuberanikan diri mendekati kamar itu dan...sebuah pemandangan yang sangat menyesakkan dada.
Orang yang kuanggap telah memberikan kasih sayang yang teramat sangat sejak kepergian Minho. Orang yang telah aku percaya akan memenangkan hatiku nanti, orang yang selalu bilang akan melindungiku, orang yang pernah meminjamkan bahunya untukku bersandar saat Minho meninggalkan aku. Tapi, apa? Neomu appo! Kepercayaanku sirna tak berbekas sama sekali. Karena kepercayaan itu telah hancur berkeping-keping.
Kim Jonghyun sedang menggumuli leher jenjang putih mulus seseorang. Mereka saling bertelanjang dada. Air mataku jatuh bebas dipipiku. Mulutku mengangga hebat. Aku menutupnya untuk meredam isakan tangisku. Tak percaya sungguh! Dan yang paling menyakitkan adalah orang yang sedang ia gumuli adalah Key!
Bruk! Aku mejatuhkan tas makanan itu. Membuat Jonghyun dan Key menghentikan kelakuan aneh mereka. Jonghyun dengan cepat melangkah kearah pintu. Menemukanku menangis. Menerka bahwa aku telah mengetahui seberapa bejatnya Jonghyun.
“Shera!!! Kau??” ia menatapku tak percaya.
“Ne, aku melihat semuanya. Gomawo Jjong, kau telah menghancurkan kepercayaanku padamu. Kepercayaan dimana sebenarnya aku ingin memberi cintaku untukmu. Hari esok dan seterusnya anggap kita tidak saling mengenal.”
Aku berlari keluar meninggalkan Jonghyun yang menyesal atas perbuatannya. Berlari ditengah dinginnya cuaca saat itu. Hari sudah gelap rupanya. Melihat orang-orang disekelilingku sudah bersiap-siap memasang pernak-pernik natal. Padahal natal baru dua minggu lagi. Mungkin karena cuaca ini sudah menandakan bahwa salju akan turun.
Dan benar, ditengah tangisanku butiran-butiran es putih lembut berjatuhan diatas kepala dan aku menadahinya dengan tangan. Tangisanku tambah menjadi, saat aku ingat bahwa ini adalah bulan Desember, ulang tahun Minho sebentar lagi. Omona!!! Bahkan besok? Mengapa aku melupakannya? Paboya Shera-ah! 9 Desember sebentar lagi!
Aku tersenyum, melihat keatas. Langit menumpahkan butiran-butiran es indah itu disaat hatiku sedang panas, karena kejadian yang kulihat tadi. Ah, sudah aku tidak mau memikirkannya lagi.
Aku berjalan diikuti dengan semakin banyaknya salju yang turun. Aku merapatkan jaketku. Dingin. Aku berhenti disebuah jembatan yang dibawahnya terdapat sungai besar yang mengalir. Aku menghadap tepat kearah sungai yang mengalir itu. Indah dihiasi lampu berwarna-warni. Sepertinya natal tahun ini akan menjadikan natal terakhirku di Seoul. Karena aku ingin kembali ke Daegu. Dimana nantinya aku tidak akan bisa bertemu lagi dengan yang namanya Kim Jonghyun ataupun Key. Yang ternyata adalah pasangan gay. Sungguh mengesalkan.
Achim haetsari geudaewa gatayo
Jogeum yuchihagetjyo
Geuraedo nan ireon ge joheun geol
Nareul kkaeweojun geudae yeope ramyeon
Deo baralke eopgetjyo
Ireohke geudael bogo shipen geol
Lembut suaranya, seorang namja sedang berada diposisi yang sama denganku. Menghadap tepat ke sungai, mungkin melihat pemandangan lampu-lampu indah juga mungkin? Aku tidak melihat jelas wajahnya, hanya terlihat sisi sampingnya. Apakah ia dirundung kesedihan juga?
Sarangi eoridago mothal geora
Saenggakhaji marayo
Nareul deo neutki jeone
Na deo kkeugi jeone jabajul su itjyo?
Aku semakin terenyuh, lagu itu pas sekali dengan keadaan hatiku sekarang. Tapi seseorang telah menghancurkannya. Bagaimana tidak orang yang aku kira akan memberiku kesenangan dan cinta, ternyata adalah seorang gay. Mungkin karena itu Key tidak menyukaiku. Ia cemburu padaku?
Saranghaeyo geudaemaneul jeo haneulmankkeum
Jeongmal geudaeneun naega saneun iyuin geolyo
Geudaereul aju manhi geudael michidorok anajugo shipeo
Ajin manhi ppareungeojyo geureongeojyo
Suaranya semakin lembut terdengar. Aku melihat kearahnya, ia masih bernyanyi sambil memandang lurus sungai didepannya. Sedangkan salju masih turun beruntun. Seandainya ada Minho disini. Aku menundukkan kepalaku.
Nae maeumi geudael japgo nohjil anhjyo
Geudaedo neukkyeojinayo
Nareul Oh deo neutgi jeone
Na deo kkeugi jeone jabajul su itjyo?
Neomu appo, Minho-ah! Kau selalu terbayang dalam pikiranku. Padahal sudah dua bulan lamanya kau meninggalkanku. Sedangkan besok hari ulang tahunmu! Aku tanpamu disini sendiri Minho-ah.
Ajik geudae maeumi nae gyeote
Ol su eopneun geol arayo geunde
Geudae hanaman naeui hanarago
Bulleodo dwenayo
Aku melihat kearahnya lagi. Ragu untukku mendekatinya. Tapi kali ini aku beranikan diri. Aku ingin tahu ini lagu apa. Sangat indah! Aku menyukainya. Karena setiap ia bernyanyi, Minho selalu melayang-layang dalam pikiranku.
“Annyeong~” sapaku pada namja itu.
Ia menoleh dan terbesit senyum manis dibibirnya. Ia seorang namja berambut blonde, mempunyai senyum yang sangat manis dan bermata indah, seperti...
“Minho~” ucapku lirih. Kenapa aku seperti melihat Minho?
Ia merapatkan jaketnya dan membelalakan matanya. Kali ini ia menghadap padaku. Mata kami saling bertemu.
“Minho? Minho siapa?” tanyanya.
“Kau..oh, aniya.” Aku segera tersadar. “Mianhae aku sedang kepikiran kekasihku.”
“Hmm..nuguya?”
“Shin Shera imnida. Nugu?” tanyaku, kali ini kami berbicara ringan. Seperti perkenalan. Dan kembali keposisi awal. Menghadap ke sungai.
“Lee Taemin imnida. Kau sedang apa disini?”
“Aku hanya jalan-jalan saja. Aku sedang patah hati, makanya aku kesini. Melihat sungai malam-malam dengan lampu yang berwarna-warni seperti itu sangat menenangkan hati. Suaramu lumayan bagus!”
“Hehe, gomawo. Itu lirik lagu yang aku tulis sendiri untuk kekasih sahabatku dengan bantuannya sebelum ia meninggal. Oh iya..maksudmu? Kau patah hati kenapa? Ceritalah. Anggap aku temanmu, ya mungkin kau akan sedikit lega bila bercerita padaku. Aku tidak akan mengumbarnya kok.”
“Aku dihianati oleh orang yang aku percaya bisa mengembalikan keceriaanku lagi, setelah dua bulan yang lalu calon suamiku meninggal dunia.” Kataku mangawali. Aku memang ingin bercerita.
Aku melihatnya tercengang. Ia menghembuskan nafas perlahan. “Lalu?”
“Ternyata dia gay! Aku benci itu dan tidak menyangka kalau dia akan melakukan hal yang aneh itu di apartemennya sendiri bersama pasangannya. Keduanya teman kampusku. Menyedihkan ya?” tanyaku sambil terkekeh pelan. Mencoba membuat suasana agar hidup.
“Kalau kau sendiri bagaimana?? Mengapa kau ada disini?” tanyaku.
“Aku sedang melihat lampu-lampu itu. Biasan-nya sungguh indah terpantul oleh air sungai. Apalagi ada salju-salju ini. Besok juga aku akan ke makam sahabatku. Karena ia akan berulang tahun besok.” Ia melihat kearahku.
Sekarang aku yang tercengang! Tapi kuhapus pikiran negatif bahwa orang yang ia maksud juga sama.
“Ah, ne. Aku juga akan ke makam kekasihku besok. Ia juga berulang tahun sama seperti sahabatmu ya.” Aku tersenyum.
Tapi sejurus kemudian ia memelukku. Aku merasa sangat hangat. Tuhan apakah orang yang kami maksudkan itu sama, Choi Minho?
“Kau, Shin Shera kan?” ia bertanya padaku seraya melepaskan pelukannya. Aku menahan air mataku. Mengangguk cepat.
“Aku Taemin, sahabat kecil Minho yang di Aussie.”
“Tapi Minho tidak menyebutkan namamu. Dan yang kutahu, kau tidak bisa melihat, ne?”
“Iya, aku tidak bisa melihat dulu. Sekarang aku bisa melihat karena kornea mata milik Minho. Ia memberikannya padaku sebelum meninggal.” Taemin meyakinkanku dengan tatapan sedih.
Perih rasanya. Tuhan! Inikah yang disebut persahabatan yang selalu abadi? Minho merelakan kornea matanya diberikan pada sahabat kecilnya Taemin.
“Dulu, aku buta karena aku menolong Minho yang bully waktu SMP. Aku terkena cipratan cuka dan garam yang sebenarnya disemprotkan pada Minho. Tapi aku mengahadangnya dan mataku yang jadi sasarannya. Hingga aku buta total.” Cerita Taemin sambil menghadap lurus memandang lampu-lampu dekat sungai.
Aku menangis. Memeluk lengannya dan bersandar dilengannya.
“Sekarang ia sudah membalas budi padaku. Aku keberatan sebenarnya, ia meninggal dengan keadaan tanpa kornea. Sungguh, aku dipaksa untuk menerimanya. Ia bilang aku harus melihat yeoja yang sangat ia cintai di Seoul. Dan aku menemukanmu, Shera-ah.”
“Onew oppa tidak pernah bilang...” kalimatku terputus karena Taemin menyelanya.
“Onew oppa tidak pernah bilang, karena ia menghawatirkan kau. Ia takut kau tidak akan merelakan kepergian Minho tanpa bisa melihat.”
Aku sangat sedih sekali malam ini. Sungguh! Neomu appo. Apakah hari-hariku tetap seperti ini, mengetahui keadaan yang sebenarnya membuatku sakit. Hatiku perih sekali. Melihat orang-orang disekitarku ternyata menyimpan suatu rahasia besar.
“Lagu ini aku yang menulisnya dibantu Minho. Ini untukmu, kurasa bila aku dulu tidak bisa melihatmu setidaknya kau bisa mendengarkanku bernyanyi saja.”
Taemin menlanjutkan nyanyiannya. Saat ia menyanyi aku menangis. Ternyata lagu ini Taemin buat untukku dan Minho turut serta membantunya. Aku bahagia sekarang. Kuharap Minho juga bahagia disana. Yang terpenting, aku bisa melihat mata Minho setiap saat dengan perantara orang yang sangat ia sayangi.
Sesuatu itu datangnya tiba-tiba.
Urigati One, two, three, oh!
Ja shijakhaeyo (Oh baby baby my girl)
Geudaen naeui hanajyo
Naeui jeonbuin geolyo (Naeui jeonbuin geolyo~)
Geudaereul aju manhi
Geudael michidorok saranghago shipeo (Oh you know)
Ijeneun geuraedo dwejyo geureongeojyo
Seperti lagu ini, mendatangkan kebahagian dan seperti menemukan suatu rahasia besar.
Geudaereul aju manhi (You know you know)
Geudael michidorok saranghago shipeo
Ijeneun geuraedo dwejyo geureongeojyo
(Oh baby you can do right~)
Kau tahu CHOI MINHO-ku? Aku sekarang mengerti betapa kau menyayangi orang-orang yang selalu ada untukmu.
Ijeneun geuraedo dwejyo geureongeojyo
Selamat Jalan Chagiya! Semoga kau bahagia di alam sana.

END

Haha~ gimana nih?? Bagus gak? Kalo bagus RCL dong, biar semangat lagi buatnya. Kemarin udah ONESHOOT nah sekarang TWOSHOOT, heu menyenangkan deh! ><
yang RCL ya! Tinggalkan jejak. Saya senang bila anda senang. 

Mianhae ne? Buat Blingers dan Lockets disini mereka saya bikin mesum (?) loh?
terus Mianhae buat Flamers si Minong saya bikin meninggal T.T ngga tega juga sih ^^v
Kalo MVPs & Taemints juga mianhae ya, Onew datang awal-awal eh Taemin akhir-akhir. Hehe.
Gamshamnida readers setia~ saya akan berusaha lebih baik dari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar