Sabtu, 10 November 2018
Jelas.
Jelas.
Masih teringat dengan jelas dimemori ku saat itu.
Dari awal pertemuan kita dan semua hal kecil yang biasa kita lakukan.
Malam dimana kau berencana untuk menjemputku, tapi aku menolaknya dan bilang akan kesana sendiri. Aku hanya tidak ingin keluarga besarku bertemu denganmu, karena aku tahu... mungkin akan sangat awkward ketika aku mengenalkanmu pada mereka. Karena kita baru kenal, aku takut kau tidak siap jika keluargaku mengenalmu.
Malam itu aku jalan sendiri ke tempat yang sudah kau tentukan.
Kau mengirimkan daftar menu dan aku memilih untuk memesan air jeruk hangat.
Aku datang dan membawa oleh-oleh untukmu, tapi sengaja ku tinggal di kendaraan.
Aku datang mencarimu, ya ku temukan sosokmu.
Kau dengan jaket hitam kebangganmu dan Aku dengan baju maroon manis malam itu.
Kita saling melempar senyum dan mengulur tangan.
Aku duduk disebelahmu.
Ini pertemuan ketiga kita.
Dimeja kau memesan dua makanan, aku hanya memesan air jeruk hangat kesukaanku. Aku tidak makan karena memang aku sudah makan dirumah. Aku bilang padamu, karena Ibu masak pepes favoritku. Kau tersenyum dan tetap memaksaku makan.
Sambil menghidupkan stories instagram, kau mengambil gambar dan video sambil menyuapiku.
Awalnya kaku sekali, karena jujur aku sudah tidak melakukan hal-hal seperti ini sudah lama.
Tapi jelasnya aku seakan mengiyakan semua perlakuanmu padaku.
Dalam diriku ada rasa senang dan takut. Hanya itu.
Senang ada yang memperhatikanku kembali dan takut bila ini hanya bersifat sementara.
Tapi malam itu kita habiskan bersama saling bercanda dan bercerita.
Kau bercerita tentang hidupmu dan aku senang jadi pendengarmu.
Sayangnya dan anehnya, kita tak pernah bercerita tentang perasaan kita satu sama lain.
Entah ada dinding batas, kita tak pernah menembus masalah percintaan. Aku dan dirimu, tidak sama sekali.
Tapi, kita nyaman seperti ini.
Saat kita makan dan bercerita kau mengambil hapeku, menghidupakan video dan merekam aktifitas kita berdua malam itu.
Masih tak kusangka kau begitu lucu dan menggemaskan, seperti adikku sendiri. Memperlakukan kakakmu dengan sangat manis. Kau tahu cara memperlakukan seorang perempuan, tapi kau lupa hatinya juga butuh kau perhatikan.
Lama kelamaan apapun yang kau lakukan membuatku terbawa perasaan, namun bisa ku kontrol. Semakin aku menyukaimu, semakin rasa ingin mememilikimu tak ada. Tak pernah dan ku tepis selalu.
Aku mengerti batasannya.
Aku menganggapmu sebagai adik.
Dan kau menganggapku sebagai kakak.
Batasan itu yang selalu aku tinggikan dari pada semua ego ku.
Setelah makan malam itu, kau mengantarku beriringan pulang. Aku sudah menolaknya namun kau tetap ingin mengantarkanku sampai rumah nenekku.
Aku senang dengan semua perlakuanmu setahun lalu.
Terima kasih. Kau, yang selalu ku panggil Nok.
Sudah beri kesan baik di 2018 kemarin.
Ini hampir penghujung 2019 dan aku sudah bisa mengendalikan diriku sendiri terhadapmu.
Semoga kelak ketika kita bertemu kembali, kita masih berteman baik.
Malam itu aku jalan sendiri ke tempat yang sudah kau tentukan.
Kau mengirimkan daftar menu dan aku memilih untuk memesan air jeruk hangat.
Aku datang dan membawa oleh-oleh untukmu, tapi sengaja ku tinggal di kendaraan.
Aku datang mencarimu, ya ku temukan sosokmu.
Kau dengan jaket hitam kebangganmu dan Aku dengan baju maroon manis malam itu.
Kita saling melempar senyum dan mengulur tangan.
Aku duduk disebelahmu.
Ini pertemuan ketiga kita.
Dimeja kau memesan dua makanan, aku hanya memesan air jeruk hangat kesukaanku. Aku tidak makan karena memang aku sudah makan dirumah. Aku bilang padamu, karena Ibu masak pepes favoritku. Kau tersenyum dan tetap memaksaku makan.
Sambil menghidupkan stories instagram, kau mengambil gambar dan video sambil menyuapiku.
Awalnya kaku sekali, karena jujur aku sudah tidak melakukan hal-hal seperti ini sudah lama.
Tapi jelasnya aku seakan mengiyakan semua perlakuanmu padaku.
Dalam diriku ada rasa senang dan takut. Hanya itu.
Senang ada yang memperhatikanku kembali dan takut bila ini hanya bersifat sementara.
Tapi malam itu kita habiskan bersama saling bercanda dan bercerita.
Kau bercerita tentang hidupmu dan aku senang jadi pendengarmu.
Sayangnya dan anehnya, kita tak pernah bercerita tentang perasaan kita satu sama lain.
Entah ada dinding batas, kita tak pernah menembus masalah percintaan. Aku dan dirimu, tidak sama sekali.
Tapi, kita nyaman seperti ini.
Saat kita makan dan bercerita kau mengambil hapeku, menghidupakan video dan merekam aktifitas kita berdua malam itu.
Masih tak kusangka kau begitu lucu dan menggemaskan, seperti adikku sendiri. Memperlakukan kakakmu dengan sangat manis. Kau tahu cara memperlakukan seorang perempuan, tapi kau lupa hatinya juga butuh kau perhatikan.
Lama kelamaan apapun yang kau lakukan membuatku terbawa perasaan, namun bisa ku kontrol. Semakin aku menyukaimu, semakin rasa ingin mememilikimu tak ada. Tak pernah dan ku tepis selalu.
Aku mengerti batasannya.
Aku menganggapmu sebagai adik.
Dan kau menganggapku sebagai kakak.
Batasan itu yang selalu aku tinggikan dari pada semua ego ku.
Setelah makan malam itu, kau mengantarku beriringan pulang. Aku sudah menolaknya namun kau tetap ingin mengantarkanku sampai rumah nenekku.
Aku senang dengan semua perlakuanmu setahun lalu.
Terima kasih. Kau, yang selalu ku panggil Nok.
Sudah beri kesan baik di 2018 kemarin.
Ini hampir penghujung 2019 dan aku sudah bisa mengendalikan diriku sendiri terhadapmu.
Semoga kelak ketika kita bertemu kembali, kita masih berteman baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar