Selamat membaca! Gamshamnida :)
Minho POV
Aku sedang dalam
perjalanan menuju rumah calon istriku. Ahaaa tebak siapa? Shin Shera! Yeoja yang
telah menemaniku selama dua tahun terakhir. Aku sangat mencintainya sebagai
seorang yeoja chinguku.
Hmm..disebelah kemudiku, sudah ada sekotak cincin manis perak yang akan kuberikan padanya dan seikat bunga mawar merah yang harum sekali. Ini akan jadi hari yang indah. Aku akan melamar seorang yeoja. Tepatnya yeoja yang akan menjadi calon istriku, Shin Shera. Sebentar aku mengecek ponselku dulu.
Hmm..disebelah kemudiku, sudah ada sekotak cincin manis perak yang akan kuberikan padanya dan seikat bunga mawar merah yang harum sekali. Ini akan jadi hari yang indah. Aku akan melamar seorang yeoja. Tepatnya yeoja yang akan menjadi calon istriku, Shin Shera. Sebentar aku mengecek ponselku dulu.
Dua pesan diterima!
Dari nomor-nomor yang sangat aku kenal. Pertama dari Shera :
Setidaknya
aku berharap, kau akan tepati janjimu chagiya! Saranghae ♥
Senyum menggembang di
bibirku. Aku sangat mencintainya. Aku mencium ponselku. Konyol? Iya memang.
Tapi aku sayang padanya! Shera, saranghae.
Satu pesan lagi dari
Lee Taemin. Sahabat kecilku yang sedang berada di Aussie.
Hei!
Aku doakan hari ini kau berhasil melamarnya. Yeoja yang selama ini kau cintai
dan sayangi lebih dari dua tahun belakangan. Aku harap setelah ini kau ada
bersamamu. Neomu bogoshipo, Minho-ah J walaupun aku tidak bisa melihat
wajah tampanmu. Haha! God Bless You.
Kali ini raut wajahku
menjadi sangat sedih. Ia, Lee Taemin. Sahabat kecilku yang sangat aku sayangi.
Dan aku benar-benar merindukannya. Aku tidak akan pernah melupakan kejadian
buruk itu. Yang telah mengambil sebagian penglihatan sahabatku.
Aku tidak menyadari
kalau didepanku ada persimpangan lampu merah, aku menerobosnya dan tiba-tiba
aku mengentikan mobilku tepat ditengah-tengah jalan. Mencoba untuk mundur
kembali ke lampu merah, namun sebuah truk bermuatan besar tiba-tiba saja melaju
dengan cepat dari arah samping kanan. Itu berarti tepat dijalan sebelah kanan
kemudiku, yang pastinya dengan cepat menghantam beck samping mobilku.
Aku terpental sejauh 3
meter. Badan mobilku hancur. Termasuk aku yang tergencet oleh truk besar ini. Aku
melihat banyak darah dari kepala, mulut dan hidung. Oh Tuhan? Apakah ini
rencana lain darimu untukku. Bagaimana dengan hari indah ini? Bagaimana dengan
Shera yang sedang menungguku? Cincin itu terjatuh dari kotaknya, tepat dimana
aku tersungkur dibawah tumpukan badan mobil yang hancur. Cincin perak yang
seharusnya dipakai oleh Shera, berlumuran darah. Aku menggenggam cincin itu. Mendengar
bunyi sirine polisi dan ambulance, aku langsung melemas dan semuanya gelap.
***
Aku sangat senang hari
ini. Haha. Kau tahu apa? Karena kekasihku, Choi Minho akan datang kerumah untuk
melamarku. Mungkin dia adalah namja yang terbaik yang pernah aku kenal. Dia
sangat sopan, romantis, baik, perhatian dan mencintai keluarganya. Ia juga
sangat menyayangiku. Aku harap ia yang terakhir untukku. Aku ingin mencintai
dirinya sampai akhir hayatku. Well, kurasa Minho juga berpikiran seperti itu,
hehe. Perjumpaan kami memanglah sangat singkat. Saat itu aku bertemu dengannya
disebuah stasiun dekat kota.
-flashback-
“Copetttt!!!”
teriak ku kencang.
Ya
Tuhan! Baru saja aku turun dari kereta. Sudah mengalami hal yang tidak
menyenangkan. Seorang copet mengambil tas kecilku. Berisi ponsel dan sejumlah
uang. Apakah aku sial?? Tapi, tunggu! Seorang namja jakung berambut coklat
berlari mengejar copet itu. Aku harap ia bisa menangkapnya.
Beberapa
orang disana langsung menyuruhku duduk dikursi. Aku sangat lelah sekali
rasanya. Kakiku melemas. Seorang ibu memberiku air mineral untuk menenangkanku.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku sangat capek! Tiba-tiba namja itu datang
dengan senyum sumringah, peluh dikeningnya dan nafas yang tidak teratur. Omona~
tampan!
“ini
milikmu.” Katanya sembari mengembalikan tasku.
Aku
mencek semua barang yang ada ditas itu dan masih lengkap. Aku berdiri dan
membungkuk.
“Gamshamnida!
Gamshamnida!” kataku berulang.
“ne,
cheonmaneyo. Oh iya siapa namamu nona?” tanyanya sambil tersenyum lagi. indah
sekali bibirnya dan juga matanya. Memikat!
“Shin
Shera imnida. Nado?”
“Choi
Minho.” Sekali lagi sungguh. Aku terpikat padanya. Pipiku bersemu merah.
-flashback
end-
Dari pertemuan tersebut
aku dan dia bisa seperti sekarang. Kami berkenalan satu sama lain dan cocok.
Akhirnya kami memutuskan untuk berpacaran, selama kurang lebih hampir dua tahun
lamanya. Hingga memutuskan untuk menikah.
Tin! Tin!
Wah! Suara klakson
Minho. Dia datang! Dia datang! Bergegas aku membuka pintu rumah dan melihat
mobil hitam didepan. Lho? Mobil Minho kan warna silver. Ah, aku tahu itu kan
mobil Onew oppa, hyungnya Minho. Tanda besar muncul dikepalaku saat Onew oppa
memasang wajah sedih dan disudut mata sabitnya mengalir cairan bening. Ia
menangis!
***
Shera
POV
Digedung berwarna
putih, dilantai satu UGD aku terduduk lemas disamping Onew oppa. Ia kelihatan
sedih sekali. Setelah mengetahui bahwa Minho terluka parah akibat insiden hari
ini. Dari sudut mata sipitnya, mengalir bulir-bulir air mata yang tak
terhingga. Membuatku ikut terisak.
“hiks..hiks..hiks..”
“waeyo Shera-ah?
Mianhae ya, Minho tidak bisa menepati janjinya. Ia harusnya sekarang sudah
menyematkan cincin itu dijari manismu.” Kata Onew oppa sambil mengeluarkan
cincin perak berlumuran darah Minho. Aku tambah menangis.
“aniya oppa.
Hiks..hiks. Aku yakin Tuhan punya rencana lain untuk hubungan kami.” Aku
mengambil cincin tersebut dan menaruhnya didadaku. Sesak! Sakit sekali. Orang
yang aku cintai harus mengalami hal seperti ini.
Seorang dokter keluar
dari ruang ICU. Membuka maskernya dan berbicara pada Onew oppa sebentar. Aku
mendengar samar-samar pembicaraan mereka.
“sebaiknya, anda
membawa adik anda keluar negeri. Bisa pilih Singapore, Aussie atau Eropa. Adik
anda membutuhkan perawatan maksimal. Di Seoul tidak ada alatnya.” Kata Dokter
itu.
“luar negeri? Ada apa
sebenarnya? Adik saya kenapa dok? Kenapa tidak ada alatnya?” tanya Onew oppa
dengan wajah sayu.
“adik anda mempunyai
luka dalam yang cukup serius di bagian dada terutama hati dan paru-paru, karena
benturan keras yang dialaminya. Sehingga alat-alat canggih itu dibutuhkan untuk
pernapasan dan pembuangan racun sementara pada adik anda. Tapi, disini kami
tidak punya alat tersebut. Nanti saya buatkan suratnya untuk perawatan diluar
negeri.” Ucapan Dokter yang terakhir seakan menusuk hatiku yang paling dalam.
Aku bersimpuh dilantai
karena kakiku melemas dan tidak kuat dengan kenyataan yang ada. Semakin deras
air mataku mengalir dari sudut mataku. Onew oppa menghampiriku dan membungkuk.
Ia memelukku. Aku merasakan ia juga menangis.
“Mianhae Shera,
mianhae. Aku harus membawa Minho ke luar negeri. Minho membutuhkan perawatan
lebih. Aku mohon kau mengerti.” Kata Onew oppa menghusap air mataku.
Aku mengangguk cepat
agar Onew oppa tahu bahwa aku menginginkan juga kesembuhan Minho.
“Ne, oppa. Silahkan
bawa Minho. Tolong aku ingin sekali ia sembuh. Secepatnya bawa ia pulang jika
sudah membaik.” Aku tersenyum. Sekali lagi Onew oppa memelukku.
***
Minho terbaring lemah
tak berdaya ditempat tidur dorong yang dibawa oleh beberapa suster. Ia
bertelanjang dada, karena sebagian tubuh kekarnya diperban. Alat bantu
pernapasan juga ia pakai. Miris rasanya melihat Minho seperti itu.
Pagi ini mereka akan
menerbangkan Minho ke Aussie. Aku sedih sekali. Harus ditinggalkan oleh seorang
yang sangat aku sayang dan cintai. Sumpah aku tidak mau Minho pergi, Tuhan!
“Minho, bukalah
matamu?” kataku sambil menangis dan memegang tangannya.
Seperti sebuah
keajaiban Minho membuka matanya. Mata belo-nya yang aku sukai membuka hanya
sedikit saja. Menyisakan perih didadaku. Aku tidak tega.
“She..Ra..” aku menangis.
Tapi langsung kuusap dan aku tersenyum.
“yaa, Minho-ah?
Gwechananeyo?”
“ne, gwechananeyo.
Cincin nya ada padamu, ne?” tanya Minho.
Aku bergetar menatapnya
tak percaya. Aku tersenyum dan mengeluarkan cincin perak yang sudah aku
bersihkan dari darah kemarin.
Aku memberikannya pada
Minho. Minho menarik tanganku perlahan dan menyematkan cincin perak itu di jari
manisku. Aku tertegun. Onew oppa dan beberapa perawat yang akan mengantar Minho
adalah saksinya. Air mata Onew oppa kulihat kembali mengalir lembut. Aku pun
tidak menyangka Minho akan sekuat ini melakukannya. Aku membelai rambut
coklatnya dan mencium kening Minho.
“cepatlah kembali
Minho-ah. Saranghae.” Kataku berbisik padanya.
Minho mengangguk seolah
ia kuat. Dan menggengam tanganku sekali lagi dengan tangan kanannya. Minho melepaskan
oksigen yang menutupi mulut dan hidungnya dengan tangan lain, lalu dengan
lembut menarikku kepelukannya. No! Omona!!! Bukan pelukan biasa ia menempelkan
bibirnya perlahan ke bibirku. Hangat, basah, dan lembut. Hanya beberapa detik
saja. Karena ia dalam keadaan terbaring. Aku menangis lagi.
“Shera. Aku akan sangat
merindukanmu. Aku pasti akan pulang.”
“aku menunggumu.”
Kataku sambil tersenyum ditengah tangisku.
Lalu perawat lain
kembali mendorong tempat tidur Minho, menuju ambulance yang siap membawa mereka
ke Incheon, tepatnya mereka akan terbang ke Aussie. Aku tidak bisa mengantarnya
sampai Incheon airport. Karena akan ada beberapa proses penerbangan yang
sedikit rumit untuk penumpang yang sakit seperti Minho.
Perlahan aku melihat
pintu ambulance ditutup. Minho akan segera berangkat. Onew oppa memegang bahuku
dan memelukku.
“Gomawo Shera, dua
tahun yang berarti bagi Minho. Aku akan membawa Minho kembali sembuh.” Kata
Onew oppa. Oppa yang akan menjadi oppa iparku. Tapi harus tertunda. Bahkan aku tidak
tahu, apakah ia akan benar-benar menjadi oppa iparku?
Onew oppa masuk ke
ambulance. Dan ambulance berjalan menuju Incheon airport. Selamat jalan Minho.
Aku mencintaimu.
TBC1***
Sebulan telah aku
jalani hidupku tanpa seseorang yang sangat ku sayangi. Choi Minho. Ia sedang
berada di Aussie sekarang. Aku berharap ia baik-baik saja. Sekarang aku
melanjutkan kuliahku di Seoul, jurusan arsitek. Seperti biasa kehidupanku
sekarang. Biasanya ada yang menemaniku untuk sekedar makan siang atau
berjalan-jalan. Namun sekarang tidak. Minho telah lama meninggalkanku, karena
ia harus berobat ke Aussie.
Onew oppa selalu
mengirim email tentang perkembangan Minho di Aussie. Tapi aku sedih, karena
sampai saat ini keadaan Minho tak kunjung membaik. Malah memburuk. Aku tidak
tahu itu. Tapi aku selalu berdoa. Berdoa untuk kesembuhan Minho. Semoga saja
Tuhan.
“Shin Shera!”
Suara Jonghyun, namja
yang selalu menghiburku belakangan ini. Ia juga teman Minho sewaktu di sekolah
dasar.
“Ne. Mwoyo?”
“aku ingin mengajakmu
kesalah satu tempat yang menarik. Untuk tugas desain kita. Kurasa kau
membutuhkan..mm..inspirasi mungkin?” tanya Jonghyun.
“ne, aku ingin sih.
Tapi dimana? Bersama yang lain?”
“yaa, tentu! Di perkebunan
strawberry diatas bukit? Ikut ya, Shera-ah?” ucap Jonghyun memelas.
“ah, ne! Aku
membutuhkan..mm..inspirasi.” kataku seraya mengedipkan mata satu. Aku hanya
ingin bersenang-senang. Mungkin aku akan lebih baik mendapat ketenangan di alam
terbuka seperti perkebunan strawberry.
“ya, selain kau aku
juga mengajak Key, Boram dan Seungri.” Kata Jonghyun.
“ne, baiklah!”
“hmm..apakah nanti kau
bisa menemaniku minum kopi??” kali ini Jonghyun membuat bibirnya yang tipis itu
tersenyum. Sangat manis. Membuatku tidak bisa menolaknya dan menganggukan
kepalaku.
“ne, baiklah!”
***
Hari itu tiba! Dimana
Jonghyun membawaku ketempat yang paling indah. Pucak pegunungan dengan banyak kebun-kebun
salah satunya strawberry. Ternyata benar apa yang dikatakan Jonghyun. Tempat
itu sangat bagus sekali. Aku menikmatinya sekali. Sungguh ciptaan Tuhan yang
terindah. Tempat yang sangat menyenangkan. Oh Minho-ah, andai kau bersamaku
disini. Kembali aku menghela nafas. Aku tidak bisa membayangkan bila Minho
sekarang sedang berjuang untuk sembuh. Kesembuhan hati dan paru-parunya. Appo.
“hmm...bagaimana
menurutmu apakah tempat ini indah??” tanya Jonghyun. Ia memegang tanganku. Aku
melihatnya dan ia melepaskannya.
“oh! Mianhae. Refleks!”
Jonghyun dengan cepat melepaskan tangannya. Aku tersenyum.
“aniya, gwechana!” aku
berjalan ketepian danau yang indah disana. Mencelupkan telunjukku didanay
tersebut. Danau dengan air yang sangat dingin.
Jonghyun memegang
tanganku yang aku celupkan tadi di danau tersebut.
“hei! Ini sangat
dingin!” kata Jonghyun peduli dan menghangatkan telunjukku dengan cara
meniupnya dan memasukkan tanganku kesaku jaketnya.
“Ayo, masuk kedalam
saja ya. Musim dingin hampir tiba. Aku tidak mau kau sakit nantinya.”
“Waeyo? Kau peduli
sekali padaku?” tanyaku penasaran.
“kau adalah kekasih temanku,
Choi Minho. Aku pernah bilang saat kecil, aku akan melindungi orang-orang yang
ia sayangi. Termasuk kau! Dan aku boleh memilikinya juga kata Minho.”
Kalimat terakhir yang
Jonghyun ucapkan membuatku membeku. Karena tatapan Jonghyun memang sangat
berbeda. Penuh cinta, kehangatan dan rasa sayang yang melebihi dari seorang
teman.
“Kau...?” aku terbata
ketika Jonghyun menatapku seperti itu. Ia seperti mempunyai rasa lebih padaku.
“Ayo, sudahlah semua
menunggu didalam. Kita makan ya!” Jonghyun tersenyum lagi sambil menggandeng
tanganku.
Aku mengikutinya.
Sungguh! Seperti terhipnotis, Jonghyun memang sangat memikat. Tapi segera ku
hapus dari pikiranku, lalu aku teringat Minho lagi. Aku ingin mengecek
keadaannya.
Tapi, sesungguhnya
sedari tadi ada seorang yang mengintai kami berdua. Ia terlihat menyimpan
dendam dan rasa cemburu yang teramat sangat. Matanya sangat tajam, tersirat apa
semua yang ia rasakan. Apa maksudnya?
***
Aku, Jonghyun, Key,
Boram dan Seungri sekarang sedang berada dipenginapan dekat danau tadi. Seungri
dan Boram berada di beranda penginapan membicarakan tentang desain yang harus
mereka selesaikan. Mereka mendapatkan ide, mendesain sebuah taman dekat danau.
Sedangkan aku dan
Jonghyun duduk ditepi danau, ditemani oleh api unggun. Key sendiri membakar
jagung dekat kami.
Aku mengecek, iPad ku.
Membrowse email yang aku kirimkan tadi sore untuk Onew oppa. Onew oppa bilang,
keadaan Minho makin membaik. Tapi, dokter belum bisa mendiagnosa kapan Minho akan
sembuh, karena sekarang jantung Minho sering melemah, karena pengaruh dari
kerusakan pernapasan paru-parunya.
Aku hanya bisa mendekap
iPad ku dan berharap Minho segera sembuh. Aku merasa kasihan padanya. Sungguh!
“bagaimana keadaan
Minho?” tanya Jonghyun.
“keadaannya makin
membaik. Tapi, dokter belum bisa mendiagnosa kapan ia akan sembuh, karena
sekarang jantungnya sering melemah, karena pengaruh dari kerusakan pernapasan paru-paru.
Doakan saja ia cepat sembuh ya.” Ucapku pada Jonghyun.
“ya, semoga! Aku sangat
berharap sekali kekasihmu itu cepat sembuh!” tiba-tiba Key yang sedang membakar
jagung bakar, berkata seperti itu dengan nada penekanan.
“hei, kenapa
marah-marah? Kalau mendoakan yang baik.” Kata Jonghyun menasehati.
Key mendelik kesal pada
Jonghyun. “aku bicara baik-baik. Kau saja yang tidak bisa membedakan mana yang
namanya marah, mana yang namanya kesal!” Key meninggalkan jagung bakarnya dan
masuk ke dalam.
Aku tidak tahu mengapa
Key seperti itu padaku? Aku salah apa padanya?
“Jebal, Mianhae ya
Shera. Key memang seperti itu. Mungkin ia sedang kesal, karena jagungnya tidak
matang-matang.” Kali ini Jonghyun tertawa. Aku pun tertawa.
“haha..ne gwechana. Aku
mengerti.”
“hmm..apa kau tahu,
waktu itu Minho pernah bilang padaku bahwa aku boleh memiliki orang yang Minho
sayangi?” ucapan Jonghyun itu kembali mengingatkanku pada kejadian tadi siang
di danau.
“maksudmu??” tanyaku.
Sebenarnya aku sudah tahu maksudnya, tapi aku berpura-pura akan hal itu.
“selama Minho menjalani
pengobatan, akulah yang akan menjagamu sampai ia benar-benar kembali. Aku akan
melindungi orang-orang yang Minho sayangi. Haha, aku berkata seperti itu saat
aku masih duduk dibangku kelas 3 sekolah dasar.” Jonghyun menerawang lurus,
membayangkan masa lalunya.
Aku tertegun lalu
tertawa. “Haha, masa sih anak kelas 3 sekolah dasar sudah bisa bilang kayak
gitu? Pabo! Haha.” Aku menarik jaketku agar aku tetap hangat.
“kau tidak percaya?
Kumohon kau percaya, karena aku benar-benar serius. Apakah aku boleh
memilikimu? Seperti Minho memiliki dirimu?”
Jonghyun! Wajahnya
sangat serius dan sangat tampan. Hatiku berkata lain, seperti ada Minho
disampingku yang menggengam tanganku erat, hatiku yang terdalam berkata ‘Minho
tidak bersamamu dan selamanya akan seperti itu’. Aku memejamkan mataku dan
membukanya. Melihat Jonghyun dengan muka memelas, meminta jawabanku sekarang.
“Kau...? Aneh ah!”
kataku dengan wajah bersemu merah.
“Kau malu ya?” tanya
Jonghyun lagi.
“Aniya! Aku tidak
malu!” tapi wajahku tetap memerah.
Kluk! (bunyi messenger
masuk)
iPad ku berbunyi
menandakan ada messenger masuk. Dari Onew oppa. Seketika air mataku mengalir
deras. Jonghyun mendekatiku.
“Waeyo? Gwechana
Shera-ah??”
Aku tidak bisa berkata
apa-apa. Dadaku sesak seketika. Aku memberikan iPadku pada Jonghyun.
Sekali lagi messenger
dari Onew oppa yang aku lihat tadi dibaca pelan oleh Jonghyun. Seakan tak
percaya dengan semuanya.
Shera-ah.
Mianhae, aku tidak bisa membawa Minho pulang dengan keadaan sembuh. Mianhae,
Minho tidak bisa menjadi suamimu bahkan ayah dari anak-anakmu nanti jika kalian
benar-benar menikah. Minho sudah pergi. Tolong jangan kau sesali. Pemakaman
akan dilaksanakan besok pagi. Ku harap kau datang.
Aku juga tidak
mempercayai itu semua. Minho pergi meninggalkan aku, dunia dan kembali kesisi
Tuhan. Air mataku tak terbendung. Aku menangis sejadi-jadinya dibahu Jonghyun.
Kulihat Jonghyun menahan air matanya. Mungkin karena mengingat Minho adalah teman
sekolah dasarnya dulu, teman bermain Jonghyun kecil dikala ia kesepian tanpa
ada seorang teman.
Aku lirih. Menangis.
Kulihat Boram dan Seungri menghampiri kami berdua. Mereka menanyakan mengapa
kami menangis. Setelah mereka juga ikut membaca email dari Onew oppa, mereka
juga dirundung kesediha, karena Minho adalah teman kelas seni mereka juga.
Rasanya duka ku kini amat
dalam. Teramat dalam. Melihat orang-orang disekelilingku, meninggalkan ku satu
persatu. Umma, appa, sekarang Minho. Aku rasa aku telah kehilangan arah, aku
merasa semuanya tidak sayang padaku. Tapi sekali lagi, Jonghyun menatapku
miris. Air matanya keluar dari sudut matanya.
“Aku akan melindungimu,
Shera-ah! Aku janji.” Katanya sambil menghusap air mata yang terjatuh bebas
dipipinya.
Malam itu juga kami
berkemas meninggalkan penginapan dan kembali ke Seoul.
***
-Quasimodo
backsound-
Gaseum
gadeuk.han geudae heunjeok
Nareul
soomshwigae haeyo
Dal.bit.chae
gin bami modu mooldeulmyeon
Hye.eonal
su eopneun gidarin da kkeutchi nalkkayo
Gijeokeul
bileo mootgo dap.haeyo
Sekarang aku sedang
berada dipemakaman bersama keluarga dari Minho. Tapi tidak ada umma ataupun
appa Minho, karena mereka sudah lama meninggalkan Minho dan Onew oppa sejak
mereka masih kecil. aku berada disamping Onew oppa. Kulihat matanya sembab,
meninggalkan lingkaran hitam disekitar bawah matanya. Aku menghusap
punggungnya.
“Onew oppa, tabah ya.
Aku juga kehilangannya. Tapi aku mencoba untuk sesabar mungkin menerima
kenyataan bahwa kami tak akan mungkin bersatu. Karena Minho sudah kembali
disisi Tuhan.” Kataku sambil terisak.
Onew oppa melihatku dan
memelukku. “Ne, kuharap kau tidak akan menyesalinya. Begitu pula aku Shera-ah.”
Oh,
geudae mamae datgo shipeun nal malhaji
Mot.hae
shirin gooreum dwi.ae garin byeolbitdeul.cheoreom
Saranghae
ipsool kkeutae maemdoldeon apeum gobaek modu
Kkeutnae
noonmulae heulleo
Suasana pun hening
setelah pembacaan doa. Aku memejamkan mata. Membayangkan Minho ada bersamaku
sekarang. Ia memegang tanganku dan mengucapkan salam perpisahan. Aku menangis
lagi tapi kali ini aku juga tersenyum. Karena melihat Minho tersenyum juga,
dengan begitu aku bisa rela.
Shimjangae
datneun ee hwasaleun
Eejen
nae mom gatgaetjyo
Jukeul
mankeum neomu apado
Nae
mamae bak.hin geudaereul kkeonael su eopnaeyo
Sarangeeraseo
nan sarangeeraseo
Tangis pun pecah saat peti
Minho dimasukkan kedalam liang kubur, semua menaburkan bunga-bunga harum untuk
Minho. Aku tak kuasa menahannya lagi, ia benar-benar pergi. Calon suamiku, ia
telah pergi! Hiks! Aku turut menaburkan bunga diatas peti Minho. Lalu setelah
itu beberapa orang menimbunnya dengan tanah, hingga mencapai kepermukaan.
Onew oppa memelukku
erat, sangat erat. Aku juga memeluknya erat, memberi sedikit ketenangan untuk
Onew oppa. Disampingku Jonghyun juga menahan air matanya dengan menundukkan
kepala. Aku yakin semua orang yang ada disini sangat kehilangan sosok Minho.
Na
geudael gatji mot.haedo nae mami
Kkeutnae
seulpeun inyeonae byeok apaegaromak.hyeodo
Saranghae
barabol suman itneun gosiramyeon
Geudaen
nae jeonbunikka
Nisan ditanam tepat
diatas gundukan tanah tersebut. Saat orang-orang sudah pulang, aku hanya bisa
mengamati nama nisan tersebut.
R.I.P
Choi
Minho
Aku tersenyum memandang
nisan. Sebuah tangan memegang pergelanganku dan tersenyum. Aku membalas
senyumnya, rasanya tenang sekali. Kali ini apakah benar Minho-ah? Orang ini
boleh memilikiku, seperti kau memilikiku?
Cintamu Minho-ah yang
hanya dapat menguatkanku, hingga sekarang.
Su
maneun bam jisae.ooda
Nae
noonmul gateun byeol.bit.chi
Meotji
anneun biga dwaemyeon
Gieok.haeyo
naega saranghaetdan geol
Saat-saat bersamamu tak
akan bisa ku lupakan.
Na
geudael gatji mot.haedo nae mami
Kkeutnae
eulpeun inyeonae byeok apae
Garomak.hyeodo,
geudaereul saranghae
Barabol
suman itneun gosiramyeon
Geudaen
nae jeonbunikka
Akankah kau
merindukanku, meski kita kini ada didunia yang berbeda?
Na
geudael gatji mot.haedo nae mami kkeutnae (I need you)
Seulpeun
inyeonae byeok apaegaromak.hyeodo
(I
am trying not to cry over you, baby)
Saranghae
barabol suman itneun gosiramyeon
(Neol
saranghae, geudaereul saranghae)
Geudaen
nae jeonbunikka
Kuharap aku dapat
menjaga cintamu, karena aku yakin kau juga begitu.
Himgyeopji
anayo, oh no
Nae
geudaera geudaenikka
Apado
oolryeodo saranghae
***
Sudah dua bulan lamanya
aku berjalan sendiri tanpa Minho. Aku melakukan aktivitasku seperti biasa. Sekarang
aku ingin menjadi Shin Shera yang ceria seperti dulu, saat Minho juga ada
disampingku.
Hatiku terkadang merasa
dag dig dung,saat seorang yang sekarang dekat denganku selalu menghibur dikala
aku sedang susah. Kim Jonghyun. Tetap seperti dulu, ia selalu bilang akan
selalu melindungiku. Seperti pagi ini di kampus. Key menatapku sinis saat aku
mencoba senyum padanya.
“KAU YAAA!!! TOLONG
TIDAK USAH SOK IMUT DIHADAPANKU!” Teriak Key didepan teman-teman yang lain.
Apalagi saat itu koridor kampus sedang ramai.
Aku jadi merasa malu.
Mengapa Key begitu membenciku? Salahkah bila aku mencoba tersenyum dan menjadi
Shera yang ceria??
“KEY!” Jonghyun
memanggil namanya. Rahangnya mengeras. Sepertinya ia tidak suka Key melakukan
hal itu padaku. Untung aku tidak menangis, aku mencoba menahan semuanya. Aku
yakin aku bisa menjadi gadis yang kuat.
“Kau mau membelanya?”
tanya Key, ia melipat kedua tangannya sambil bersandar di dinding koridor.
Jonghyun menatap Key
tajam. “Tolong, jangan hina dia. Jangan kau sakiti dia. Kalau tidak...”
“Jjong...sudah aku
tidak apa-apa, mungkin Key sedang ada masalah.” Kataku mencoba mendinginkan
pikiran Jonghyun.
“KAU ADALAH
MASALAHNYA!!!” Key memekik kearahku dan meninggalkan kami berdua. Banyak yang
melihat kejadian ini. Membuatku merasa malu, aku memegang dadaku. Sesak!
Mengapa Key bisa menuduhku bahwa akulah masalahnya?
“Key!!!” teriak
Jonghyun. Tapi Key tidak menggubris itu.
Jonghyun memegang kedua
bahuku. “Shera-ah, tenang aku akan selalu melindungimu!”
Aku mengangguk, lalu
berjalan beriringan menuju kelas. Rasanya aku ingin menumpahkan semua rasa
kesalku ini, tapi kurasa tidak bisa. Aku sangat membutuhkan Minho. Ah! Shera!
Ingatlah ia tidak bersamamu lagi! Tempat kalian berbeda. Sungguh menyakitkan!
Neomu appo.
***
Keesokan harinya aku
masuk kampus seperti biasa. Tidak menggubris semua tatapan yang merendahkanku,
gara-gara perlakuan Key kemarin. Aku ingin menjadi gadis yang kuat dan tegar. Aku
yakin aku bisa. Aku memasuki kelas, kulihat Boram mengutak-atik iPadnya.
Sedangkan Seungri mengerjakan tugas dimeja lain. Dan teman-teman yang lain
kulihat hanya bercengkrama dan sebagian juga membuka laptop ataupun iPadnya.
“Boram, apa kau melihat
Jonghyun??” aku menanyakan Jonghyun. “Hari ini aku tidak melihatnya sama
sekali. Apakah ia sakit?”
“Ah, aniya. Molla.
Mungkin Seungri tahu, Seungri-ah apakah kau melihat Jjong hari ini?” tanya
Boram pada Seungri.
Seungri berhenti
menulis. “Ne, dia tidak masuk. Katanya ingin membolos. Semalaman ia mengerjakan
tugas-tugas yang menumpuk...”
“...dan kurasa Jjong sedang
berada dirumahnya. Istirahat mungkin?” Boram melanjutkan kalimat Seungri.
Aku tersenyum.
“Baiklah, aku akan menjenguknya nanti.”
Terbayang dikepalaku,
sepulang dari kampus akan kubawakan Jonghyun makanan yang enak-enak. Terutama
bakso ikan. Karena aku tahu ia sangat menyukainya. Hmm..kurasa aku mulai
menemukan titik temu. Ups! Maksudku, bukan pengganti Minho, lebih tepatnya orang
yang telah membuatku lebih hidup sekarang. Karena kasih sayang yang ia beri,
setelah kepergian Minho.
***
Tok Tok Tok
Sekarang aku berada
didepan pintu apartemen nomor 408 dengan membawa tas makanan berisi bakso ikan
yang masih hangat. Aku menghela napas dan kuketuk perlahan. Tapi tidak ada
jawaban sama sekali. Apakah Jjong tidur? Klik! Gagang pintu tidak dikunci.
“Mengapa Jjong seceroboh ini sih?” gerutuku.
Masuk kedalam ruangan
besar. Terdapat perabotan yang mewah yang menghiasi ruang ini. Aku berjalan
masuk lebih kedalam. Ada sebuah kamar dengan pintu yang paling besar terbuka
sedikit.
“Uhhmm..akhh,ouch!”
Ada suara desahan
dikamar tersebut. Ada apa dengan Jonghyun? Kuberanikan diri mendekati kamar itu
dan...sebuah pemandangan yang sangat menyesakkan dada.
Orang yang kuanggap
telah memberikan kasih sayang yang teramat sangat sejak kepergian Minho. Orang yang
telah aku percaya akan memenangkan hatiku nanti, orang yang selalu bilang akan melindungiku,
orang yang pernah meminjamkan bahunya untukku bersandar saat Minho meninggalkan
aku. Tapi, apa? Neomu appo! Kepercayaanku sirna tak berbekas sama sekali.
Karena kepercayaan itu telah hancur berkeping-keping.
Kim Jonghyun sedang
menggumuli leher jenjang putih mulus seseorang. Mereka saling bertelanjang
dada. Air mataku jatuh bebas dipipiku. Mulutku mengangga hebat. Aku menutupnya
untuk meredam isakan tangisku. Tak percaya sungguh! Dan yang paling menyakitkan
adalah orang yang sedang ia gumuli adalah Key!
Bruk! Aku mejatuhkan tas
makanan itu. Membuat Jonghyun dan Key menghentikan kelakuan aneh mereka. Jonghyun
dengan cepat melangkah kearah pintu. Menemukanku menangis. Menerka bahwa aku
telah mengetahui seberapa bejatnya Jonghyun.
“Shera!!! Kau??” ia
menatapku tak percaya.
“Ne, aku melihat
semuanya. Gomawo Jjong, kau telah menghancurkan kepercayaanku padamu.
Kepercayaan dimana sebenarnya aku ingin memberi cintaku untukmu. Hari esok dan
seterusnya anggap kita tidak saling mengenal.”
Aku berlari keluar meninggalkan
Jonghyun yang menyesal atas perbuatannya. Berlari ditengah dinginnya cuaca saat
itu. Hari sudah gelap rupanya. Melihat orang-orang disekelilingku sudah
bersiap-siap memasang pernak-pernik natal. Padahal natal baru dua minggu lagi.
Mungkin karena cuaca ini sudah menandakan bahwa salju akan turun.
Dan benar, ditengah
tangisanku butiran-butiran es putih lembut berjatuhan diatas kepala dan aku
menadahinya dengan tangan. Tangisanku tambah menjadi, saat aku ingat bahwa ini
adalah bulan Desember, ulang tahun Minho sebentar lagi. Omona!!! Bahkan besok?
Mengapa aku melupakannya? Paboya Shera-ah! 9 Desember sebentar lagi!
Aku tersenyum, melihat
keatas. Langit menumpahkan butiran-butiran es indah itu disaat hatiku sedang
panas, karena kejadian yang kulihat tadi. Ah, sudah aku tidak mau memikirkannya
lagi.
Aku berjalan diikuti
dengan semakin banyaknya salju yang turun. Aku merapatkan jaketku. Dingin. Aku
berhenti disebuah jembatan yang dibawahnya terdapat sungai besar yang mengalir.
Aku menghadap tepat kearah sungai yang mengalir itu. Indah dihiasi lampu
berwarna-warni. Sepertinya natal tahun ini akan menjadikan natal terakhirku di
Seoul. Karena aku ingin kembali ke Daegu. Dimana nantinya aku tidak akan bisa
bertemu lagi dengan yang namanya Kim Jonghyun ataupun Key. Yang ternyata adalah
pasangan gay. Sungguh mengesalkan.
Achim
haetsari geudaewa gatayo
Jogeum
yuchihagetjyo
Geuraedo
nan ireon ge joheun geol
Nareul
kkaeweojun geudae yeope ramyeon
Deo
baralke eopgetjyo
Ireohke
geudael bogo shipen geol
Lembut suaranya,
seorang namja sedang berada diposisi yang sama denganku. Menghadap tepat ke
sungai, mungkin melihat pemandangan lampu-lampu indah juga mungkin? Aku tidak
melihat jelas wajahnya, hanya terlihat sisi sampingnya. Apakah ia dirundung
kesedihan juga?
Sarangi
eoridago mothal geora
Saenggakhaji
marayo
Nareul
deo neutki jeone
Na
deo kkeugi jeone jabajul su itjyo?
Aku semakin terenyuh,
lagu itu pas sekali dengan keadaan hatiku sekarang. Tapi seseorang telah
menghancurkannya. Bagaimana tidak orang yang aku kira akan memberiku kesenangan
dan cinta, ternyata adalah seorang gay. Mungkin karena itu Key tidak
menyukaiku. Ia cemburu padaku?
Saranghaeyo
geudaemaneul jeo haneulmankkeum
Jeongmal
geudaeneun naega saneun iyuin geolyo
Geudaereul
aju manhi geudael michidorok anajugo shipeo
Ajin
manhi ppareungeojyo geureongeojyo
Suaranya semakin lembut
terdengar. Aku melihat kearahnya, ia masih bernyanyi sambil memandang lurus
sungai didepannya. Sedangkan salju masih turun beruntun. Seandainya ada Minho
disini. Aku menundukkan kepalaku.
Nae
maeumi geudael japgo nohjil anhjyo
Geudaedo
neukkyeojinayo
Nareul
Oh deo neutgi jeone
Na
deo kkeugi jeone jabajul su itjyo?
Neomu appo, Minho-ah!
Kau selalu terbayang dalam pikiranku. Padahal sudah dua bulan lamanya kau
meninggalkanku. Sedangkan besok hari ulang tahunmu! Aku tanpamu disini sendiri
Minho-ah.
Ajik
geudae maeumi nae gyeote
Ol
su eopneun geol arayo geunde
Geudae
hanaman naeui hanarago
Bulleodo
dwenayo
Aku melihat kearahnya
lagi. Ragu untukku mendekatinya. Tapi kali ini aku beranikan diri. Aku ingin
tahu ini lagu apa. Sangat indah! Aku menyukainya. Karena setiap ia bernyanyi,
Minho selalu melayang-layang dalam pikiranku.
“Annyeong~” sapaku pada
namja itu.
Ia menoleh dan terbesit
senyum manis dibibirnya. Ia seorang namja berambut blonde, mempunyai senyum
yang sangat manis dan bermata indah, seperti...
“Minho~” ucapku lirih.
Kenapa aku seperti melihat Minho?
Ia merapatkan jaketnya
dan membelalakan matanya. Kali ini ia menghadap padaku. Mata kami saling bertemu.
“Minho? Minho siapa?”
tanyanya.
“Kau..oh, aniya.” Aku
segera tersadar. “Mianhae aku sedang kepikiran kekasihku.”
“Hmm..nuguya?”
“Shin Shera imnida.
Nugu?” tanyaku, kali ini kami berbicara ringan. Seperti perkenalan. Dan kembali
keposisi awal. Menghadap ke sungai.
“Lee Taemin imnida. Kau
sedang apa disini?”
“Aku hanya jalan-jalan
saja. Aku sedang patah hati, makanya aku kesini. Melihat sungai malam-malam dengan
lampu yang berwarna-warni seperti itu sangat menenangkan hati. Suaramu lumayan
bagus!”
“Hehe, gomawo. Itu
lirik lagu yang aku tulis sendiri untuk kekasih sahabatku dengan bantuannya sebelum
ia meninggal. Oh iya..maksudmu? Kau patah hati kenapa? Ceritalah. Anggap aku
temanmu, ya mungkin kau akan sedikit lega bila bercerita padaku. Aku tidak akan
mengumbarnya kok.”
“Aku dihianati oleh
orang yang aku percaya bisa mengembalikan keceriaanku lagi, setelah dua bulan
yang lalu calon suamiku meninggal dunia.” Kataku mangawali. Aku memang ingin
bercerita.
Aku melihatnya
tercengang. Ia menghembuskan nafas perlahan. “Lalu?”
“Ternyata dia gay! Aku
benci itu dan tidak menyangka kalau dia akan melakukan hal yang aneh itu di
apartemennya sendiri bersama pasangannya. Keduanya teman kampusku. Menyedihkan
ya?” tanyaku sambil terkekeh pelan. Mencoba membuat suasana agar hidup.
“Kalau kau sendiri
bagaimana?? Mengapa kau ada disini?” tanyaku.
“Aku sedang melihat
lampu-lampu itu. Biasan-nya sungguh indah terpantul oleh air sungai. Apalagi
ada salju-salju ini. Besok juga aku akan ke makam sahabatku. Karena ia akan
berulang tahun besok.” Ia melihat kearahku.
Sekarang aku yang
tercengang! Tapi kuhapus pikiran negatif bahwa orang yang ia maksud juga sama.
“Ah, ne. Aku juga akan
ke makam kekasihku besok. Ia juga berulang tahun sama seperti sahabatmu ya.”
Aku tersenyum.
Tapi sejurus kemudian
ia memelukku. Aku merasa sangat hangat. Tuhan apakah orang yang kami maksudkan
itu sama, Choi Minho?
“Kau, Shin Shera kan?”
ia bertanya padaku seraya melepaskan pelukannya. Aku menahan air mataku.
Mengangguk cepat.
“Aku Taemin, sahabat
kecil Minho yang di Aussie.”
“Tapi Minho tidak
menyebutkan namamu. Dan yang kutahu, kau tidak bisa melihat, ne?”
“Iya, aku tidak bisa
melihat dulu. Sekarang aku bisa melihat karena kornea mata milik Minho. Ia
memberikannya padaku sebelum meninggal.” Taemin meyakinkanku dengan tatapan
sedih.
Perih rasanya. Tuhan!
Inikah yang disebut persahabatan yang selalu abadi? Minho merelakan kornea
matanya diberikan pada sahabat kecilnya Taemin.
“Dulu, aku buta karena
aku menolong Minho yang bully waktu SMP. Aku terkena cipratan cuka dan garam
yang sebenarnya disemprotkan pada Minho. Tapi aku mengahadangnya dan mataku
yang jadi sasarannya. Hingga aku buta total.” Cerita Taemin sambil menghadap
lurus memandang lampu-lampu dekat sungai.
Aku menangis. Memeluk
lengannya dan bersandar dilengannya.
“Sekarang ia sudah
membalas budi padaku. Aku keberatan sebenarnya, ia meninggal dengan keadaan
tanpa kornea. Sungguh, aku dipaksa untuk menerimanya. Ia bilang aku harus
melihat yeoja yang sangat ia cintai di Seoul. Dan aku menemukanmu, Shera-ah.”
“Onew oppa tidak pernah
bilang...” kalimatku terputus karena Taemin menyelanya.
“Onew oppa tidak pernah
bilang, karena ia menghawatirkan kau. Ia takut kau tidak akan merelakan
kepergian Minho tanpa bisa melihat.”
Aku sangat sedih sekali
malam ini. Sungguh! Neomu appo. Apakah hari-hariku tetap seperti ini,
mengetahui keadaan yang sebenarnya membuatku sakit. Hatiku perih sekali. Melihat
orang-orang disekitarku ternyata menyimpan suatu rahasia besar.
“Lagu ini aku yang
menulisnya dibantu Minho. Ini untukmu, kurasa bila aku dulu tidak bisa
melihatmu setidaknya kau bisa mendengarkanku bernyanyi saja.”
Taemin menlanjutkan
nyanyiannya. Saat ia menyanyi aku menangis. Ternyata lagu ini Taemin buat
untukku dan Minho turut serta membantunya. Aku bahagia sekarang. Kuharap Minho
juga bahagia disana. Yang terpenting, aku bisa melihat mata Minho setiap saat
dengan perantara orang yang sangat ia sayangi.
Sesuatu itu datangnya
tiba-tiba.
Urigati
One, two, three, oh!
Ja
shijakhaeyo (Oh baby baby my girl)
Geudaen
naeui hanajyo
Naeui
jeonbuin geolyo (Naeui jeonbuin geolyo~)
Geudaereul
aju manhi
Geudael
michidorok saranghago shipeo (Oh you know)
Ijeneun
geuraedo dwejyo geureongeojyo
Seperti lagu ini,
mendatangkan kebahagian dan seperti menemukan suatu rahasia besar.
Geudaereul
aju manhi (You know you know)
Geudael
michidorok saranghago shipeo
Ijeneun
geuraedo dwejyo geureongeojyo
(Oh
baby you can do right~)
Kau tahu CHOI MINHO-ku?
Aku sekarang mengerti betapa kau menyayangi orang-orang yang selalu ada
untukmu.
Ijeneun
geuraedo dwejyo geureongeojyo
Selamat Jalan Chagiya!
Semoga kau bahagia di alam sana.
END
Haha~
gimana nih?? Bagus gak? Kalo bagus RCL dong, biar semangat lagi buatnya.
Kemarin udah ONESHOOT nah sekarang TWOSHOOT, heu menyenangkan deh! ><
yang RCL ya! Tinggalkan jejak. Saya senang bila anda senang.
yang RCL ya! Tinggalkan jejak. Saya senang bila anda senang.
Mianhae
ne? Buat Blingers dan Lockets disini mereka saya bikin mesum (?) loh?
terus Mianhae buat Flamers si Minong saya bikin meninggal T.T ngga tega juga sih ^^v
terus Mianhae buat Flamers si Minong saya bikin meninggal T.T ngga tega juga sih ^^v
Kalo
MVPs & Taemints juga mianhae ya, Onew datang awal-awal eh Taemin
akhir-akhir. Hehe.
Gamshamnida readers setia~ saya akan berusaha
lebih baik dari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar