Sudah dari awal Agustus kemarin, aku rajin sekali berolahraga lari di lapangan Renon. Karena waktu itu aku akan mengikuti seleksi cpns 2019 yang sudah lewat di tanggal 2,3,4 September 2020 lalu. Setelah tes selesai, aku melanjutkan pola hidup sehatku karena aku nyaman dengan kebiasaan setiap hari berjalan atau lari di track lapangan ini.
Setelah pulang kantor, jam 16.00 aku selalu menyempatkan untuk lari disana. Walau capek, aku tetap ingin jalan di track agar tetap bugar. Kusiapkan baju, celana, jilbab dan sepatu lari. Tidak lupa aku membawa botol minum dan headset yang tersambung dengan Spotify, memainkan playlist kesukaanku.
Sore itu benar-benar semangat, biasanya aku hanya 3 putaran tapi sekarang bisa 4-5 putaran (5 km). Seperti biasa menghabiskan playlist lagu galau ke yang beat nya cepat saat lariku juga cepat. Sebenarnya bukan penikmat lari, hanya saja sejak latihan itu aku jadi suka berlari atau jalan cepat. Selain berat badanku terjaga, badan juga jadi ringan dan tidur pun jadi lebih cepat.
Kebiasaanku ini kulakukan sendiri, maklum memang aku juga lebih suka berlari sendiri tanpa teman. Menurutku lebih asik menghabiskan lagu di playlist dari pada ngobrol sambil jalan. Dan banyak juga yang sama sepertiku. Do it by her/him self.
Di satu putaran terakhir seperti biasa aku selalu mengambil minumanku di jok motor dekat pintu masuk barat. Disaat itu juga, aku melihat sosok yang tidak asing. Kamu.
Kamu yang sekarang sedang tugas belajar di kotaku, seperti yang kamu bicarakan waktu itu padaku.
Seperti apa yang kamu inginkan dikala itu. Kamu yang matanya berbinar-binar mengatakan cita-citamu didepanku, yang akupun tak tahu apakah ada aku didalamnya saat ini juga ternyata kamu wujudkan.
Yang sayangnya hubungan kita memang kembali ke 0, seperti orang asing dan tak melihat satu sama lain sebagai orang yang pernah mengenal.
Awalnya aku kira, ah aku berhalusinasi. Emang lagi haus dan capek aja ya.
Selebihnya aku mengingat jelas kamu membelakangi ku, melihat permainan voli. Aku tak tahu kau sudah melihat aku atau belum. Jelasnya, aku melihat punggungmu, aku hafal karena aku pernah ada dibelakangmu untuk kau bonceng dikala itu.
Yang aku ingat adalah sepatu abu-abu dengan stabilo orange yang kau pakai.
Aku pun sebenarnya tak ingat bahwa kau punya sepatu itu.
Deg Deg Deg!!!
Jantungku berpacu lebih cepat dan aku merasakan sakit di dadaku. Cepat aku ke motorku dan mengambil minum, lalu berputar kembali mencari tempat duduk. Berharap kau tidak dibelakangku. Karena aku sebenarnya tidak siap dengan pertemuan kita.
Saat aku duduk, aku tidak begitu memperhatikan sekeliling hanya berharap kita tidak bertemu,
Kemudian aku pulang dan sesampainya aku mengecek sosmed-mu. Kau tidak ada update apa-apa.
Fiuh... benar aku sedang halusinasi ya? Bisa melihat wujudmu jelas di lapangan tadi.
Di tanggal 16 September, kau update sedang berlari. Ternyata kau sedang berlari disekitar kampusmu yang notabennya dekat dengan tempat kerjaku.
Dan......
it's you...
Aku tidak berhalusinasi waktu itu
Itu pertemuan kita lagi sejak Juni tahun lalu. Yang tidak kusengaja yang tiba-tiba.
Aku memang berharap aku tidak bertemu denganmu dikota yang sempit ini.
Apalagi jarak kita tak jauh.
Benar-benar keterlaluan bila Tuhan mempertemukan kita kembali.
Aku menghela napas lega dirimu sehat dan baik-baik saja.
Hanya sudah beda, antara rasa dan keinginan. Bukan seperti dulu yang malu-malu.
Aku hanya takut bertemu denganmu, takut semua pertahananku untuk melupakanmu hancur begitu saja.
Tapi kembali lagi ke awal, kita tak akan pernah bisa bersama karena memang takdir ini bukan milik kita. Jadi aku sadar dan kembali ke awal, "kita tidak pernah mungkin."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar