"aku mau kamu jadi istriku."
Aku tertegun dan menatap matanya kembali. Aku melihat bola matanya menatapku serius dibalik kacamatanya. Dia menumpu harapan banyak padaku. Aku kembali menatap jalanan diluar. Berharap ada jawaban disana. Sayangnya,jemarinya segera menggengam jemariku dan kulihat kembali matanya malah memelas dan ingin segera aku menjawabnya.
"Mengapa secepat itu sih? Kan kita baru kenal 3 bulan. Apakah kamu seyakin itu denganku?"
"Mengapa masih bertanya? Memangnya ada alasan untuk sayang dan cinta sama kamu? Kalau aku sudah cinta bagaimana? Kamu udah bikin aku jatuh cinta tau."
Aku menghela napas.
Apakah iya? Aku sudah membuatnya jatuh cinta padaku dan aku tak sadar. Oh my God.
"Maaf maaf sungguh maaf. Kalau iya aku bikin kamu jatuh cinta padaku. Cuma aku speechless aja belum bisa jawab."
"Tapi kan ada kesempatan?"
Ia merapatkan jemarinya disela jemariku. Aku ingin memberontak tapi tak bisa karena kehangatannya.
"Ok. Ada. Tapi biarkan ini mengalir ya?" Belum aku melanjutkan pembicaraanku, ia bangkit dari kursinya dan segera memelukku.
"Terima kasih! Terima kasih sudah memberi kesempatan, akan kubuktikan hingga kamu tak perlu lagi bertanya apa alasannya."
Aku tersenyum dalam pelukannya.
Aku rasa aku harus belajar.
Belajar merasakan apa yang dirasakan orang lain ketika aku dapat membuatnya jatuh cinta padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar