Kamis, 15 Oktober 2020

Nenek Tersayang

Cukup 26 tahun Nenek nemenin aku 
Cukup 24 tahun Nenek nemenin Indra
Cukup 23 tahun Nenek nemenin Tika dan Indri
Cukup 20 tahun Nenek nemenin Dewi 
Cukup  5  tahun Nenek nemenin Habibie

Sudah 72 tahun Nenek nemenin kita semua
Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, pemilik segala alam semesta lebih menyayangi Nenek

Minggu, 23 Agustus 2020 jam 14.44 adalah pertemuan terakhir aku dan Nenek. Waktu itu aku mengantarkan titipan Ibu yang banyak banget buat Nenek. Ternyata itu adalah titipan terakhir Ibu buat Nenek. Waktu berjalan ketika aku akan balik bulan September ternyata Nenek sudah dibawa ke Malang, aku sempet mikir,"Yah, gak bisa ketemu Nenek lagi dong." 
Ternyata bener, aku nggak bisa ketemu Nenek untuk selama-lamanya. 
Nenek sudah waktunya pulang ke sisi-Nya.

Ibu, Ayah, Tika & Dewi, setelah sekian lama tidak bertemu Nenek, hanya bertemu Nenek sekali di 23 September 2020.
Tante Endang dan Om Harto juga hanya bertemu sekali tapi menghabiskan 21 hari bersama Nenek, merawat dan menjaga Nenek sampai Nenek berpulang.
Om Dodo, Tante Nur dan Habibie yang paling sering bertemu dengan Nenek.
Sayang sekali Indra dan Indri harus berjauhan karena mereka sudah kerja di Ibukota, bertemu dengan kedua bapak ibunya saja jarang apalagi sejak pandemi.
Aku yang sebulan sekali bertemu baru kemarin Agustus bertemu lagi. Karena sejak Maret - Juli aku tidak berani pulang karena PSBB pandemi. 

Nek. aku bahkan belum sempat mengenalkan cucu menantu ke Nenek. Aku heran juga kenapa sampai hari ini orang itu belum datang, aku sedih disisi lain aku ingin Nenek melihatku menikah tapi belum kesampaian. 

Nenek selalu mendoakan semuanya, dari anak cucu menantu bahkan aku selalu minta doa ke Nenek dan Nenek selalu bilang, "Iya mbak, Nenek selalu doain cucu cucu Nenek, semoga Aprilia Ayu Setyawati lolos seleksi dan mendapatkan jodoh terbaiknya."

Maaf Nek, kadang aku tidak mengangkat telpon Nenek atau cepat membalas pesan Nenek. Aku sedih banget nggak ada lagi yang aku telpon selain ayah,ibu nanti. 

Waktu Nenek meninggal, sebelumnya keluarga beberapa sudah merasakan firasat. Tapi sebagian biasa saja karena Nenek terlihat sehat dan membaik. Namun Allah sudah gariskan hidup dan mati hamba-Nya. 

Kamis, 15 Oktober 2020 sekitar jam 16.19 ada panggilan masuk dari Ibu, aku sedang tidur waktu itu. Biasanya aku mematikan paket data, tapi sore itu sebelum tidur aku tetap menghidupkannya dan memasang alarm jam 16.55 agar tidak bablas. 

Saat itu langsung ku angkat, ku kira Ibu minta kuota tapi diujung telepon aku mendengar isakan Ibu. Aku takut sekali waktu itu dan deg-degan! 
Aku sempat mengira itu Ayah, karena sebelumnya Ibu mengabari kalau Ayah sakit. 
Tapi...

"Lia kamu yang sabar yah" suaranya bergetar dan Ibu mulai menangis.
"Iya bu ada apa? Kenapa bu?" aku pun ikut deg-degan, aku tidak siap dengan ini.
"Nenek udah nggak ada, Nenek meninggal."

Aku langsung menyebut, "Innalillahi Wa Innaillahi Rojiun, Nenek...."

Sejenak aku dan Ibu menangis bersama.

"Aku belum lihat Nenek bu, aku belum ketemu Nenek."

"Iya kamu kalau mau ke rumah Nenek, besok subuh saja."

Setelah panggilan berakhir, aku masih menangis. Memeluk bantal, berharap ini nggak kejadian. Seperti mimpi buruk. Tapi Qodarullah, Allah yang punya takdir. 

Aku segera merapikan semua bajuku, bersiap ke rumah Nenek. Walau aku tahu, aku akan kemaleman di jalan dari pada aku menunggu subuh aku bergegas tancap gas ke Negare jam setengah enam sore. 

Diperjalanan aku menangis, masih tidak percaya dengan kabar ini.

Sesampai di Negare, aku parkir dan melihat rumah Nenek sudah banyak orang tahlilan. 

Seketika aku kembali menangis, membawa barangku masuk dan langsung menuju kamar Nenek. Disana aku kembali menangis habis-habisan. Rasanya nggak mungkin, nggak mungkin sekali. Nenek kenapa cepet banget ninggalin kita semua. 

Ayah,Ibu dan adik-adik sedang dalam perjalanan. Begitu pula Jenazah Nenek yang dibawa dari Malang. 
Aku mencoba tegar, pasrah dengan takdir Allah. Sedih sekali rasanya bila diingat. 

Saat Jenazah datang dan diturunkan, lemas rasanya melihat jasad Nenek terbujur kaku, dingin dan sudah di kafankan. 

Aku sempat kecewa dengan diriku karena saat pemakaman Mbahku aku tidak melihat jasadnya dan proses pemakaman. Tapi ini benar-benar dilihatkan dengan sempurna, aku melihat Nenek dihadapanku seperti sedang tertidur namun ruh nya sudah dibawa Malaikat Izrail. 

Biasanya ke rumah Nenek selalu ditanya mau makan apa nduk, atau sekedar tidur aja disini. Tapi sekarang Nenek diam tak berkata apa-apa. Aku dan keluarga mencoba kuat, aku sebagai cucu pertamanya terpukul sekali atas kepergian Nenek. 

Aku sempat mencium kening dan pipi Nenek untuk yang terakhir kalinya. Sudah merasa ikhlas, saat mencium. Biasanya Nenek membalas untuk mencium, tapi kali ini beliau hanya diam saja. Aku yakin ruh Nenek masih disekitar rumah, melihat anak cucu menantunya datang. Banyak saudara serta rekan yang hadir untuk berbela sungkawa. 

Saat mengantar Nenek dari Keranda, disholatkan lalu dibawa ke makam rasanya gak berhenti menghapus air mata. 
Apalagi saat Nenek masuk liang lahat dan di adzankan oleh Om ku. Air mata tak berhenti menangis sembari kami semua beristighfar. 
Kulihat Ayah pun meneteskan air mata, tanda ia juga kehilangan sosok Ibu Mertua yang sangat sayang padanya. Karena saat Mbah meninggal pun ayah tak terpukul seperti ini, karena memang saat Mbah meninggal Ayah sudah sangat ikhlas. 

Kehilangan dan patah hatiku untuk kedua kalinya, ternyata seperti ini rasanya. 
Setelah kehilangan Mbah (ibu dari Ayah), sekarang kehilangan Nenek tercinta (ibu dari Ibu). Bagiku, kehilangan adalah suatu yang wajar tapi aku tidak ingin milikku hilang, tapi aku bukan pemilik sesungguhnya. Hanya Allah pemilik semua mahluk dan semesta-Nya. 

Tahun 2019 saat lebaran di Malang, adalah kenangan terakhir kami semua. Aku sempat berfikir bisakah ini terus berlanjut ditahun-tahun selanjutnya? Bagaimana tahun depan tidak seramai dan selengkap tahun ini?

Ternyata Allah menjawab di 2020, saat Idul Fitri kita semua kena dampak PSBB karena pandemi. Mengharuskan kita hanya bisa bersilaturahmi dari kejauhan. Ada yang di Jakarta, Malang, Banyuwangi, Negare dan Denpasar. 
Sedihnya tahun ini memang kita nggak makan masakan Nenek lagi, nggak makan sup kimlo atau ayam goreng Nenek. 

Benar, di bulan-bulan selanjutnya saat kesehatan Nenek menurun, Ibu,Tante dan Om ku sepakat untuk membawa Nenek ke Malang untuk berobat. Disana Nenek merasa sepi dan ingin pulang sambil merengek nangis ke Tanteku. 

Di minggu berikutnya, Allah mengambil Nenek kembali. Allah lebih sayang Nenek.

Nenek Tersayang, aku Lia cucumu mewakilkan semuanya
Terima kasih untuk semuanya ya Nek
Lia yakin ini semua sudah jalan-Nya yang paling terbaik
Lia minta maaf kalau selama ini ada salah 
Lia akan selalu ingat pesan Nenek
Lia akan jagain adik-adik semuanya
Lia akan rukun sama semuanya
Lia akan menikah dengan orang yang tepat dan ketika Lia udah ketemu, Lia akan ajak ke makam Nenek
Lia bakalan jagain Ayah dan Ibu juga
Terima kasih Nenek Tersayang
Selamat beristirahat panjang

Kami mencintaimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar