Tepat setahun, masih ingatkah kau saat pertemuan ketiga kita?
Tidak lama setelah pertemuan kedua kita, kita kembali berjanji untuk bertemu sore ini. Aku menjemputmu ditempat kemarin. Agak drama sih ya. Karena aku sudah menunggumu lama, tapi kau sedang menghindar dari senior dan mengulur waktu. Hampir magrib, kau baru bilang untuk menjemputmu di gerbang dekat Pemogan.
Akhirnya kita bertemu dan kau bilang kau ingin sekali Pempek.
Kuajak kau ke tempatku biasa makan di Genteng Biru. Kau memesan Pempek dan aku memesan Bakso kesukaanku. Lalu kau mengambil beberapa foto, lalu kita menyantap makanan bersama. Bercerita tentang apapun yang ada dikepala kita.
Setelah makan, kita mengambil beberapa selfie bersama. Kau dan aku. Aku masih ingat dengan baju orange ku, kau dengan baju biru dongker.
Hal lucu lagi kembali terjadi, saat aku akan membayar makananku kau membuntutiku.
"Aku bayar baksoku, kamu bayar Pempekmu."
"Nggak mau. Berapa bu?" Kau bertanya pada ibu penjual.
Aku dan kau saling mengeluarkan uang dan akhirnya kita sedikit berdebat, saling berebut siapa yang akan membayarnya. Akhirnya aku kalah, ibunya mengambil uangmu.
Tapi jujur aku adalah tipikal orang, sebelum dia jadi suamiku, aku akan membayar makananku dan apapun yang aku ingin beli dengan uangku sendiri. Bukan bersifat sombong, aku hanya ingin adil padamu dan pada diriku sendiri. Aku bukan orang yang ingin ini itu minta dibayarin, apalagi dengan seorang laki-laki. Tapi setiap laki-laki yang berusaha keras untuk membayar duluan, ku anggap sebagai hadiah bagi diriku.
Setelah makan aku minta diantar ke Masjid Sudirman untuk magriban.
Baru setelah magriban, kita akhirnya kembali ke Kepaon. Kau minta berhenti di minimarket karena kau mau membayar tagihanmu. Kita singgah sebentar ke Alfamart terdekat. Aku menunggu di motor saja. Lalu kau masuk dan agak lama karena harus mengantri. Kau keluar dengan tas plastik, kau berbelanja sesuatu.
Diperjalanan kita saling tos, untuk berterima kasih.
Kembalilah lagi kita ke tempatmu. Tepat di depan ATM yang waktu itu kumenunggumu. Kita saling bersalaman dan kau meninggalkan tas plastik tadi.
"Ini punyamu, lupa kamu bawa."
"Bukan itu buat kamu kok. Ambil ya."
"Ih kok gitu, janganlah, Buat temen kamu aja."
"Nggak mau, itu hadiah kok buat kamu. Dimakan ya."
"Terima kasih ya. Repot banget sih."
Kau tersenyum dan kembali kedalam.
Pulangnya aku ke kost Nara, karena berniat mengantarnya berbelanja baju. Setelah berbelanja, aku dan Nara singgah ke Warung Special Sambal (WSS). Aku bercerita panjang lebar tentang pertemuan kita tadi. Dengan sumringah dan berseri-seri. Nara tahu bagaimana mataku yang terlihat senang, saat bercerita tentang dirimu.
Ada sedikit permasalahan setelah aku memposting foto berdua bersamamu tadi, ada salah satu temanku yang menyuruhku menghapusnya. Tapi dengan cara yang tidak enak dibaca. Ternyata awal mula masalah ada disini. Tapi ku abaikan karena aku hanya mengecap mereka sirik denganku, denganmu.
Sampai kost kubuka tas plastik tadi dan ternyata isinya adalah jajanan. Yang paling banyak pocky (aku akan insert gambarnya nanti). Langsung aku tertawa kecil dan pipiku hangat, saking senangnya.
Aku memfotonya dan mengirimkan padamu dan berterima kasih.
"Dimakan ya." Katamu.
Terima kasih sekali ya, sudah pernah berbuat semanis ini.
Akhirnya kita bertemu dan kau bilang kau ingin sekali Pempek.
Kuajak kau ke tempatku biasa makan di Genteng Biru. Kau memesan Pempek dan aku memesan Bakso kesukaanku. Lalu kau mengambil beberapa foto, lalu kita menyantap makanan bersama. Bercerita tentang apapun yang ada dikepala kita.
Setelah makan, kita mengambil beberapa selfie bersama. Kau dan aku. Aku masih ingat dengan baju orange ku, kau dengan baju biru dongker.
Hal lucu lagi kembali terjadi, saat aku akan membayar makananku kau membuntutiku.
"Aku bayar baksoku, kamu bayar Pempekmu."
"Nggak mau. Berapa bu?" Kau bertanya pada ibu penjual.
Aku dan kau saling mengeluarkan uang dan akhirnya kita sedikit berdebat, saling berebut siapa yang akan membayarnya. Akhirnya aku kalah, ibunya mengambil uangmu.
Tapi jujur aku adalah tipikal orang, sebelum dia jadi suamiku, aku akan membayar makananku dan apapun yang aku ingin beli dengan uangku sendiri. Bukan bersifat sombong, aku hanya ingin adil padamu dan pada diriku sendiri. Aku bukan orang yang ingin ini itu minta dibayarin, apalagi dengan seorang laki-laki. Tapi setiap laki-laki yang berusaha keras untuk membayar duluan, ku anggap sebagai hadiah bagi diriku.
Setelah makan aku minta diantar ke Masjid Sudirman untuk magriban.
Baru setelah magriban, kita akhirnya kembali ke Kepaon. Kau minta berhenti di minimarket karena kau mau membayar tagihanmu. Kita singgah sebentar ke Alfamart terdekat. Aku menunggu di motor saja. Lalu kau masuk dan agak lama karena harus mengantri. Kau keluar dengan tas plastik, kau berbelanja sesuatu.
Diperjalanan kita saling tos, untuk berterima kasih.
Kembalilah lagi kita ke tempatmu. Tepat di depan ATM yang waktu itu kumenunggumu. Kita saling bersalaman dan kau meninggalkan tas plastik tadi.
"Ini punyamu, lupa kamu bawa."
"Bukan itu buat kamu kok. Ambil ya."
"Ih kok gitu, janganlah, Buat temen kamu aja."
"Nggak mau, itu hadiah kok buat kamu. Dimakan ya."
"Terima kasih ya. Repot banget sih."
Kau tersenyum dan kembali kedalam.
Pulangnya aku ke kost Nara, karena berniat mengantarnya berbelanja baju. Setelah berbelanja, aku dan Nara singgah ke Warung Special Sambal (WSS). Aku bercerita panjang lebar tentang pertemuan kita tadi. Dengan sumringah dan berseri-seri. Nara tahu bagaimana mataku yang terlihat senang, saat bercerita tentang dirimu.
Ada sedikit permasalahan setelah aku memposting foto berdua bersamamu tadi, ada salah satu temanku yang menyuruhku menghapusnya. Tapi dengan cara yang tidak enak dibaca. Ternyata awal mula masalah ada disini. Tapi ku abaikan karena aku hanya mengecap mereka sirik denganku, denganmu.
Sampai kost kubuka tas plastik tadi dan ternyata isinya adalah jajanan. Yang paling banyak pocky (aku akan insert gambarnya nanti). Langsung aku tertawa kecil dan pipiku hangat, saking senangnya.
Aku memfotonya dan mengirimkan padamu dan berterima kasih.
"Dimakan ya." Katamu.
Terima kasih sekali ya, sudah pernah berbuat semanis ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar