Kamis, 31 Januari 2019
Masih ingat?
Dimana sore itu kau tiba-tiba menghubungiku, mengabariku bila kau sedang berada di kotaku dan berencana mengajak bertemu. Aku sedikit kaget karena tak menyangka kau sebelumnya selalu bilang, namun tidak untuk kali ini. Saat itu karena kau mengantar temanmu berobat.
Sepulang dari kantor, aku mengecek handphone ku. Kau mengajak bertemu sore ini. Aku men-share location dimana tempat indekost ku.
Aku merapikan kembali hijabku. Aku turun dan segera mencarimu diluar, kau sempat salah jalan sebelum akhirnya menemukan tempat tinggalku.
Ku lihat kau dengan jaket kesayanganmu dan motor yang kau bilang baru beli. Saling sapa dan melempar senyum, aku naik ke atas motor.
"Mau makan dimana?"
"Enaknya dimana ya... bentar. Ikutin aja deh jalannya aku yang navigasi." kataku.
Awalnya kita ingin nonton, tapi melihat film nya sedang tidak ada yang 'kita' banget. Aku waktu itu ingin sekali nonton 'How to train your dragon' hanya saja takut kau tidak suka.
Akhirnya, sampailah kita di Warung Special
Sambal (WSS). Karena aku bingung mau mengajakmu makan dimana, padahal aku
sering sekali jalan dan makan didaerah Denpasar.
Kita mengambil tempat duduk yang lesehan. Membaca menu dan memilih beberapa makanan.
"ya ampun aku lupa kamu nggak bisa makan sambel, maaf ya."
"bisa kok bisa, haha." katamu sambil memilih menu.
Oh ya saat itu aku sedang berpuasa. Jadi sembari menunggu magrib aku sudah menyuruhmu makan, hanya kamu menghargai dan akhirnya menunggu juga waktu magrib.
September...
Oktober...
November...
Desember...
Januari...
Didalam benakku masih saja, selalu masih bertanya. Apakah kau dan aku selama ini, hubungan apa yang selanjutnya dapat kita buat? Apakah akan terus-terusan begini? Menjadi teman jalan dan tidak ada hal-hal serius yang dapat kita bicarakan.
Apalagi setelah pertemuanku dengan seseorang yang ternyata temannya juga.
Aku memberanikan diri membahas orang tersebut didepanmu. Dengan menanyakan 'Kamu kenal si A?'
Kamu seperti bingung awalnya mengapa aku bisa kenal dengan dia. Air mukamu tak bisa menyembunyikannya. Setelah membahas si A aku tahu kau kesal, tapi aku sengaja menyinggung ini agar aku tahu sejauh mana kau menghadapi dan menghargai hubungan kita yang belum jelas.
Setelah makan, aku magriban. Sambil membayar makan kita, karena tidak adil rasanya setiap makan selalu kau yang membayarnya. Kali ini biarkan aku yang menraktirmu.
Lalu kita beranjak mencari makanan kesukaanmu, seblak. Aku bingung sebenarnya dimana orang yang jualan seblak yang enak di Denpasar. Aku lupa. Akhirnya kita jalan ke daerah Mahendradatta, tapi karena tutup akhirnya kita memutuskan untuk pulang.
Dijalan aku mengambil gambar punggungmu. Menandakan kita keluar hari ini. Karena kita sama sekali tidak mengambil gambar bersama. Kau mengantar aku sampai rumah, kita saling bersalaman. Salaman cium tangan, kau cium tanganku dan aku mencium tanganmu. Lol. Ini geli sih, tapi disitu kita bergurau.
"Terima kasih ya. Hati-hati dijalan." Ucapku.
Setelah pertemuan kita ini, keesokan harinya dan seterusnya sampai bulan Maret kita lost contact. Baik aku maupun kau mungkin mempunyai alasan untuk tidak saling menghubungi.
Sungguh,sejujurnya aku adalah seorang perempuan yang hatinya sudah kau rebut. Aku sudah dititik capek, jenuh dan 'untuk apa dilanjutkan bila tidak ada kejelasan.'
Iya, aku sebenarnya ingin kejelasan. Kubiarkan 5 bulan kemarin adalah suatu cara pendekatan kita. Namun ternyata aku tidak menemukan jawaban atas semua yang sudah kita lakukan ini. Seperti punya hubungan tapi sebenarnya tidak. Ingin kesal tapi untuk apa, ingin cemburu pun tak berhak.
Kita adalah dua orang yang saling nyaman namun tidak ada status. Kau menganggapku orang spesial, akupun begitu. Tapi nyatanya kau tidak pernah mengungkapkannya hingga hari ini.
Sudah penghujung tahun, aku rasa aku harus berhenti menulis tentangmu. Mungkin ini adalah penutup. Karena aku merasa harus benar-benar membuka lembaran baru.
Setelah berkenalan denganmu dan punya hubungan yang rumit kemarin, aku merasa berhati-hati ketika laki-laki datang mendekat. Aku lebih bersabar dengan dia yang belum datang dan sepertinya belum ada yang bisa mencuri lagi selain dirimu kemarin.
Untuk kau yang membaca ini, terima kasih banyak sudah meluangkan waktumu. Aku tahu ini klise, aku menulis tentangmu, tentang masa laluku dan masa depanku. Aku tidak bisa bercerita selain ke Allah dan blogku. Kujabarkan semua tentangmu, tentang perasaanku dan hal-hal rumit yang tidak bisa ku lafalkan. Terima kasih ya sudah berkenan hadir dalam hidup seorang Lia.
Aku harap kau selalu sehat, bahagia dan sukses dengan cita-citamu. Semoga kelak kita dapat bertemu dengan orang yang benar-benar mencintai kita lahir batin.
Selesai sudah ceritamu dengan dia. Saat ini bahagialah dengan orang yang akan membuatmu bahagia.
Setiap hujan yang turun 1% air dan 99% kenangan benar adanya, memori yang kita pernah buat adalah hal yang paling mengesankan setahun terakhir.
Terima kasih, selamat tahun baru.
Selamat membuka lembaran baru, Lia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar