Minggu, 22 Desember 2019

Kita dan Hujan Bulan Desember #RAK5

Sabtu, 22 Desember 2018

Setahun berlalu...  tepat hari ini.

Aku masih ingat saat itu. 

Langit mendung menghitam, dingin dan pertanda akan turun hujan. 

Senja tak terlihat. Desember sedang musim hujan dan dingin, tapi kita tetap berpayung rasa.

Segelap-gelapnya langit, tetapi kau tahu, hatiku sedang berbunga-bunga.

Aku sedang memakai jilbabku dan menunggumu menjemputku untuk jalan-jalan sore ini. Sesekali mengecek handphone ku, menunggu telpon darimu masuk, aku mengangkatnya dan keluar untuk menyambutmu. Berpamitan dengan Nenekku lalu naik ke atas motor.

Ditengah mendung sore yang dingin waktu itu, kau berniat mengajakku untuk makan. Diatas motor kita saling bertukar cerita. Spion kau arahkan ke arahku dan kau tersenyum lewat spion, membuat pipiku bersemu dibalik masker. 

Kita belum menentukan mau makan dimana. Selalu klise ketika seorang laki-laki dan perempuan bingung akan makan dimana. Sebelum sampai tempat tujuan, hujan turun dengan deras. Segeralah kita berteduh di sebuah warung kecil yang terdekat saat itu.

Memesan segelas teh hangat dan makan kerupuk. Haha, aku suka sekali momen ini. Sederhana dan manis. Aku tidak khawatir bila hujan ini terus-terusan dan menjebak kita berdua. Tapi perlu kau tahu, saat itu aku senang karena aku sudah lama tak begini, menikmati derasnya hujan, terjebak bersama dengan seseorang yang terbiasa kusapa lewat pesan singkat dan video call, yang tak setiap hari kutemui, dirimu.


Kau sesekali mengecek handphone mu, aku tak pernah  mempermasalahkannya. Karena aku yakin pekerjaanmu saat ini lebih penting, apapun informasi pasti semua lewat handphone.

"Mau makan dimana?"

"Aku terserah saja, yang biasa-biasa saja ya."

"Mau steak atau makanan rumahan?"

"Makanan rumahan aja yuk."

Setelah hujan agak reda sedikit, dengan gerimis yang masih membasahi, kita segera menuju tempat makan. Aku memegang maps, karena tempat ini baru bagimu dan aku.

Menelusuri beberapa jalan kecil, hingga sampai ke tempat yang membuatku berpikir 'tempat apa ya ini, kok jauh dari jalan besar.'

Dari kejauhan aku lihat lampu-lampu kuning yang cantik dan aku mulai,

'ini anak, bisa aja bikin seneng.'

Jujur, dari dulu selalu diajak ke tempat yang romantis kayak gini sama orang-orang sebelumnya selalu dibuat terpukau, tapi ternyata kau juga bisa menemukan tempat seperti ini. Aku sudah senyum-senyum sendiri sembari melepas helm ku.

"Awas licin yah."

Dari tempat parkir sampai meja, aku pegangan pada tali tasmu. Aku berjalan disampingmu ditemani hujan yang masih rintik-rintik dan membuat suasana menjadi lebih romantis. Yah kau tahu aku sudah tidak melakukan hal-hal seperti ini.

Sampai disana, kita sholat magrib dulu. Lalu menuju meja makan lesehan yang menghadap ke kolam, disebrang kolam ada musik akustik. Lagu-lagu romantis dimainkan. Salah satu yang aku ingat lagunya Once yang Aku Mau.

Seperti diungkap lewat sebuah lagu, tapi tetap batin kita terikat tak kemana-mana. Menikmati malam dan hujan di bulan Desember bersama.

Musik akustik...

Hujan rintik-rintik...

Dingin...

Syahdu...

Sabtu malam...

Aku...

dan kau...

Kita saling bertukar cerita saat itu, tentang semua yang membuatmu senang, kesal aku masih mengingatnya

Aku senang bisa menjadi pendengarmu.

Mencuri senyummu, memotretmu, mengambil gambar bersama.

Kau tahu aku kadang takut ini berakhir sebagai kenangan saja.

Aku benar-benar bersyukur saat itu pada Tuhan, karena adanya dirimu didepanku saat ini. Kau mengisi ruang-ruang yang kosong memberi arti dan membuatku tenang disaat aku tahu mas 'S' sudah mengisi cincin dijemari perempuan lain.

Tapi yang membuatku sedih adalah kita yang tidak pernah menceritakan tentang 'kita'.

Yang benar-benar kita.

Aku merasa kau belum siap.

Dan aku tidak tahu kau akan membicarakan ini kapan.

Jadi aku bungkam semua dengan senyum, karena aku memang suka seperti ini.

Aku tetap menunggu sampai sejauh mana kau mau berdiam tak membicarakan 'kita'

Sepulangnya kau mampir sebentar untuk beli terang bulan dan martabak. Menitipkannya pada aku untuk nenekku. Hujan rintik-rintik masih menemani kita malam itu.

Tiba-tiba ada telpon masuk dari orang yang sedang mencoba mendekatiku, bodohnya aku langsung menyembuyikannya darimu. Aku sadar, kau curiga dan kau kesal saat itu. Tapi yang perlu kau ketahui adalah memang aku dan dia tidak pernah ada apa-apa, aku baru mengenalnya dan dia tiba-tiba saja menghubungiku.

Aku tahu ini adalah salah paham yang sampai saat ini tidak terungkap.

Aku tidak mau kau tahu dan kau juga tidak perlu tahu.

Bagian yang paling menyakitkannya adalah, ini adalah setahun perkenalan kita. Hari ini 22 Desember 2019 sudah setahun berlalu juga pada 22 Desember yang sama.

Aku hanya mengulang memori yang ada.

Mungkin saat kau membaca ini kau sudah bahagia dan akupun.

Thankyou nok, we made it all. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar